𝕵𝖊𝖆𝖑𝖔𝖚𝖘

6.5K 682 14
                                        

Di sebuah hutan belantara, jauh dari pemukiman penduduk apalagi ibukota. Sebuah rumah sederhana yang nampak tua, diterangi lampu di dalamnya.

"sudah kau dapatkan benda itu?"

Seorang pria berdiri menghadap keluar jendela, membelakangi tiga orang lainnya dengan jubah yang menutupi wajah mereka membungkuk di belakang pria itu.

"sudah tuan. Kami membawa barangnya" ucap salah satu dari mereka.

"letakkan benda itu disini, dan pergilah" ucap pria yang dipanggil 'tuan' itu.

Tiga orang tadi pun menghilang bagaikan bayangan, meninggalkan pria itu sendiri di dalam ruang yang sudah dipenuhi sarang laba-laba dan berdebu itu.

Pria iti berbalik, "kalau aku tidak bisa mendapatkan pemilik mana naga itu, maka aku harus memisahkan putri pirang itu dari Galen" ucapnya seraya berjalan mendekati benda berukuran lumayan besar yang tingginya mungkin lebih dari satu meter, tertutup oleh sebuah kain.

Tangannya terangkat menyingkirkan kain itu, menampakkan cermin yang memantulkan bayangannya. Namun bayangan yang ada di dalam cermin itu nampak berbeda dengan wujud asli si pria.

Itu adalah cermin jiwa. Yang memantulkan wujud dari jiwa setiap orang yang berdiri di hadapannya. 

Dan wujud yang ada di dalam cermin itu kali ini bukanlah pria berusia 50an dengan rambut merah panjang sedada, melainkan bayangan hitam dengan mata merah menyala dan tanduk panjangnya.

Pria itu tersenyum miring, "sempurna".

~~//~~

[Azel's POV]

Sudah berapa lama aku di istana ini? Rasanya aku sudah mulai hapal setiap sudut istana ini satu persatu. Tentu saja, siapa juga yang akan curiga pada seekor kucing liar yang berkeliaran di koridor istana? 

Lagipula aku tidak pernah mencuri makanan, gadis itu selalu memberikan makanan untukku setiap ia selesai makan. Akh kenapa aku malah menceritakan gadis itu?

Tapi ya, tidak ku pungkiri dia memang gadis yang baik. Dan juga aneh.

Seperti saat ini, ia tengah berjalan sendirian mengendap-endap di koridor istana seperti pencuri. Entah kemana langkah kaki itu membawanya.

Dan ternyata, benar dugaanku. Ia ke ruangan ini lagi, ruang dimana satu-satunya lukisan permaisuri berada.

Kulihat Isandra memasukki ruangan itu dan menutup pintunya perlahan, ah sial aku malah tidak sempat masuk. Terpaksa aku menggunakan sihirku untuk berteleportasi ke balkon yang berada di sisi luar ruangan itu.

Dan sesampainya aku di balkon, pemandangan pertama yang kulihat dari jendela adalah Isandra, berdiri dengan senyum manisnya di depan lukisan permaisuri.

Kalau kalian ingin melihat wajah orang gila, lihatlah wajah gadis ini. Ah tapi orang gila mana yang cantik dan begitu anggun, lemah lembut namun juga tegas, suaranya begitu menenangkan dan- AKH hentikan.

Sialnya aku tidak bisa mendengar apa yang ia ucapkan dari luar sini, kalau aku berteleportasi ke dalam malah akan ketahuan. Tapi dari ekspresi wajahnya, sepertinya gadis itu tengah menceritakan sesuatu.

Namun sekian detik kemudian keningku berkerut saat mendapatinya menitihkan air mata, kenapa dia malah menangis? Hah~ wanita memang makhluk rumit.

Dan yang aku tidak suka adalah ketika dia keluar dari ruangan ini, ia akan bersikap seolah semuanya baik-baik saja. Kembali menebarkan pesonanya dengan senyum manis yang bisa membuat orang lain jatuh pada pandangan pertama.

Memikirkannya saja membuatku kesal.

Apalagi jika melihat Duke itu menatapnya, ugh ingin sekali kutusuk mata mesumnya itu dan kuinjak-injak sampai hancur.

I'm More Than Just A PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang