Selamat tahun baru :). Semoga di tahun 2022 diberi kesehatan, keselamatan dan kebahagiaan ya. Tetap strong, karena sekarang dunia semakin aneh-aneh.
-------
Pagi hari Ravin dibuat kelabakan. Dia bangun siang dan terburu-buru ke kantor. Ditambah, dia semalam tidak menyelesaikan pekerjaannya sesuai rencana. Dia yakin, pekerjaannya hari ini akan semakin bertambah.
Brak....
Ravin menutup pintu ruangan dengan kasar. Dia menarik kursi dan menghempaskan tubuh di sana. Barulah saat itu dia melihata ada ponsel yang tergeletak. Dia mengambil benda itu dan melihat beberapa pesan masuk. Salah satunya dari Griz.
Sayangnya, Ravin tidak langsung membuka pesan itu. Dia lebih memilih melanjutkan pekerjaannya. Ravin memang manusia aneh. Dia bisa bersikap biasa saja padahal kemarin melakukan hal manis dengan Griz.
"Pagi Pak Ravin." Azkia berjalan masuk.
"Hari ini saya ada meeting jam berapa?" tanya Ravin tanpa mengalihkan pandang. "Kalau meeting yang nggak terlalu penting kamu skip. Saya harus menyelesaikan pekerjaan ini." Ravin berbicara sambil konsentrasinya tertuju berkas di hadapannya.
Azkia tersenyum melihat Ravin yang kembali bersemangat. Dia mendekat kemudian meletakkan kotak berwarna orange. "Saya bawakan roti untuk Bapak."
"Ya," Ravin menjawab singkat.
"Baik, Pak, kalau begitu saya keluar." Azkia lantas berbalik. Setelah beberapa langkah, dia kembali menatap Ravin. Senyumnya mengembang, melihat Ravin terlihat seksi saat sedang sibuk dengan pekerjaanya. Sadar dengan apa yang dia pikirkan, Azkia segera membuang muka dan melangkah keluar.
Pelipis Ravin tampak basah, bedanya kali ini karena dia terus berpikir. Dia mengoreksi laporan dari bawahannya satu persatu dan tidak ingin salah sedikitpun. Setelah itu mengecek berkas-berkas lainnya yang butuh perhatiannya.
Tring! Ponsel Ravin tiba-tiba berdering.
Ravin melirik sekilas dan melihat panggilan dari Griz. Dia kembali menatap berkas di depannya tanpa mengangkat panggilan itu. Hingga lama-lama ponsel itu tidak bersuara.
Tring! Sayangnya, benda itu kembali berbunyi.
"Ck!" Ravin yakin, Griz akan terus menghubunginya jika tidak diangkat. Ibu jarinya bergerak mengangkat panggilan itu. "Gue sibuk, Griz."
"Gue kirim makanan buat lo. Udah jam makan siang, jangan sampai telat."
Refleks Ravin melirik arloji yang telah menunjukkan pukul dua belas lebih. Tidak terasa waktu bergerak begitu cepat. "Ya."
"Bye!" Setelah itu sambungan terputus.
Ravin seolah lupa dengan kalimat yang diucapkan Griz. Dia masih terus sibuk dengan pekerjaannya, hingga ekor matanya menangkap pergerakan seseorang. Ravin mengangkat wajah, melihat Azkia datang sambil membawakan makanan.
"Ini, Pak. Sudah waktunya makan siang." Azkia meletakkan kotak makan di atas meja. "Silakan."
"Ya!" Ravin terlihat tidak peduli.
Beberapa saat kemudian, tenggorokan Ravin terasa kering. Dia mengalihkan pandang, melihat kotak makan dan segelas air mineral di atas meja. Kemudian dia beranjak dan mengangkat kotak makan dengan tempelan sticky notes di atasnya.
Gue kirim makanan buat lo.
Seketika Ravin ingat dengan ucapan Griz. Dia melihat notes yang tertempel dan bertuliskan nama Azkia. "Bukan dari Griz?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Take it Easy
Romance[TAKE SERIES 2] Griz selalu merasa hidupnya beruntung. Apa yang dia inginkan selalu terwujud. Ketika bertemu dengan Ravin, dia langsung menginginkan lelaki itu. Apapun caranya. Ketika rasa optimis itu terus ada, Griz dihadapkan satu kenyataan. Satu...