Kening Azel mengerengyit bingung saat mendengar syarat yang diajukan oleh Isandra. "sihir?"
Isandra mengangguk yakin dengan senyum percaya dirinya, "benar Yang Mulia"
"kenapa kau ingin belajar sihir?" tanya Azel penasaran.
Masih dengan senyum di wajahnya, Isandra menjawab "Yang Mulia, syaa yakin bahwa anda sudah mengetahui bahwa tubuh saya dipenuhi dengan mana sihir yang besar. Namun saya tidak bisa mengendalikan apalagi menggunakannya. Maka dari itu saya ingin meminta bantuan anda untuk mengajarkan saya" jelasnya.
Azel nampak berpikir sejenak, "dan akan kau gunakan untuk apa sihirmu nanti?" tanya Azel.
Isandra melebarkan senyumnya hingga matanya menyipit seraya memiringkan kepalanya, "bukankah nanti saya harus meninggalkan istana ini dan hidup sendiri? Sihir itu tentu saja untuk melindungi diri saya sendiri. Dan siapa tau saya bisa menggunakannya untuk membantu orang lain?" ucapnya.
Azel tertegun sejenak mendengar ucapan Isandra. Benar juga, Isandra akan pergi dari istana ini. Tak terpikirkan sedikitpun olehnya bahwa ia tidak bisa menahan Isandra di sisinya selamanya.
Namun bukan Azel namanya jika tidak bisa mendapatkan apa yang ia inginkan. Ia menginginkan Isandra, dan ia akan mendapatkan Isandra bagaimanapun juga.
Untuk sekarang, mari turuti dulu kemauan gadis ini. "baiklah" ucap Azel.
Isandra sontak tersenyum senang, "sungguh? Terima kasih, terima kasih banyak Yang Mulia" ucapnya seraya menunduk.
"besok pagi, datanglah ke ruang kerjaku. Gunakan pakaian yang nyaman, jangan gaun" ucap Azel seraya berdiri dari duduknya dan berjalan menuju pintu kamar.
"baiklah, selamat beristirahat Yang Mulia" ucap Isandra membungkuk hormat pada Azel yang hendak keluar dari kamarnya.
"istirahatlah" ucap Azel sebelum melangkahkan kakinya keluar dari kamar Isandra.
Isandra nampak bingung dengan ucapan Azel yang terkesan lembut itu, namun ia mengendikkan bahunya cuek. Sebaiknya ia istirahat sekarang.
"tuan putri, bak mandi anda sudah siap" ucap Letty yang sudah menyiapkan air hangat untuk Isandra mandi. Ia masuk tepat setelah Azel keluar.
"baiklah~" jawab Isandra.
~~//~~
PRANG
Suara pecahan benda kaca dan keramik memenuhi ruangan mewah itu. "Sialan! Bagaimana bisa posisiku terancam oleh seorang jalang?!" maki gadis itu entah pada siapa.
Ya benar, gadis itu adalah Layla Nameer, calon tunangan Azazel. Ia tengah menumpahkan amarahnya pada barang-barang yang ada di kamarnya.
Bagaimana tidak marah? Posisi yang selama ini ia incar, kini telah ia dapatkan namun hancur begitu saja karena seorang wanita tidak jelas asal usulnya.
"dan apa katanya tadi? Jalang itu hamil?! Anak Yang Mulia raja?!"
PRAANG PRAANG
Layla semakin naik pitam dan kembali melempari barang-barang berharga di dalam kamar itu.
"hah hah hah" nafasnya menderu setelah ia mengeluarkan segala emosi yang ia tahan berjam-jam lalu.
Layla menghembuskan nafas panjang terakhir dan kembali memasang wajah tenangnya, namun tatapannya menajam seraya ia membayangkan wajah angkuh yang Isandra tunjukkan di ruang makan tadi.
"tunggu saja, akan kuhancurkan hidupmu. Isandra"
~~//~~
"hatcihh" Isandra mengusap hidungnya yang tiba-tiba bersin tanpa sebab.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm More Than Just A Princess
Fantasi[Completed] Seorang gadis wibu bangun di tubuh puteri yang terabaikan. Steffani Alina, seorang gadis biasa yang menyukai para lelaki dua dimensi buatan Jepang itu tidak tau apa yang tengah terjadi padanya. Ia meninggal dalam kecelakaan tabrak lari...
