𝕻𝖗𝖔𝖙𝖊𝖈𝖙

4.4K 579 5
                                    

"nghh" lenguhan kecil terdengar seraya bulu mata keemasan lentik itu tergerak, membuka kelopak yang menyembunyikan iris seterang langit siang hari.

Isandra membuka matanya, melihat keadaan sekitarnya. Kamar yang sedikit lebih besar dari kamarnya di Eleino dulu, namun dengan interior yang terkesan gelap dan elegan.

"dimana ini?" tanyanya entah pada siapa. Seketika kilasan memori malam tadi kembali muncul di benaknya. Membuat Isandra membulatkan bibirnya terkejut, "ternyata Ruby-"

"sudah bangun?"

Isandra tetkejut bukan main saat tiba-tiba mendengar suara bariton dari arah pintu. Dengan cepat ia menoleh, nampak seorang pria yang bersandar di kusen pintu dengan pakaian kasual-ekhem, yang menampilkan belahan dadanya.

Azel berjalan perlahan mendekati Isandra yang menatapnya horor, "ja-jangan mendekat!" teriaknya.

Sedang Azel hanya menghela nafasnya kemudian menatap malas Isandra seraya masih berjalan ke arah gadis cantik itu.

Isandra menatap takut Raziel seraya menutupi tubuhnya dengan selimut.

"apa begini caramu memerlakukan orang yang sudah menyelamatkanmu?" tanya Azel dengan wajah kesalnya. 'kau bahkan menciumku waktu pertama bertemu!'

"a-apa yang kau inginkan?" tanya Isandra penuh curiga.

Azel kembali menghela nafasnya, kemudian menarik kursi yang terletak di samping ranjang dan mendudukkinya. "aku yakin kau memiliki banyak pertanyaan di benakmu. Dan sebaiknya tanyakan semua itu sekarang, karena aku tidak mau terlalu banyak meladenimu nantinya"

"aku sudah tau ini dimana, tapi kau sebenarnya siapa? Apa benar kau Ruby? Kenapa kau menyamar? Apa kau mata-mata? Siapa yang mengirimmu? Apa tujuanmu? Dan kenapa kau menyelamatkan aku?" tanya Isandra panjang.

Azel memijat pangkal hidungnya sejenak. "pertama-tama, aku tidak menerima perintah dari siapapun dan tidak memiliki tujuan apapun karena aku hanya melakukan apa yang aku mau" bohongnya. Ya, tidak mungkin ia memberitahu mengenai kesepakatannya dengan Flammedra. Tidak sekarang.

Kemudian Azel menatap Isandra dengan ekspresi arogannya, "dan namaku adalah Damian Azazel Lucretius de Erebos, raja kerajaan Erebos"

Isandra terperangah, jadi kucing yang selama ini sering mampir ke kamarnya bukan hanya seorang pria biasa melainkan raja? Dan kerajaan Erebos?! Astaga ia malu sekali.

Namun ia segera menyembunyikan ekspresi terkejutnya. Bukannya tidak tahu terima kasih, tapi Isandra lebih memilih mati malam itu daripada harus menghadapi kenyataan, "kenapa... kau menyelamatkanku?" tanya Isandra pelan.

Azel menyadari ekspresi sedih gadis itu, 'aku tidak tau...' batin Azel lirih. Namun berbeda dengan apa yang ia ucap di bibir, "bukankah sudah kukatakan? Aku hanya melakukan apa yang aku mau" ucapnya masih memasang wajah arogan yang sama.

"lantas, 'apa yang kau mau' dariku?" tanya Isandra.

Azel menatap Isandra tepat di matanya, entah kenapa ia merasa sakit melihat wajah yang dulu selalu tersenyum dan ekspresif itu kini menatapnya dingin.

"aku belum tau, tapi yang jelas kau berhutang nyawa padaku" ucap Azel tak kalah dinginnya.

Isandra memalingkan wajahnya seraya mengangguk mengerti, tanpa sadar ia malah melamun dan teringat kejadian malam tadi. Eh tunggu, sudah berapa lama ia tidak sadarkan diri?

"Yang Mulia, bolehkan saya bertanya?" ucap Isandra kini menggunakan bahasa formal.

Azel menampilkan ekspresi tidak nyamannya saat mendengar Isandra menggunakan bahasa formal, namun ia tetap menjawab. "ya, tanyakan saja" ucapnya.

I'm More Than Just A PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang