[Isandra's POV]
"mmhhhh" aku melenguh pelan seraya meregangkan tubuhku di atas kasur, ah tidur yang sangat nikmat.
"selamat pagi Yang Mulia" ucap Marrie dan dayang baruku, Felice Shannel.
"pagi hoaaammm" ucapku seraya menutup mulut.
Felice membawakan baskom berisi air hangat untukku mencuci muka. "silahkan Yang Mulia" ucapnya. Aku pun tersenyum pada Felice, "terima kasih" ucapku.
Kalian mungkin ada yang tidak terima kalau aku memberi hukuman yang bisa dibilang ringan untuk Felice. Tapi percayalah, aku memiliki tujuan tersendiri.
Pertama, dari reaksi Felice waktu itu sepertinya dia disiksa oleh orang tuanya. Maka dari itu aku menjadikan Felice sebagai dayangku. Selain untuk melindunginya, aku juga ingin memberi pelajaran pada orang tuanya dengan mencoreng harga diri mereka.
Ya kalian bayangkan saja, puteri seorang duke menjadi dayang seorang puteri. Kalau menjadi dayang, puteri seorang duke setidaknya menjadi dayang permaisuri. Itupun kasus yang jarang terjadi.
Selain itu, aku juga ingin menjadi teman dengan Felice. Aku yakin tidak ada orang jahat di dunia ini, apalagi gadis remaja sepertinya. Ia hanya salah didikan dan pergaulan, masih bisa dibimbing.
Dan coba kalian bayangkan kalau aku bisa berteman dengan Felice, aku juga bisa bersosialisasi di kalangan sosial lebih mudah lagi. Karena aku berteman dengan puteri seorang duke.
Felice juga sepertinya nyaman di sini, dan aku senang melihatnya.
"Yang Mulia, anda ingin mandi atau sarapan terlebih dahulu?" tanya Marrie.
"aku ingin mandi saja Marrie, tolong minta pelayan untuk membawakan sarapannya kemari" ucapku.
"baik Yang Mulia"
Marrie pun berjalan keluar dari kamarku dan memberitahu pelayan untuk membawakan sarapanku, dan Felice membantuku bersiap untuk mandi.
"bagaimana selama tinggal di sini Lady Shannel? Apa ada keluhan?" tanyaku pada Felice yang tengah menyisir rambutku.
"tidak ada Yang Mulia, saya tidak tau bagaimana caranya membalas budi anda" ucap Felice tulus.
Aku tersenyum, "jadilah temanku" ucapku.
Felice menghentikan gerakan tangannya, ia menatapku tak menyangka. Aku pun berdiri menatap mata ametyst miliknya, "aku serius, jadilah temanku" ucapku seraya menggenggam tangannya.
"y-yang Mulia... Saya... Saya- apa tidak apa-apa saya menjadi teman anda?" tanya Felice menunduk minder.
Aku mengangkat wajahnya, "Felice, tenanglah. Kau aman bersamaku, tidak akan ada yang bisa menyakitiku di bawah namaku" ucapku meyakinkannya.
Ya, Felice memang kerap disiksa oleh orang tuanya. Atau lebih tepatnya, oleh ayahnya. Ibu Felice meninggal saat melahirkan Felice, dan ayahnya pun menyalahkan Felice atas hal itu. Kekanakkan bukan? Aku beruntung kaisar tidak melakukan hal yang sama.
Felice selalu dituntut untuk tampil sempurna di hadapan umum, menjunjung tinggi nama duke Shannel, dan menindas orang yang kastanya lebih rendah.
Karena jika ia menunjukkan belas kasih arau ampunan pada orang lain yang menyinggung atau berani menentangnya, maka ayahnya akan menghukumnya. Mulai dari dicambuk, tampar, hingga tidak diberi makan hingga berhari-hari.
Felice memiliki seorang kakak, namun kakaknya tengah menempuh pendidikan di akademi Elios. Dan sangat jarang sekali bisa pulang ke kaisaran.
Kakaknya sangat menyayangi Felice, ia selalu membela Felice setiap kali ayah mereka murka. Namun sayangnya sang kakak malah jarang berada di rumah.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm More Than Just A Princess
Fantasía[Completed] Seorang gadis wibu bangun di tubuh puteri yang terabaikan. Steffani Alina, seorang gadis biasa yang menyukai para lelaki dua dimensi buatan Jepang itu tidak tau apa yang tengah terjadi padanya. Ia meninggal dalam kecelakaan tabrak lari...