𝕮𝖍𝖆𝖓𝖈𝖊

4.1K 503 12
                                    

"Khhhhh"

"Beraninya kau menyentuh putriku" ucap Galen yang nampak siap mengakhiri hidup Azel kapan saja.

Sedang Azel, yang tidak siap dengan serangan Galen nampak kesulitan untuk bernafas apalagi  berbicara.

"Kkhh saya mohon ampuni saya uhuk Yang Mulia, tapi... Izinkan saya kkhhh menjelaskan semuanya" ucapnya terbata.

"Ayah tolong lepaskan Luke! Ini tidak seperti yang ayah pikirkan, hiks aku mohon lepaskan Luke ayah!" Isandra terisak, ia bangkit dari kasurnya hendak memisahkan ayah dan kekasihnya namun kedua kakak menahannya.

"Tapi dia berani menyentuh putriku, tidak ada ampun baginya" lanjut Galen dengan mata berkilat tajamnya.

"AKU MENCINTAINYA AYAH!"

Seru Isandra, membuat seisi ruangan itu hening seketika.

Bruk

Azel jatuh terduduk saat Galen tiba-tiba melepas cekikkannya.

Galen terdiam, ia berdiri diam seraya menunduk dalam. Dan sekian detik kemudian ia berjalan keluar dari kamar itu tanpa mengatakan sepatah katapun.

"Ayah! Ayah tidak marah padaku kan? Ayah aku mencintainya ayah! Aku mencintai Luke!" seru Isandra mencoba bangkit menyusul ayahnya namun ia tak mampu karena kakinya masih lemas.

Dengan cepat Azel meraih tubuh Isandra yang limbung  dan memeluknya erat,"Hiks aku mencintai Luke ayah hiks"

Azel mengusap kepala Isandra pelan, "Sshhh sudah semuanya akan baik-baik saja, aku janji" ucap Azel. Sekuat apapun dirinya, ia tidak akan mungkin menggunakan kekuatannya untuk hal ini. Alangkah tidak sopannya Azel jika ia harus mengancam Galen dengan kekuatannya hanya agar ia mendapat restu.

Lagipula, jika menggunakan cara itu maka ia rasa Galen malah lebih tidak mau menyerahkan putrinya. Ya, satu-satunya cara untuk melakukan ini hanyalah merendah dan memohon.

Evan dan Percy menatap sedih adik mereka, mereka pun berjalan mendekati Isandra. "Isandra, tenanglah. Kakak akan mencari cara untuk membujuk ayah, berhentilah menangis" ucap Evan.

"Dan kau..." Percy menunjuk Azel, membuat sang empu yang sedang menenangkan Isandra pun mendongak menoleh. "Kau... Apa kau benar-benar mencintai adikku?" tanya Percy.

Azel menatap Percy dengan kilat keseriusan di matanya sebelum ia berpaling menatap Isandra begitu lembut. "Lebih dari apapun"

"Sebaiknya pegang ucapanmu, kalau sampai kau menyakiti Isandra sedikit saja. Aku bersumpah atas nama kakekku, aku sendiri yang akan memimpin pasukan menyerang kerajaanmu" ucap Percy dan dibalas dengan anggukkan mantap dari Azel.

"Sebaiknya kalian istirahat sekarang, Isandra apa kau ingin bertemu dengan sahabatmu?" tanya Evan. Sepertinya untuk sekarang, para sahabat Isandra adalah solusi untuk air matanya.

Isandra menoleh cepat ke arah Evan, "M-mereka baik-baik saja? Kalau iya, aku ingin bertemu Marrie dan Felice. Aku mohon kakak bawa mereka kemari" ucap Isandra yang mata dan hidungnya masih memerah.

Evan tersenyum lembut, tangannya terulur mengusap kepala pirang yang mirip dengannya itu. "Tentu, apapun untuk adikku. Tersenyumlah Isandra, air mata tidak cocok untuk wajah cantik ini" ucap Evan sendu.

Isandra pun mencoba memenuhi permintaan kakaknya, meski nampak sangat dipaksakan ia mengangkat kedua sudut bibirnya. Dan itu sudah lebih dari cukup bagi Evan.

"Baiklah, kalau begitu aku akan meminta pelayan untuk mengantar makan malam nanti. Beristirahatlah" ucap Evan sebelum berjalan keluar dari kamar itu diikuti oleh Percy.

I'm More Than Just A PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang