𝕽𝖚𝖈𝖐𝖚𝖘

6.7K 814 19
                                    

"bagaimana?" ucap seorang pria duduk di kursi kerjanya dengan menghadap keluar jendela.

"berhasil tuan, puteri pagi ini dikabarkan jatuh pingsan. Racunnya berhsil bekerja" ucap seorang pria berusia ekitar 30 tahunan yang menggunakan seragam pelayan dengan tahillat di pipi kirinya.

Kursi besar itu berputar, menampilkan pria paruh baya berkumis tebal dengan surai ungu gelapnya. "bagus, ini imbalanmu" ucapnya seraya melempar sekantong koin emas pada pelayan itu.

Si pelayan menangkap kantong emas itu, "t-terima kasih tuan" ucapnya seraya berbalik hendak keluar dari ruangan itu. Namun belum sempat tangannya meraih gagang pintu,

Pshoo jleb

"aaakkhhhh" pria itu mengerang kesakitan saat panah tajam itu menebus jantungnya. Pria paruh baya yang dipanggil 'tuan' tadi berjalan pelan mendekati pelayan itu dengan crossbow yang ia gunakan untuk menembak anak panah tadi.

"bodoh, kau pikir aku akan meninggalkan bukti begitu saja?" ucapnya seraya menatap pelayan itu rendah.

"kkhhh d-duke shan-nel khhh"

~~//~~

"kau sudah mengidentifikasi racunnya?" tanya Evan pada tabib yang tadi memeriksa Isandra.

"sudah Yang Mulia, itu adalah racun yang waktu kerjanya lambat. Jadi kita tidak bisa memastikan kapan puteri Isandra mengonsumsinya. Tapi berdasarkan perkiraan saya, puteri diracuni sekitar waktu kemarin sore atau malam tadi" jawab tabib itu rinci.

"periksa semua pelayan dan juru masak yang bekerja disini!" perintah Galen tegas. Evan pun dengan cepat menerima perintah dan berjalan keluar dari kamar Isandra untuk melakukan perintah ayahnya.

"apa ada penawarnya?" tanya Percy.

Tabib itu menunduk, "kami sedang mengushakan penawar yang tepat Yang Mulia. Karena racun ini menyumbat aliran darah secara perlahan, jika salah perhitungan sedikit saja maka bisa berakibt fatal untuk tuan puteri" ucapnya.

"keluar dan bantu para bawahnmu untuk menyelesaikan penawar itu" perintah Galen.

Sang tabib menunduk hormat, "baik Yang Mulia" ucapnya kemudian berjalan keluar dari kamar Isandra.

Setelah tabib itu keluar, kamar menjadi hening. Fenine, Marrie dan Felice menatap khawatir Isandra yang sudah sangat pucat. Sedang Galen mencoba sihirnya berkali-kali untuk menyelamatkan puterinya.

"eum... Yang Mulia, mohon izinkan saya berbicara"

Mereka semua menoleh saat suara kecil Marrie terdengar. Galen hanya mengangguk sekilas masih menatap puterinya khawatir.

"k-kemarin, sebelum waktu makan malam, seorang pelayan datang mengantar teh untuk tuan puteri tanpa diminta. Dan juga pelayan itu bukanlah pelayan yang biasanya mengantarkan teh untuk tuan puteri, Yang Mulia" ucap Marrie takut-takut.

"kau ingat wajahnya?" tanya Percy.

Marrie mengangguk, "saya ingat Yang Mulia" ucap Marrie yakin.

"kalau begitu, susul Evan dan katakan bahwa aku memerintahknnya untuk mengumpulkan semua pekerja di istana ini setelah itu kau cari pelayan itu" ucap Galen.

"baik Yang Mulia" ucap Marrie dan segera berjalan keluar dari kamar Isandra bersama Felice.

Setelah Marrie keluar, suasana kembali hening. "ck hah!" Galen berdecak kesal saat sihirnya tidak berhasil membuka sumbatan di aliran darah Isandra.

"kirim pesan pada Raiya, suruh dia pulang. Dia baru berangkat kemarin siang, pasti belum jauh" ucap Galen yang nampak frustasi itu. Raiya yang ditugaskan untuk menjaga Isandra memang tengah menjalankan tugas di luar kekaisaran.

I'm More Than Just A PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang