Diboyong

4.7K 54 0
                                    

Seminggu setelah pernikahan. Aku pun di boyong oleh Ali ke Bandung. Sebenarnya ingin sekali aku mengajak Ibu. Namun ia bersikukuh untuk tetap di desa. Terbesit rasa khawatir akan Ibu bila aku tinggal. Namun Ibu terus meyakinkan ku.

Ia pun juga berpesan kepadaku untuk selalu patuh kepada perintah Ali. Mengingat aku yang sudah menjadi seorang Istri. Beberapa kali aku belajar kepada ibu tentang tata cara menjadi seorang istri yang benar.

Hari itu. Kami pun kembali ke Rumah. Rumah yang menjadi saksi bisu perubahan ku dari seorang Ilham menjadi Fanny. Ku lihat rumah yang sepi setelah ditinggal beberapa minggu oleh Ali.

Kami pun membersihkan bersama rumah itu. Tak lupa ku pajang foto pernikahan kami berdua di berbagai sudut rumah. Terlihat kami yang kompak satu sama lain membagi tugas. Sampai saat matahari sudah mencapai puncak. Kami pun telah selesai dengan semua kegiatan kami.

Kami pun bersantai di ruang tengah. Rasa lelah menumpuk menjadi satu. Ditandai dengan tubuh kami yang banjir keringat. Ku langkahkan tubuhku ke dapur untuk membuat minuman. Tak lupa aku mengambil beberapa keripik sebagai teman bersantai kita.

"Minum mas!" Ucapku sambil membawakan minuman untuknya. Ali pun langsung menyerobot minuman itu. Terlihat ia yang sudah tak tahan dengan rasa kering di kerongkongannya.

"Mas mau keluar dulu ya Fan. Ada urusan yang harus mas selesain." Ucap Ali. Aku pun bingung dengan urusan yang Ali ucapkan.

"Urusan apa?" Tanyaku dengan heran. Ku teguk minuman yang ku buat yang membuat kerongkonganku kembali basah.

"Kamu kan tau kemarin aku tinggal semua kerjaan ku. Sekarang aku harus nyelesain semuanya." Ucap Ali. Aku pun menjadi paham dan dapat memakluminya.

"Yaudah. Tapi jangan malem malem ya pulangnya! Sama nanti pulang mau makan apa? Aku masakin." Ucapku dengan lemah lembut.

"Udah ga usah masak. Bahan bahan di dapur kan masih kosong. Tenang aja. Aku pulang nanti aku beliin ayam bakar ya." Ucap Ali membelai rambutku. Setelah itu ia pun bergegas keluar.

Dipacunya mobilnya keluar dari kompleks perumahan. Aku pun hanya bisa mengantarkan di depan pagar rumah. Setelah itu aku pun berniat menyelesaikan pekerjaan rumah yang masih kurang.

*
Seharian aku pun hanya berada di depan Tv. Tugas rumah yang telah selesai dan tak ada lagi yang bisa ku kerjakan membuatku merasa bosan.

"Humphh. Jadi gini rasanya jadi istri. Ngebosenin banget." Ucapku dengan kesal kepada diri sendiri. Jika saja aku masih berada di rumahku. Pasti aku takkan kesepian. Akan ada Ibu, kak Vita dan Kak rumi yang menemaniku. Terlebih lagi dengan kedua ponakan ku yang sangat aku rindukan.

Hari yang menjelang malam. Aku pun segera bergegas untuk mandi. Ku basuh tubuhku. Setelah itu aku pun bergegas ke kamar mencari baju untuk nanti malam.

Ku lepaskan handuk yang membelit tubuhku. Terpantul bayanganku di cermin. Tubuh yang bak gitar spanyol. Dengan dua buah dada yang sangat ranum. Di tambah dengan dua gundukan di sela selangkanganku yang menggantikan posisi burungku.

Sekejap aku pun teringat dengan dulu waktu aku pertama kali di rumah ini. Rasanya tak masuk akal. Aku yang dulu masih seorang laki laki normal. Berubah menjadi seorang wanita seperti ini.

Ku sadarkan diriku dari lamunanku dan segera memakai baju tidur. Mengingat tak ada kegiatan yang harus ku kerjakan. Jadi memakai baju tidur aja adalah pilihan tepat. Aku pun sengaja tak memakai bra karena tak terbiasa jika aku tidur dengan memakai bra.

*
Jam 9 lebih. Ali pun pulang. Terdengar raungan mesin mobilnya yang mulai memasuki halaman rumah. Aku pun segera pergi menyambutnya.

Kami pun segera masuk dan bergegas untuk makan. Ku lihat Ali yang menenteng  ayam bakar untuk kita berdua.

"Mas lama banget sih. Udah laper tau." Ucapku mengomel kepadanya yang terlambat pulang. Rasa lapar yang kutahan dari tadi karena menunggunya seperti tak bisa dibendung. Apalagi dengan bungkusan ayam bakar di depan mata.

"Ya maaf Fan. Kan tau sendiri aku super sibuk. Hehe." Ucap Ali. Aku pun tak memperdulikannya dan segera makan. Ali yang memperhatikanku makan seperti orang yang belum makan seminggu.

"Gausah buru buri Fan makanya. Kaya di kejar apa juga." Ucap Ali menasehati ku. Aku pun hanya menatapnya dengan ekspresi datar.

"Salah siapa pulang jam segini. Ga tau aku udah laper apa dari tadi." Ucapku dengan nasi yang masih mengumpul di mulutku.
Aku pun melanjutkan makan tanpa memperdulikan segala ucapannya.

Aku pun habis duluan. Sementara Ali yang masih belum selesai dengan makannya. Aku pun berkata kepadanya jika aku ingin ke kamar terlebih dahulu. Rasa kantuk setelah makan membuatku ingin sekali tidur. Namun ku tahan karena tak baik untuk kesehatan.

Di dalam kamar aku pun hanya membuka Handphone sembari melihat beberapa video lucu di sosmed. Tiba tiba Ali pun datang dan langsung memelukku. Aku pun merasa risih dengan ia yang langsung memelukku.

"Kamu ga pakai Bra ya? Kebetulan nih aku lagi pengen." Ucap Ali dengan menyeringai kepadaku. Aku pun hanya mendengus kesal sembari mendorong ia agar jangan terus terusan di atas tubuhku.

"Ga mau. Aku capek mau tidur." Ucapku sambil berakting tidur.

"Pamali loh nolak keinginan suami. Lagian apa salahnya sih kalau suami minta jatah sama istri. Daripada minta jatah wanita lain." Ucap Ali menggerutu. Terdengar ia yang berusaha membuatku panas akan ucapannya.

"Ih besok aja ya. Aku capek tau tadi beresin rumah." Ucapku dengan ekspresi memelas kepada Ali. Ia pun tak bergeming dengan ekspresi dan tetap pada pendiriannya.

"Yaudah. Mas nanti mau sama cewek lain aja. Tapi jangan marah ya!" Ucap Ali dengan menyentil hidungku. Aku pun semakin kesal dengannya. Bagaimana pun aku tak mau jika ia berhubungan intim dengan wanita lain.

"Ga. Ga boleh. Itu kan punyaku. Ga boleh ada yang mainin itu selain aku!" Ucapku dengan memeluk erat Ali. Aku pun berusaha memasang wajah memelas kepadanya. Ia pun tersenyum dengan rencananya yang berjalan lancar.

Ku cengkram burungnya yang hanya terbungkus oleh cd dan celana kolor.
"Pokoknya ini punya aku. Awas aja kalau di kasih sama cewek lain. Aku potong punya kamu!" Ucapku dengan tatapan tajam. Rasa takut bila Ali mendua terus menghampiriku.

"Istri mas kalau marah lucu juga ya." Ucap Ali dengan menyentil hidungku lagi. Aku pun kesal dan menyuruhnya agar tak menyentil hidungku lagi.

"Yaudah ayo! Mau mas yang mulai atau kamu?" Ucap Ali sambil melirik burungnya. Aku pun bimbang. Bagaimana pun Ali adalah orang yang agresif jika di ranjang. Mau aku yang memulai atau dia. Pasti tak ada baiknya buat aku.


Perjalanan panjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang