Rantauan

8.8K 84 3
                                    

Beberapa hari aku dibandung mulai kuputuskan untuk mencari lowongan pekerjaan. Berbekal ijazah Smk yang aku dapat setelah belajar 3 tahun aku beradu nasib dikota orang.

Satu persatu perusahaan aku datangi. Berharap ada lowongan pekerjaan untukku. Tak jarang aku menggunakan ponselku mencari lowongan disosial media. Namun takdir tak seperti ekspektasi yang selalu indah. Sudah hampir 2 minggu aku mencari lowongan. Namun tak satupun yang aku dapat.
Aku pun mulai bingung dikarenakan uang ku yang semakin menipis. Dan aku sendiri pun tak tega bila harus meminta kepada ibuku karena menurutku aku sudah terlalu membebani dia selama ini.

Ditengah kegusaranku. Paijo. Teman kos ku pun menawariku suatu lowongan.

"Ham. Kebetulan gue adalah lowongan nih dikantor gue bekerja. Lu mau ga?

Aku pun bertanya tentang lowongan yang ia tawarkan. "Apaan emangnya?'

"Jadi security kaya gue. Lumayan lah gajinya bisa buat nyukupin kehidupan sehari hari."

"Oh. Persyaratanya apa aja?"

"Gampang itumah. Masalah itu biar gue yang ngurus. Yang penting lu mau ga?"

Aku pun mengiyakan tawaranya. Daripada aku nganggur terus dan ga ada penghasilan.

Beberapa hari setelah aku mengikuti tes. Dengan dibantu oleh paijo dengan meyakinkan HRD bahwa aku dapat dipercaya. Akhirnya aku pun mendapat pekerjaan menjadi seorang security.

Aku pun mulai menjalani hari hariku sebagai seorang security Yang dimana aku bertugas mengawasi keamanan kantor.
Kehidupanku pun mulai berangsur membaik. Gaji pertamaku yang menurutku lumayan untuk kebutuhan sehari hari bahkan aku sampai bisa kirim uang ke desa untuk ibuku.

Aku pun bangga dengan diri sendiri atas pencapaianku. Walau ini belum seberapa namun dapat meringankan beban ibuku yang sedari kecil telah membesarkanku.

*
Disudut kamar. Aku pun merenungi tentang kehidupanku yang sekarang ini. Menjalani kehidupan sebagai anak rantau. Kembali ku teringat akan masa remajaku dulu yang hanya bersenang senang tanpa memikirkan besok harus makan apa.
Pikiranku pun kembali teringat kepada sesosok wanita yang dulu pernah menghiasi hariku. Iya. Syifa. Perlahan memori indah saat bersamanya pun kembali teringat dalam kepalaku. Menyisakan rasa bahagia. Rindu dan penyesalan yang tak pernah berhenti atas kematiannya dan perasaan yang belum pernah aku ungkapkan kepadanya.

Ditengah rasa gundahku. Akupun tertidur dan di dalam tidurku aku bermimpi berada di suatu taman yang sangat indah yang terdapat sesosok wanita yang seperti aku kenal.

"Syifa?" Ucapku memanggil wanita itu dan ternyata dugaanku benar.

Sebuah senyuman pun tergambar jelas dalam wajahnya saat menatapku. Membuat rasa rinduku terobati. Aku pun memeluknya dan menangis.

"Maafin ya ham. Aku udah kamu jadi begini." Sebuah kata yang terucap darinya yang membuatku bergetar.

"Ga. Kamu ga salah fa. Justru aku yang salah." Ucapku yang melepas rangkulanku dan bertatap denganya.

"Ham. Yang kuat ya! Aku yakin kamu bisa nemuin kebahagian lagi. Walau kamu belum bisa ngomong sama aku. Tapi aku seneng kok bisa kenal sama kamu." Ucapnya dengan memberikan sebuah senyuman tipis. Perlahan bayangannya pun menghilang dan aku pun tersadar dari mimpiku.

Aku pun terbangun dan melihat jam yang sudah menunjukan pukul 6. Segera aku mandi dan berangkat bekerja.

"Lu kenapa ham? Kaya ga semangat gitu." Tanya paijo yang heran melihatku.

"Gapapa kok. Cuma kurang enak badan aja." Ucapku menyangkal.

"Yaelah. Nih kopi. Biar hidup lu nambah semangat." Ucap paijo yang memberikan secangkir kopi. Aku pun menyeruput kopi yang diberikan paijo.

Tak lama kami kami dikejutkan dengan seseorang yang memanggil kami.
"Kalian berdua. Sekarang ke ruang manajer. Ada hal penting yang mau diomongin sama kalian." Ucap seorang wanita yang membuatku dan paijo heran.
Mengapa kami disuruh ke ruang manajer. Emang ada urusan apa sama kami.

Kami berdua pun pergi ke ruang manajer dan bertemu dengan Bu Oky. Seorang manajer disini.

"Ada yang bisa kamu bantu bu?" Tanyaku memulai percakapan.

Bu Oky pun langsung memasang muka serius yang membuat kami semakin bingung.
"Kalian itu kerjanya ngapain sih. Masa kalian sampai gatau." Ucapnya dengan nada tinggi.

"Emang kenapa bu?" Tanya paijo dengan polos.

"Loh emangnya gatau. Salah satu karyawan kita ada yang kehilangan sebuah motor. Kata dia tadi ada diparkiran dan kunci dititipkan ke pos security. Dan waktu istirahat dia ingin keluar namun motornya udah hilang."

Kami pun kaget dan mulai bertanya satu sama lain. Kami pun mengingat kejadian tadi mulai dari berangkat sampai sekarang. Namun yang aku ingat tak pos tal pernah kosong dan selalu ada penjagaan.

Ditengah perdebatan panjang. Akhirnya dengan tegas Bu Oky pun mem Phk kami berdua secara langsung. Kami pun memohon agar jangan mem Phk kami karena kami yang bingung akan mencari kerja dimana lagi ini. Namun karena keputusan yang sudah bulat. Kami pun hanya bisa pasrah.

Ditengah perjalanan pulang kami pun kesal sembari mengingat kejadian tadi.
"Perasaan dari tadi pos itu ga pernah kosong ya jo. Kok kita bisa kecolongan sih?" Tanyaku yang masih heran

"Gue juga gatau. Padahal kalo kita mau keluar kan pasti gantian." Ucapnya pasrah.

"Iya. Udah dipecat. Gaji kita pun ga dikasih pula." Ucapku.mendengus kesal.

"Yaelah masih beruntung kita ga suruh nanggung semua ganti rugi itu. Lu tau ga. Harga motor yang ilang itu. Udah kaya gaji kita berdua buat 3 bulan. Emangnya lu mau?"

Aku pun menggelengkan kepalaku mendengarnya. Boro boro mau ganti rugi. Buat makan kedepanya aja aku udah bingung.
Di tengah kegusaranku aku pun teringat akan kejadian tadi.

"Jo. Lu inget ga waktu Bu oky tadi nyuruh kita buat ngangkatin galon?

"Trus kenapa?"

"Lu ga aneh apa. Biasanya kan kita ga pernah buat ngangkatin galon. Kan udah ada yang nganterin langsung. Dan tadi pun sebenarnya ada. Kenapa kita yang disuruh?"

"Oh ya. Bangsat jangan jangan. Dia yang udah jebak kita. Tau sendiri kan dia sama orangnya gimana." Ucap paijo dengan marah.

"Nah itu yang buat gue heran."

"Bangsat. Ga bisa didiemin nih orang." Ucapnya yang naik pitam dan ingin kembali ke kantor untuk melabrak.
Aku pun menghentikan Paijo karena akan menambah masalah.

"Udah lu tau kan dia siapa. Kita ini cuma security jo. Dari awal kita ga punya power buat ngelawan dia.


Perjalanan panjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang