Ada yang kaget tiba-tiba update? Hehe.
Happy reading. :)
------
Ravin menatap wanita cantik di depannya. Mata Griz terlihat berbinar, tapi ada tatapan menggoda di sana. "Apa yang mau lo lakuin?"
"Enggak." Griz menggeleng sambil melepas genggaman. Kemudian tangannya bergerak ke leher Ravin dan menarik lelaki itu semakin dekat.
Kedua tangan Ravin dengan cepat berpegangan di sisi sofa. Dia melipat kedua kakinya agar lebih nyaman. Kemudian memperhatikan Griz yang tersenyum kecil. Perlahan, Ravin menyentuh rahang Griz dan menariknya mendekat.
Griz memajukan wajah sambil memejamkan mata. Dia merasakan bibir Ravin yang dingin mencium bibirnya. Griz menarik tengkuk lelaki itu dan mulai membalas ciumannya.
Ravin mengepalkan tangan karena ciuman itu semakin intens. Satu tangannya yang sebelumnya di pinggiran sofa, kini bergerak ke punggung Griz. Dia menarik wanita itu semakin dekat sambil memperdalam ciuman.
***
"Emmm...." Griz menggeliat. Dia merasa tidurnya kali ini lebih enak dari biasanya. Tubuhnya terasa lebih relaks dan entah kenapa dia merasa bahagia.
Griz membuka mata dan langsung ingat kejadian beberapa jam yang lalu. Dia mengedarkan pandang dan menyadari tengah tidur di sofa. Matanya kembali terpejam kala ingat ciumannya dengan Ravin. Setelah ciuman itu mereka hanya duduk hingga Griz lupa siapa yang tidur lebih awal.
"Aaaa!" Griz menggerakkan kedua kaki dan tangan. Setelah itu dia terduduk dengan senyum cerah. Dia membuka mata dan perhatiannya langsung tertuju ke seseorang yang sedang menyiapkan makanan.
Griz tidak percaya, bangun tidur langsung disuguhi dengan pemandangan Ravin yang sudah terlihat segar sehabis mandi. Apalagi lelaki itu tampak cekatan menyiapkan makanan. "Good morning."
Ravin yang sebelumnya sibuk membuat roti dengan selai cokelat seketika mengangkat wajah. Dia melihat Griz yang baru bangun dan wanita itu tetap terlihat cantik. Kemudian kembali menunduk tanpa menjawab.
Mendapati Ravin yang hanya diam, Griz langsung turun dari sofa. Dia berlari mendekat lalu duduk di depan Ravin. "Kembali ke mode normal?"
Tak.... Ravin meletakkan piring berisi setangkup roti. Setelah itu berbalik dan memilih membuat kopi. Wajahnya terlihat mengeras setelah sepenuhnya sadar apa yang terjadi beberapa jam yang lalu.
Griz tidak kaget melihat Ravin yang kembali dingin. Seseorang tidak mungkin berubah drastis. Selain itu dia sadar, semalam Ravin memang benar-benar bukan Ravin. "Gue suka kalau lo minum. Lo jadi lebih hangat."
Ravin menghela napas panjang. Dia berbalik sambil membawa cangkir putih yang masih mengepul. Dia memilih duduk sedikit jauh dari Griz.
Perhatian Griz tidak lepas dari Ravin. "Mulai hari ini kita pacaran?"
"Ehmmp...." Ravin yang sedang menyeruput kopi refleks menyemburkan cairan itu. Dia lalu menatap Griz sambil membersihkan noda kopi di sekitar bibirnya.
Griz tersenyum manis. "Seseorang yang udah ciuman berarti pacaran."
"Enak aja!" jawab Ravin tidak terima. "Itu cuma ciuman."
"Bagi gue bukan cuma ciuman."
Ravin menghela napas panjang. Dia mengambil tisu kemudian mengusapkan ke sekitar bibir. Seharusnya semalam dia tidak mendekati Griz. Wanita gila itu pasti akan mencari kesempatan. "Banyak orang yang ciuman tanpa hubungan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Take it Easy
Romance[TAKE SERIES 2] Griz selalu merasa hidupnya beruntung. Apa yang dia inginkan selalu terwujud. Ketika bertemu dengan Ravin, dia langsung menginginkan lelaki itu. Apapun caranya. Ketika rasa optimis itu terus ada, Griz dihadapkan satu kenyataan. Satu...