𝕻𝖗𝖔𝖕𝖍𝖊𝖈𝖞

9.3K 1K 15
                                    

Malam yang cerah, sinar rembulan menyinari dengan indahnya. Di sebuah kamar di dalam istana megah, nampak seorang gadis berambut coklat tengah menyisir surai keemasan milik tuannya.

"Marrie..." panggil Isandra pada Marrie yang tengah menyisir rambutnya. Ia baru selesai mandi setelah semua aktifitas melelahkan hari ini.

"ya Yang Mulia?" sahut Marrie.

"apa yang kau tau tentang Marchioness Crinossio?" tanya Isandra.

Marrie nampak antusias menjawabnya, "beliau adalah Lady paling terpandang di kekaisaran ini Yang Mulia. Semua etiket dan perbuatannya terbilang sempurna, beliau juga pribadi yang baik dan dermawan. Sangat banyak kegiatan amal yang sering beliau lakukan bersama Countess Rosea, kakak iparnya. Kalau dulu mereka sering melakukan itu bertiga dengan Permaisu- Maaf Yang Mulia, saya tidak bermaksud untuk menyinggung anda!" seru Marrie meminta maaf seolah telah salah bicara.

"tidak apa-apa Marrie, lanjutkan" ucap Isandra lembut. Ya, lagipula ia tidak sakit hati sama sekali.

"b-baik Yang Mulia" ucap Marrie kini gugup.

Ia pun menceritakan semua hal yang ia ketahui. Ternyata Marchioness Crinossio dan Countess Rosea dulunya adalah dayang permaisuri, mereka juga sahabat dekat. Bertiga, mereka menjalankan banyak badan amal dan usaha di bidang seni musik, fashion dan hiburan.

Marrie mengatakan bahwa semua itu adalah ide dari mendiang permaisuri sendiri. Sedang Marcioness dan Countess hanya ikut membantu. Kini sang permaisuri telah tiada, mereka berdua tetap melanjutkan apa yang selama ini mereka biasa kerjakan.

Isandra terdiam, ia kini mewajarkan jika Marcioness tidak menyukainya. Ya, siapa yang akan menyukai orang yang 'membunuh' sahabatmu? Tidak mungkin kan? Tapi mereka tidak tahu, Isandra yang itu juga tersakiti oleh kematian ibunya.

"haha sepertinya aku masih harus banyak belajar ya Marrie" ucap Isandra dengan nada bercanda.

Marrie tersenyum lembut, "semua hal di dunia ini butuh waktu Yang Mulia. Anda sudah melakukan yang terbaik hingga saat ini, yang terpenting adalah jangan menyerah dan tetap semangat. Tidak perlu menghiraukan ucapan mereka yang membenci anda" ucap Marrie.

Isandra tertegun, bolehkah Marrie menjadi ibunya saja? Tidak, itu akan menjadi skandal. Bayangkan judul utama di surat kabar nanti, "PEDOFIL : Kaisar Eleino Menikahi Gadis Berusia 17 Tahun" haha tidak lucu.

Isandra tersenyum lembut, "terima kasih Marrie, entah apa yang bisa kulakukan tanpamu" ucapnya.

Marrie membalas senyuman Isandra, "saya senang jika anda juga senang Yang Mulia" ucapnya.

~~//~~

Keesokkan harinya,

"salam Yang Mulia" ucap wanita bersurai sehijau daun di pepohonan rindang seraya menunduk hormat melebarkan kedua sisi gaunnya.

"salam Marchioness, mohon angkat kepala anda. Bukankah sudah saya katakan bahwa saya tidak ingin diperlakukan seperti itu oleh guru saya?" ucap Isandra.

"ini hanya bentuk hormat saya Yang Mulia" ucap Fenine sopan.

"saya yang seharusnya menghormati anda Marchioness, karena sayalah yang membutuhkan anda dan ilmu anda" ucap Isandra tak kalah sopannya.

Fenine nampak terdiam sejenak, namun sekian detik kemudian ia menatap Isandra bingung, "Yang Mulia, boleh saya tau kenapa anda berucap demikian?" tanya Fenine.

Isandra tersenyum tulus, "ilmu itu harta paling berharga di dunia ini, jadi anggap saja saya ini orang miskin yang tengah meminta harta pada anda Marcioness. Bukankah wajar jika saya menghormati anda?" ucap Isandra.

I'm More Than Just A PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang