Ceklek
Galen menoleh saat pintu besar itu terbuka. Ia masih berada di kamar Isandra, setia menemani puterinya yang terbaring sakit di ranjang.
Nampak Evan, Marrie, Jayden, Felice dan seorang maid berjalan masuk ke dalam kamar Isandra. Galen berdiri menghadap mereka, tatapannya menajam berkilat emas
"apa dia orangnya?" tanya Galen menatap maid itu. Yang ditatap langsung bergetar ketakutan karena aura mencekam yang Galen keluarkan.
"ayah tahan dulu, bukan dia" ucap Evan menahan ayahnya yang siap membunuh maid itu kapanpun.
Galen menatap puteranya bingung, "lalu?" tanya Galen.
"kami tidak menemukan pelayan itu ayah, tapi maid ini mengatakan bahwa dirinya adalah tetangga dari pelaku" ucap Evan.
Galen menormalkan kembali mana-nya, "ah begitu ternyata, maaf" ucap Galen pada maid itu.
Maid tadi menunduk hormat, "t-tidak apa-apa Yang Mulia" ucapnya gemetar.
Galen menoleh ke arah Evan sekarang, "jadi kalian tidak menemukannya?" tanya Galen.
Evan menunduk sendu, "iya ayah, maaf" ucapnya kecewa pada diri sendiri.
"sudah, lebih baik sekarang kita mengusahakan yang terbaik untuk mencari orang itu" ucap Galen menepuk pundak Evan.
Evan pun tersenyum sendu seraya mengangguk, "iya ayah" ucapnya.
Ceklek
Mereka semua menoleh saat pintu itu terbuka, Percy menyembulkan kepalanya dari daun pintu. "ayah, pasukan Leonfire sudah siap" ucap Percy.
Galen mengangguk, "bawa Matthew kemari" ucap Galen. Ia tidak ingin meninggalkan Isandra barang sejengkal pun.
Percy mengangguk, "baik ayah" ucapnya kemudian hilang di balik daun pintu itu.
Tak lama kemudian Percy kembali dengan seorang pria bersurai merah mirip Jayden yang seumuran dengan Galen, Matthew Alexander Crinossio.
"Yang Mulia" sapa Matthew menunduk hormat pada Galen.
"angkat kepalamu Marquis, kita harus mendiskusikan ini dengan cepat. Silahkan duduk" ucap Galen seraya berjalan mengambil posisi duduk di sofa yang ada di dalam kamar Isandra.
Evan, Marrie, Jayden, Felice dan si maid pun keluar dari kamar Isandra saat saat kaisar dan marquis hendak berdiskusi.
Matthew menyusul mendaratkan pantatnya di sofa itu, "jadi, apa yang harus kulakukan?" tanya Matthew to the point tanpa formalitas lagi.
"bagi pasukanmu menjadi beberapa kelompok, sebarkan mereka ke seluruh penjuru kekaisaran. Aku ingin kalian mencari seseorang, hidup maupun mati" ucap Galen dengan nada rendahnya.
Matthew seketika merasa bulu kuduknya berdiri, "b-baiklah, bagaimana ciri orang yang kau maksud?" tanya Matthew.
"nanti dayang Isandra yang akan memberikan penjelasannya" ucap Galen menoleh dan menatap sendu ke arah puterinya. Dan itu tidak luput dari pandangan Matthew.
Matthew mengenal Galen sejak mereka masih kecil, Matthew tahu bagaimana kelamnya masa lalu Galen karena Matthew sendiri juga memiliki masa lalu yang kelam.
Ibu Galen meninggal saat melahirkannya, dan ayahnya menikah lagi dengan wanita tidak jelas asal usulnya. Wanita itu kerap menyiksa Galen namun ayahnya seakan membutakan mata dan menulikan telinga akan luka Galen.
Namun semuanya berubah sejak Galen bertemu dengan permaisuri Ingrid, ibu dari Lucy. Matthew tidak tahu cerita aslinya tapi yang jelas hidup Galen berubah sejak saat itu. Ia menjadi lebih bersemangat dan seakan memiliki tujuan di dalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm More Than Just A Princess
Fantasy[Completed] Seorang gadis wibu bangun di tubuh puteri yang terabaikan. Steffani Alina, seorang gadis biasa yang menyukai para lelaki dua dimensi buatan Jepang itu tidak tau apa yang tengah terjadi padanya. Ia meninggal dalam kecelakaan tabrak lari...