TIE-31

1.8K 94 5
                                    

"Griz. Kapan kita ke mal?"

Griz berjingkat karena ada suara dari arah belakang. Dia menoleh dan melihat Eka berdiri sambil membawa gelas bening berisi carian berwarna cokelat. "Emm. Ke mal, ya? Sorry nggak jadi terus."

"Terus kapan? Gue udah suntuk banget!" Eka menyeruput minumannya. Kemudian menatap ke arah jendela, melihat langit. "Mumpung cuacanya cerah."

Sepertinya ke mal ide yang cukup bagus. Griz butuh jalan-jalan. "Oke!"

"Yes! Nanti, ya!" Eka menepuk pundak Griz sebelum kembali ke meja kerjanya.

Griz menoleh ke ruang kerja Arvin yang tampak kosong. Ini pertama kalinya dia terlibat percintaan dalam satu kantor. Dulu, banyak sekali yang menyukainya. Namun, tidak berani mendekat. Sedangkan Arvin, lelaki itu bahkan sudah menciumnya.

"Oke! Apa harganya sebuah ciuman? Biasa aja!" ucap Griz tanpa sadar menyuarakan isi pikirannya.

Eka yang paling dekat dengan Griz seketika mengangkat wajah. "Siapa yang ciuman?"

"Eh?" Griz menggerakkan tangan meminta Eka kembali fokus dengan pekerjaannya.

Drtt....

Ponsel Griz tiba-tiba bergetar. Dia mengambil benda itu dan melihat nama seseorang yang sedang dia hindari. "Ya!" jawabnya terdengar biasa saja.

"Bisa tolong ambilin berkas gue di kantor? Terus anter ke tempat gue."

Griz seketika menuju ruangan Arvin. "Berkas yang mana?"

"Ada di tumpukan meja. Bentuknya kayak buku."

Perhatian Griz tertuju ke meja Arvin yang tampak berantakan. Dia melihat satu persatu berkas yang tertumpuk, hingga melihat buku yang ukurannya lebih kecil. "Yang sampulnya warna biru ada gambar karakter?"

"Yaps! Bawa itu sekarang! Penting."

Griz mengembuskan napas. "Ke mana?" Dia mendekap buku itu dan melihat tumpukan yang begitu menarik perhatiannya.

"Di Maxmal! Cepetan!"

"Gue boleh ajak Eka?" Griz buru-buru keluar. Dia menggerakkan tangan saat Eka menatapnya.

"Terserah, yang penting bawa buku itu!" Setelah itu sambungan terputus.

"Lo ikut gue! Perintah Pak Arvin." Griz mematikan komputer lalu membereskan barang-barangnya. Saat menatap Eka, wanita itu hanya terdiam. "Ikut nggak? Ini ke mal."

Seketika Eka bersemangat. Dia menyimpan file pekerjaannya lalu buru-buru berdiri. "Beneran kita ke mal?"

Griz mengangguk sambil menunjukkan buku yang dipegang. "Ini ketinggalan, disuruh nganterin. Jadi, kenapa nggak ajak lo sekalian?"

"Lo emang pinter, Griz."

Puk... Puk.... Griz menepuk dada,  bangga.

Beberapa saat kemudian, Griz sampai di mal. Tidak mudah mencari stand mereka, karena di bagian depan terdapat karakter game baru. Selain itu posisi mereka juga cukup strategis. Berada di sebelah kanan dari pintu masuk.

Griz meletakkan buku yang dibawa ke hadapan Arvin. Lelaki itu tampak sibuk menghadap laptop dengan earphone di telinga. Saat Griz melongok, dia melihat Arvin sedang memainkan game. "Enak ya coba main game gitu."

"Bikinnya yang ribet," bisik Eka.

"Gue nggak dibutuhin lagi, kan? Gue boleh pergi sekarang?" Griz bertanya dengan suara kencang, berharap Arvin mendengar suaranya.

Take it EasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang