Tok tok tok
"masuk" ucap pria bersurai putih yang tengah fokus dengan dokumen-dokumen menumpuk di kantornya, Galen.
Ceklek
Ia menoleh ke arah pintu yang tengah dibuka, senyum manis terbit di wajah tampannya saat melihat duplikat sang isteri tengah berjalan masuk dengan nampan berisi teh di tangannya.
Isandra tersenyum menatap ayahnya, "selamat pagi ayah, Isandra bawakan teh untuk ayah" ucapnya sembari meletakkan nampan itu di atas meja kecil di samping meja kerja Galen kemudian menuangkan teh itu ke dalam cangkir.
Ini memang sudah menjadi kebiasaan Isandra sejak minggu lalu. Ia merasa menjadi anak tidak berguna jika hanya diam saja di dalam istana saat ayah dan kakak-kakaknya sibuk mengurus kekaisaran.
Galen tersenyum sembari menerima cangkir teh dari puterinya, "terima kasih puteriku" ucap Galen kemudian menyesap sedikit teh seduhan Isandra.
"hm~ menenangkan sekali" ucap Galen seraya matanya terpejam menghayati kenikmatan teh herbal itu.
Isandra tersenyum senang, "syukurlah jika ayah suka" ucap Isandra.
Galen tersenyum menatap puterinya, "tentu saja, karena ini buatan puteri ayah" ucap Galen.
Isandra tertegun kemudian tersenyum pahit. 'puteri ayah', ia tidak pernah mendengar ucapan itu di kehidupan sebelumnya. Desir hangat terasa mengalir di dada Isandra setiap kali Galen mengatakan itu. Ia bahagia, sangat bahagia.
Entah kata apa yang mampu mewakili perasaannya saat ini. Di satu sisi ia bahagia karena akhirnya ia memiliki keluarga, namun di sisi lain ia masih merasa tidak tahu diri karena ia bukanlah Isandra yang asli.
Clang
Isandra tersadar dari lamunannya saat cangkir keramik itu berbunyi.
"Isandra ada apa? Kenapa menangis? Ada yang sakit? Kau baik-baik saja? Apa ada yang menyakitimu lagi? Katakan pada ayah" ucap Galen panik saat melihat Isandra meneskan air matanya.
Isandra menatap Galen dengan tatapan rumitnya, "hiks... Hiks... Ayah" ucap Isandra dengan suara parau.
Bruk
Dengan cepat ia memeluk Galen, menenggelamkan wajahnya di dada bidang sang ayah. Galen membalas pelukan Isandra sembari mengecup puncak kepalanya lama. Tangannya terangkat mengelus rambut pirang itu dengan lembut.
"kenapa hm? Ceritakan semuanya, adukan pada ayah. Jangan takut, ayah disini" ucap Galen lembut.
"hiks terima kasih hiks sudah menjadi ayahku hiks hiks" ucap Isandra di sela isakkannya.
Galen mengernyit bingung dengan ucapan Isandra, apa maksudnya? Bukankah Galen memang ayah Isandra, ah sudahlah abaikan saja. Mungkin Isandra sedang 'sensitif'.
"sudah sudah, ayah kan memang ayahnya Isandra. Jangan menangis ya" ucap Galen.
Isandra mengangguk kemudian melepas pelukannya seraya mengusap sisa air mata di pipinya. Galen tersenyum kecil menatap puteri cantiknya, "bahkan saat menangis pun kau mirip dengan ibumu" ucap Galen.
Isandra terkekeh, "benarkah? Ayah tidak pernah menceritakan tentang ibu" ucapnya.
Galen tersenyum, "ayah bisa ceritakan sekarang" ucapnya.
"bukankah ayah sibuk?" tanya Isandra melirik ke arah tumpukan dokumen itu.
"lagipula kenapa ayah bekerja sendirian? Mana Sir Noah? Ayah itu harus menjaga kesehatan, aku yakin ayah malam tadi tidak tidur lagi, lihat kantung mata itu. Kalau nanti ayah sakit bagaimana? Blablablabla " celoteh Isandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm More Than Just A Princess
Fantasy[Completed] Seorang gadis wibu bangun di tubuh puteri yang terabaikan. Steffani Alina, seorang gadis biasa yang menyukai para lelaki dua dimensi buatan Jepang itu tidak tau apa yang tengah terjadi padanya. Ia meninggal dalam kecelakaan tabrak lari...