Teman teman

3.7K 60 0
                                    

Kami pun melangsungkan acara pernikahan di kotaku. Dengan Ali yang mengajak beberapa teman temannya dari Bandung untuk menjadi rombongan pengiringnya.

Selama seminggu. Aku dan keluargaku pun kelabakan untuk mengurus acara pernikahan nanti. Beruntung ada dua kak Edo dan Kak Arie yang menyempatkan untuk pulang dan mengurusi semua acara pernikahanku. Mengingat hanya mereka berdua laki laki di keluargaku. Setelah aku menjadi perempuan seperti ini.

Tak jarang Ali datang untuk membantuku dalam mengurusi resepsi nanti. Tak jarang ia kulihat ia yang mulai akrab dengan kak Edo dan kak Arie. Aku pun turut senang melihat mereka yang cepat akrab. Ku lihat depan rumahku yang mulai dipasangi tenda untuk tamu yang akan datang

Aku pun juga beruntung. Walau setelah menjadi Fanny. Aku cepat bergaul dengan lingkungan sekitar meskipun harus memulai dari awal. Mereka pun dengan sukarela mau menerimaku sebagai temannya. Bahkan mendengar berita pernikahanku. Mereka pun bersedia untuk menjadi pagar ayu buatku.

Lita, Zein, wanda, Yuli dan dena. Adalah sahabatku yang aku kenal saat aku tiba di kampung ku. Meskipun sebenarnya aku sudah mengenal mereka. Namun dengan diriku yang sekarang. Aku pun mencoba sebagai orang baru di depan mereka.

Kami berenam pun menjadi semakin akrab. Bahkan lebih akrab dari dulu saat aku menjadi Ilham mungkin karena efek aku yang sama sama wanita. Jadi mereka lebih care terhadapku.

*
Malam pun tiba. Ku lihat rumahku yang ramai dengan para tamu yang berdatangan. Aku pun sedikit gugup dengan acara malaman yang menjadi tradisi di kotaku. Walaupun ini bukan acara formal. Dan terkesan hanya untuk sekedar meramaikan. Agar orang orang tau bahwa ada orang yang akan menikah disekitar sini.

Aku pun berdandan secara formal untuk menghormati para tetamu yang datang. Dengan di iringi musik dan beberapa jajanan yang telah disuguhkan. Menambah kesan ramai di rumahku.

Aku pun bersantai dengan lita, Zein, Wanda, Yuli dan Dena setelah berkutik mengurusi para tamu yang datang. Kami pun bersantai di ruang tengah sambil bercanda ria. Dengan di temani beberapa makanan.

"Fan. Kok kamu nikah cepet banget sih? Perasaan kemarin kamu masih lamaran doang." Ucap Zein mengomentari ku. Aku pun hanya tersenyum sambil menjelaskan jika ini adalah kemauan Ali.

"Udah zein! Masak orang nikah ga boleh sih. Itung itung geng kita ada yang mengawali juga kan?" Ucap yuli dengan mulut yang tak berhenti mengunyah. Kami pun tertawa dengan tingkah bunga.

"Ga gitu Yul. Kan kamu tau sendiri kalau udah nikah itu pasti kita bakal ikut suami masing masing. Permasalahannya aku kan masih pengen main sama Fanny tau." Ucap Zein memberikan sanggahan kepada Yuli.

"Kamu takut ya ga bisa curhat sama Fanny lagi kalau ada masalah? Ya kan masih ada kita zein." Ucap Wanda ikut nimbrung percakapan mereka berdua.

"Iya sih. Hehehe. Lagian kalau aku curhat sama kalian susah nyambungnya." Ucap Zein nyengir. Kami pun hanya mendengus kesal dengan ucapan Zein.

"Oh ya Fan. Btw setelah nikah kamu mau tinggal dimana?" Ucap Lita sambil mematikan hpnya. Kebiasaan Lita kalau dimana saja ia akan bermain dengan hpnya untuk foto foto. Lita yang cukup narsis di sosial media. Membuat kami kadang risih dengannya. Karena semua hal yang kita lakukan pasti harus diabadikan olehnya. Namun kami pun mencoba untuk tak begitu memperdulikannya.

"Ehm. Gatau lit. Itu sih terserah Ali. Aku kan cuma ngikut sama dia." Ucapku menjawab pertanyaan Lita.

"Ya ampun Fan. Kamu ini mentang mentang jadi istri ga gitu juga dong! Sekali kali kamu harus buat dia ikut aturan kamu. Masak kamu mau seenaknya doang dibawa kemana mana." Ucap Zein menyela pembicaraanku. Sikapnya yang sedikit cerewet memang suka membuat orang kesal karena terkadang. Zein tak bisa mengontrol ucapannya dan suka menyela pembicaraan orang.

"Kamu kalau goblok jangan gitu juga tau. Si Fanny kan mau jadi seorang istri zein. Udah kewajiban ia dong buat ikut suaminya. Kamu itu gimana sih?" Ucap Dena dengan kesal karena ucapan Zein. Zein pun hanya mendengus kesal karena ucapan Dena.

"Udah udah gausah berantem! Yang nikah kan Fanny. Kenapa jadi kalian yang ribut." Ucap Wanda menengahi. Kami pun tertawa melihat ekspresi Zein dan Dena yang seperti orang musuhan.

Beberapa kali kita peringati mereka untuk berdamai. Namun tetap saja mereka tak ada yang mau mengalah. Kami pun hanya bisa pasrah dan menunggu mereka untuk baikan lagi. Toh udah jadi kebiasaan mereka berdua setiap mereka bertemu.

Mereka pun pamit untuk pulang. Melihat jam yang sudah semakin larut. Apalagi dengan besok yang adalah acara akad ku. Jadi kami pun harus bangun pagi agar tak membuat rusak rencana yang sudah disiapkan. Apalagi denganku yang sebagai empunya acara.

Aku pun segera bersiap siap untuk tidur. Aku pun berniat untuk tidur bersama Ibu dikamarnya. Dikarenakan kamarku yang sudah dihias. Jadi tak mungkin untuk aku tidur malam ini. Ku lihat depan rumahku yang masih ada beberapa laki laki yang bertugas meramaikan rumahku. Ditemani oleh kak Edo dan kak Arie.

Aku pun segera masuk ke kamar Ibu. Ku lihat Ibu yang masih menonton video YouTube. Segera ku baringkan tubuhku di sampingnya dan memeluk Ibu.

"Ibu. Kalau aku nikah nanti yang nemenin ibu jaga warung siapa?" Ucapku mengutarakan pertanyaan diisi kepalaku. Ibu pun berbalik menghadap ku dan mematikan hpnya.

"Ibu udah ga mau jualan lagi. Ibu mau nyantai aja dirumah sambil nemenin cucu cucu ibu." Ucap Ibu sambil mengusap ngusap rambutku.

"Terus kalau aku diboyong Ali ke Bandung. Nanti Ibu gimana disini?" Ucapku kembali memberikan pertanyaan kepadanya.

"Disini kan ramai. Ada kakak kakak kamu. Ada sasa. Ada leo sama Oni. Kenapa harus khawatir sama Ibu?" Ucap Ibu dengan lemah lembut. Aku pun masih gelisah atas semua pertanyaan ku jika aku jauh dari Ibu.

"Ehm. Kalau aku diboyong Ali buat ke Bandung. Ibu ikut Ya! Aku ga mau jauh jauh sama ibu." Ucapku merengek seperti anak kecil. Aku pun memeluk ibu. Berharap ibu dapat menuruti kemauanku.

"Fan. Kamu itu udah besar. Sekarang waktu buat kamu biar ngerasain jadi seorang istri. Lagian kalau ibu disana. Ga enak nanti ganggu kamu sama Ali lagi mesra mesraan kan?" Ucap ibu dengan nada lemah lembutnya.

"Ya ibu. Aku kan ga pengen jauh jauh dari ibu. Masak ga boleh sih?" Ucapku dengan terus memperlihatkan ekspresi seperti anak kecil.

"Udah tidur. Besok kan kamu nikah. Nanti kalau kesiangan gimana?" Ucap Ibu menyuruhku.

"Bu!!.. Ibu ga sayang Fanny apa? Kalau nanti Fanny kenapa kenapa di sana gimana?" Ucapku dengan kesal.

"Fanny. Kamu itu udah mau nikah. Semua tanggung jawab ibu dan bapak itu nanti semua ada pada suami kamu. Dan ibu udah ga ada hak lagi buat macam macam sama kamu. Lagian. Ibu kenal Ali anaknya kaya apa. Ibu yakin dia pasti bisa jaga kamu." Ucap Ibu berusaha menengangkan ku.

Ibu pun bercerita kepadaku. Mulai tentang cerita saat aku kecil. Dan cerita saat ia bertemu dengan Alm ayahku sampai menikah. Tak lupa ia memberiku wejangan yang menjadi pedoman ia selama menjadi seorang istri.

Aku pun mendengarkan dengan seksama. Dengan memeluk ibu bak anak kecil. Akhirnya aku pun tertidur mendengar Ibu bercerita.

Perjalanan panjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang