Griz bergegas masuk ke restoran. Dia mengedarkan pandang, mencari Ravin yang katanya sudah sampai di tempat. Hingga dia melihat sebuah ruang privat dengan pintu yang dibuka setengah.
"Ravin!" Griz melambaikan tangan saat melihat Ravin hendak mendekatinya.
Wanita itu berlari dan masuk ke ruangan. Di sana sudah ada seorang pria yang mengenakan pakaian serba hitam. Griz melirik Ravin dan lelaki itu mengangguk. "Selamat siang," sapanya sambil mengambil posisi di seberang pria itu.
Master Det menatap wanita yang duduk di hadapannya. Dia lalu melirik ke lelaki yang memberi tanda untuk tidak berbicara macam-macam. "Ingin cari seseorang?"
"Iya!" Griz langsung merogoh saku. Dia membuka galeri ponsel dan menyerahkan ke Master Det. "Ini. Butuh waktu berapa lama?"
"Tergantung!" Master Det merebut ponsel itu dan memperhatikan foto yang tertera. "Kirim di email."
Ravin duduk di samping Griz dan mendengarkan. "Kemarin dia muncul di sekitar rumah."
"Iya. Dia tiba-tiba muncul padahal selama ini menghilang," jawab Griz.
Master Det mengangguk mendengarkan. "Selain itu?"
Griz menoleh ke Ravin yang duduk di sampingnya. "Kamu bisa keluar bentar?"
Ravin memiringkan kepala melihat Griz yang menatapnya penuh harap. "Oke!" Kemudian dia beranjak pergi.
Griz buru-buru mengeluarkan menunjukkan kliping yang sempat dia temukan. "Selidiki orang ini. Karena di internet sama sekali nggak ada berita."
"Kirim email."
"Kamu beneran bisa nemuin, kan?" tanya Griz penuh selidik.
"Kalau nggak percaya ngapain hubungi?" Master Det menatap wanita yang terus curiga itu. "Buang-buang waktu."
Rahang Griz mengeras. Dia benar-benar harus menahan emosi menghadapi pria sok misterius itu. "Oke, gue percaya!"
"Ada lagi?" Master Det melirik arloji melihat waktu yang berjalan cepat.
Griz mengambil kartu nama dan menyerahkan ke pria di depannya. "Arvin. Selidiki mamanya, namanya Artari," ujarnya. "Selengkapnya saya kirim di-email."
"Oke!" Master Det kemudian berdiri. "Tunggu kabar selanjutnya." Kemudian dia berjalan keluar. Dia menoleh ke kanan dan melihat lelaki yang dia temui berdiri di sana. Dia menunjuk arloji, seolah mengingatkan tentang pembayaran.
Ravin langsung mengangkat jempol. Setelah itu dia kembali ke ruangan dan melihat Griz yang duduk bersandar. "Sudah selesai?"
"Hmm...." Griz mengangguk. "Nyebelin, ya!"
"Kebanyakan detektif lain, dia serius."
"Bisa dipercaya nggak, sih?" tanya Griz sambil menatap Ravin.
Ravin mengangguk. Master Det terkenal di kolega bisnisnya. Banyak yang menyewa untuk mencari tahu musuh bisnis atau dalang-dalang yang mengancam bisnis mereka. Ravin yakin, Master Det pasti mengetahui semuanya.
"Mau pesan apa?" Ravin mengalihkan perhatian karena sejak tadi tidak sempat memesan. Master Det bahkan juga menolak.
Griz mengambil buku menu dan menunjuk laksa, karena gambar itu yang berukuran besar. Setelah itu dia membalik buku menu dan menunjuk kopi hitam.
"Kopi?" Ravin heran dengan pesanan Griz yang tidak biasa.
"Iya. Suntuk gue."
Ravin mengambil buku menu itu dan melihat isinya. "Mau jalan-jalan?" tanyanya sambil lalu. "Mumpung agak santai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Take it Easy
Romance[TAKE SERIES 2] Griz selalu merasa hidupnya beruntung. Apa yang dia inginkan selalu terwujud. Ketika bertemu dengan Ravin, dia langsung menginginkan lelaki itu. Apapun caranya. Ketika rasa optimis itu terus ada, Griz dihadapkan satu kenyataan. Satu...