𝕿𝖍𝖊 𝕰𝖒𝖕𝖊𝖗𝖔𝖗

15.3K 1.4K 60
                                        

Dua hari kemudian,

Klang krieett

"yo Count bajingan"

Sapa seorang pemuda pirang dengan santai pada pria buncit yang terikat di kursi, Count Berrel. Ia nampak tidak baik-baik saja sejak kejadian mengamuknya Isandra. Sudah dua hari ia ditahan, dan tidak diberi makan maupun air setetespun.

"ck hey! Bangun!" seru pemuda itu. Siapa lagi kalau bukan Evan? Putera mahkota kekaisaran Eleino.

Bugh

"kkhhhhh huff huff" Count Berrel mengerang kesakitan saat bogeman mentah dari Evan mengenai wajahnya. Hoho jangan berharap akan dibangunkan dengan disiram air, itu terlalu lembut.

"bangun" ucap Evan dingin. Mata emas itu berkilat tajam menatapnya rendah, ah ini dia sifat asli Evan.

"Y-yang Mulia? S-s-saya mo-"

Bugh

"aakkhhh" erangan kesakitan kembali terdengar saat Evan melayangkan bogemannya lagi ke wajah Count Berrel.

"siapa yang mengizinkanmu berbicara?" tanya Evan dengan nada dingin nan seram. Membuat Count Berrel bergetar ketakutan saat melihat mata rmas menyala itu.

Sebenarnya darah kekaisaran sendiri sudah cukup menakutkan, tapi darah Aquillio ini sudah berbeda level. Keluarga yang dulunya adalah Grand Duke itu benar-benar bagaikan monster. Belum lagi keturunan mereka yang selalu mendapatkan guardian, membuat mereka ditakuti oleh seluruh kalangan.

Dan sekarang, darah Aquillio bercampur dengan darah Eleino, keluarga kaisar yang terkenal dengan elemen api serta sihir sucinya. Tentu saja membuat mereka tidak terkalahkan.

Saat Count Berrel sudah diam, Evan pun tersenyum miring. "saat sampai di ruang kerjamu waktu itu, kulihat banyak sekali botol wine berserakan" ucap Evan seraya berjalan menuju meja panjang dengan berbagai macam alat penyiksa di atasnya.

Tangannya terulur mengambil sebuah penjepit kecil yang biasanya digunakan untuk mencabut kuku tahanan, "dan kusadari bahwa gaun adikku sangat lusuh, tubuhnya begitu kurus dan tidak terawat, apa semua ini ada hubungannya Count?" tanya Evan seraya berjalan mendekati Count Berrel.

"sa-saya... Saya-aakkkhhhh" suara erangan kembali terdengar saat Evan mencabut kuku di jari kelingking Count Berrel.

"jangan gugup begitu. Jawab 'iya' jika memang benar, dan jawab 'tidak' jika itu tidak benar. Mungkin aku akan mengampunimu jika kau mengaku" ucap Evan datar.

"i-i-iya Ya-yang Mulia. It-itu benar" ucap Count Berrel dengan tubuh gemetarnya.

Rahang Evan mengeras, ia mengepalkan tangannya kuat hingga buku-buku jari itu memutih. Haruskah ia bunuh Count sialan ini sekarang? Ah tidak, ayahnya akan marah jika dia mengambil keputusan seenaknya. Baiklah, mari beri dia udara untuk bernafas sejenak.

"terima kasih atas kejujuranmu, Count Berrel. Besok kau akan menemui seseorang, berdoalah semoga dia mau mengampunimu" ucap Evan seraya berjalan keluar dari ruangan itu.

~~//~~

Keesokkan harinya,

"Yang Mulia, anda ingin gaya rambut seperti apa?" ucap Marrie seraya menyisir rambut pirang keemasan itu.

Isandra tengah bersiap untuk memenuhi undangan minum teh bersama ayahnya siang ini. Sudah tiga hari sejak ia terbangun, dan ia sudah mulai pulih dan telah kembali ke istana Lily bersama Marrie.

Sejak kejadian kemarin, banyak hal yang berubah. Para pekerja di istana Lily bertambah dan diganti, makanan yang mereka sajikan tidak lagi sup sayuran seperti biasanya. Kemarin juga para pekerja butik datang untuk mengukur Isandra. Sepertinya perlakuan Count Berrel selama ini telah terungkap, namun belum ada satupun kabar mengenai penghukumannya.

I'm More Than Just A PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang