persyaratan aneh

10.2K 108 20
                                    

Sebentar kami saling memandangi satu sama lain tanpa ada satu kata terucap. Aku yang sudah ketangkap basah pun hanya bisa terdiam tanpa suara.

"Wah ternyata di rumahku ada anak cewek ya sekarang." Ucap Ali dengan wajah yang sumringah. Aku pun terheran mendengar Ali berkata seperti itu yang tak seperti yang aku bayangkan.

"Ehm maaf maaf Al. Gue ga sengaja kok pakai baju ini. Tadi baju gue basah kena air soalnya." Ucapku mencoba berbohong meski sudah ketangkap basah.

Ali pun masuk dan menutup pintu yang membuatku semakin takut akan terjadi hal yang tak di inginkan. Perlahan ia pun duduk di kasur dan ingin mengajakku bicara. Aku pun segera berniat mengganti pakaianku namun di cegah oleh Ali.

"Udah gausah ganti! Pakai itu aja." Ucap Ali dan aku pun langsung menurutinya. Perlahan aku pun ikut duduk di samping Ali dengan gemetar.

"Katanya ga suka sama badan yang udah kaya cewe? Kok malah pakai daster sih?" Ucap Ali. Pikiranku pun semakin tak karuan akan apa yang akan aku katakan kepada Ali.

"Penasaran aja. Coba kalau gue pakai daster ini. Kan tubuh gue udah kaya gini."
Ucapku dengan gemetaran.

"Cantik juga ya ternyata lo kalau pakai daster. Coba kalau setiap hari lo pakai itu. Gue jadi seneng pasti." Ucap Ali yang bagai petir menyambar tubuhku. Aku tak percaya kata kata seperti itu akan keluar dari mulut Ali.

Aku pun mencoba untuk menepis perkataannya dan bilang bahwa ini hanya keisenganku saja.

"Ya terserah lu. Tapi dengan tubuh lu yang udah gini lo ga malu pakai pakaian cowok lagi? Gue sering lihat lo yang risih karena tubuh lo ga cocok sama pakaian cowok. Apalagi dada lo yang makin hari makin gede." Ucap Ali yang membuatku tersadar bahwa semua yang di katakannya benar.

Aku pun mencoba berfikir bagaimana kedepannya bila aku memakai pakaian wanita atau pakaian laki laki dengan tubuhku yang semakin tak karuan ini.

"Gamau. Nanti apa kata tetangga?"

"Ini kan perumahan ham. Tetangga di sini jarang bersosialisasi satu sama lain. Bahkan mereka kadang ga tau kalo tetangga kalo ada apa apa." Ucap Ali.

"Ga. Gue ga mau." Ucapku membulatkan tekad untuk tetap pada pendirianku.

"Yaudah kalo ga mau. Toh tubuh lo juga udah kaya gini. Tinggal tunggu waktu aja kan tubuh lu bakal jadi cewek sempurna. Cuma punya batang doang yang jadi simbol bahwa lo dulu pernah jadi laki laki." Ucap Ali yang membuat pendirianku runtuh seketika. Aku pun tak tau harus bagaimana lagi.

"Ham. Gue jamin lu bakal aman kok. Ga ada yang tau. Ntar juga gue beliin baju buat lo biar ga pakai milik mama gue." Ucap Ali.

Aku pun semakin bingung untuk memilih.

"Bentar kok lu malah dukung gue jadi cewek sih? Kan lu temen gue. Bantu gue biar jadi cowok lagi gitu." Ucapku yang marah kepada Ali.

"Realistis aja. Kemarin lo pergi ke dokter katanya lo minum obat hormon pria buat bisa balikin tubuh lo. Tapi yang terjadi apa? Tubuh lo malah makin feminim gini." Ucap Ali dengan santai. Aku pun hanya bisa pasrah karena memang itu kenyataanya.

"Lagian. Gue suka kalo lo pakai baju itu. Gue ga ngelarang. Jujur lo cantik ham." Ucap Ali sambil berbisik di telingaku.

Secara reflek aku pun memukul Ali. Aku yang selalu salah tingkah bila Ali berkata seperti itu. Entah kenapa aku merasa bangga walaupun aku seorang cowok.

"Tapi bener ham. Lu cantik banget. Suerrr." Ucap Ali dengan membuat simbol dua jari. Aku pun semakin memukulnya karena mendengar perkataan itu.

Ali pun hanya bisa pasrah dengan sesekali mengejekku. Kami pun seperti sepasang kekasih yang sedang bercanda ria. Tanpa kami sadari kami terdiam saling berpandangan satu sama lain dengan aku yang dibawah dan Ali di atas dengan mencengkram tanganku. Sekejap aku memandangi Ali hingga tanpa sadar muncul perasaan aneh.

Aku pun segera melepaskan tangannya yang membelenggu tanganku. Kami sama sama duduk dan hanya bisa diam.

"Ehm maafin gue ya ham. Gue ga sengaja." Ucap Ali meminta maaf

"Iya gpp. Santai aja kok."

Sekejap kami hanya bisa terdiam lagi. Suasana hening malam menambah kesunyian antara kita berdua.

"Jadi gimana? Lu mau kan?" Ucap Ali memulai percakapan.

"Ehmmm. Gimana ya? Gue masih malu. Apalagi kalau harus keluar rumah."

"Tenang aja. Gue bakal beliin lo semua perlengkapan mulai dari baju, make up dll. Asalkan lo mau turutin semua kemauan gue."

"Hah apaan?"

"Kemana pun lo pergi lo harus pakai baju itu. Jangan pakai baju cowok. Dan lo harus bersikap kaya cewek. Dan ya ini mungkin gampang sih buat lo." Ucap Ali.

"Gampang. Emang apaan sih?"

"Seperti biasa lah. Li ngurus rumah. Ga cuma masak doang. Itu aja sih." Ucap Ali. Aku pun semakin bingung dengan pemikirannya.

"Jadi lo mau gue jadi pembantu disini gitu?"

"Anak cewek ga boleh ngeluh. Lagian itu udah gampang. Kalo lo mau kerja kaya dulu gue yakin lo ga bakal kuat. Jadi gue kasih kerjaan yang gampang aja." Ucap Ali yang membuatku semakin bete.

"Iya bos Ali yang hebat." Ucapku dengan nada cemberut.

Aku pun langsung menidurkan diri di kamar tanpa menghiraukan Ali. Tanpa sadar Ali pun ikut tidur di sampingku.

"Ngapain lu tidur disini? Kan lu punya kamar sendiri." Ucapku dengan nada sinis.

"Gue takut tidur sendiri ham. Jadi tadi gue kesini itu mau tidur bareng." Ucap Ali

"Udah keluar. Katanya sekarang gue cewek. Berarti lu ga boleh tidur bareng sama gue. Pamali. Cepat pergi!!" Ucapku mengusir Ali agar ia kembali ke kamarnya.

"Yaelah galak amat sih. Gue kan cuma mau tidur disini. Lagian gue ga bakalan macam macam kok sama lu." Ucap Ali dengan raut wajah memelas.

Aku pun hanya bisa pasrah. Segera ku pejamkan matamu tanpa menghiraukan Ali 

Perjalanan panjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang