Suami istri

8.2K 69 4
                                    

Ali pun menarik tubuhku keatas tubuhnya.  Ia pun langsung melumat bibirku. Di mainkannya payudaraku yang terbungkus oleh baju tidur. Aku pun mulai terangsang.  Perasaan yang sama saat Ali meniduri waktu itu.

Hanya saja. Rasa yang ku dapati saat ini lebih dari waktu itu. Mungkin karena pengaruh karena aku masih tahap transisi waktu itu. Sehingga tak memaksimalkan gairahku.

Aku pun hanya mengikuti alur irama Ali dalam mencumbui ku. Bagaimana pun aku sudah tak bisa menolak. Mengingat juga setelah seminggu kami menikah. Aku selalu menolak. Aku selalu beralasan bahwa aku sedang capek. Padahal aku hanya takut digagahi Ali lagi.

Ia pun berhenti melumat bibirku. Dengan cepat ia pun segera melepas pakaianku. Ia pun langsung memainkan payudaraku. Tak jarang ia bertingkah seperti anak kecil yang ingin menyusu dengan ibunya.

Aku pun semakin tak bisa mengontrol tubuhku. Apalagi dengan Ali yang terus memainkan putingku. Rasa hangat pun muncul di selangkanganku. Salah satu tangan Ali pun berpindah meraba selangkanganku. Dimainkannya vaginaku.

Aku pun mendesah saat ali meraba vaginaku. Hal itu juga yang membuat Ali semakin kesetanan kepadaku. Entah kenapa suaraku dapat membuat Ali tambah bergairah.

Ali pun berdiri di depanku. Dengan segera ia melepas celananya. Diperlihatkannya burungnya yang sudah tegang. Aku pun sudah mengerti apa yang harus kulakukan. Segera ku kulum penisnya.

Ku kulum penisnya. Dengan permainan lidahku yang terus bermain dengan penisnya. Ya walaupun aku masih jijik jika harus mengulum penis. Namun aku harus membiasakan. Karena ini akan menjadi rutinitas ku kedepannya.

Beberapa menit berlalu. Ali pun mencabut penisnya dari mulutku. Ia pun langsung meniduri ku. Di masukkannya penisnya kedalam vaginaku. Ia pun memasukan penisnya secara perlahan lahan.

Rasa sakit yang teramat pun menjalar di sekujur tubuhku. Ku cengkram bantal di sampingku. Ingin sekali ku teriak namun takut akan terdengar ke tetangga.

Sampai saat penisnya sudah masuk semua kedalam vaginaku. Ia pun mulai memaju mundurkan penisnya. Vaginaku yang masih sempit sepertinya menahan keras penis Ali yang berada di dalamnya.

Aku pun semakin tak bisa mengontrol pikiranku. Rasa aneh di selangkanganku membuatku gila. Seperti ada benda hangat yang memasuki tubuhku. Apalagi saat Ali menggenjot ku. Tersirat rasa yang tak pernah ku alami saat ini. Bahkan rasanya jauh berbeda saat dulu Ali menggenjot ku lewat pantat.

Aku pun hanya bisa pasrah. Ali yang terus memacu dengan kuat membuatku hanya bisa mengeluarkan suara desahan saja. Ia pun juga ikut memainkan payudaraku yang bergoyang akibat genjotannya.

Sampai pada akhirnya. Ali pun klimaks. Ia pun mengeluarkannya di dalam vaginaku. Rasa hangat menyelimuti diriku. Aku pun lega karena ku kira akan berakhir.

Namun Ali seperti tak ada rasa lelah. Hanya beberapa menit penisnya langsung menegang kembali. Ia pun terus menyetubuhiku berkali kali.

Beberapa kali Ali menggenjot ku. Sampai aku sendiri ingin berhenti. Rasa sakit akibat penisnya yang dipaksa masuk kedalam vaginaku sebenarnya belum hilang. Namun Ali tak memperdulikannya dan terus menggenjot ku.

Ali pun beberapa kali mengeluarkan cairan spermanya ke tubuhku. Sampai ke berapa kalinya. Ia langsung mengarahkan penisnya ke mulutku. Aku pun tersentak dengan penisnya yang mengeluarkan cairan di mulutku.

Ia pun menyuruhku untuk menelannya. Rasa asin dan anyir segera merasuki lidahku.
"Asin tau mas." Ucapku mengeluh karena rasa spermanya. Namun ia hanya tersenyum dan kembali memasukkan penisnya di Vaginaku.

Beberapa kali ia menumpahkan spermanya. Aku pun terkulai lemas saat Ali berhenti. Ku lihat ia juga sudah berhenti. Ia pun berbaring di sampingku dan mencumbui ku.

Aku yang sudah lemas dan tak berdaya hanya diam menikmati cumbuannya. Rasa sakit di selangkanganku merasuki tubuhku. Terasa vaginaku yang seperti sobek karena menahan penis Ali yang terlalu besar.

"Mas. Udah! Aku udah ga kuat tau." Ucapku mendorong tubuhnya yang tak berhenti mencumbui ku. Ia pun sepertinya mengerti. Melihat diriku yang sudah tak berdaya akibat dirinya.

"Mas mau buat istrimu mati ya?" Ucapku dengan kesal memarahinya. Ia pun heran mendengar perkataan ku.

"Loh kan mas minta jatah sama kamu. Emang salah?" Tanya Ali dengan membelai rambutku.

"Ya ga harus beronde ronde juga kali. Lihat nih! Sakit tau." Ucapku sambil memperlihatkan vaginaku yang penuh dengan darah dan spermanya.

"Hehehe. Udah gausah ngeluh. Lagian enak kan?" Ucap Ali sambil memelukku. Aku pun tak mengindahkan ucapannya dan segera tertidur. Berharap rasa sakit ini segera berakhir.

*

Aku pun terbangun saat adzan subuh berkumandang. Segera ku kejutkan Ali untuk sholat berjamaah.

"Mas. Bangun! Ayok sholat." Ucapku berusaha membangunkannya.

"Hah. Mau lagi ya? Ayok!" Ucap Ali yang terbangun. Aku pun segera mencubit putingnya karena kesal.

"Dasar otak mesum. Sholat tau bukan ngentot." Ucapku dengan kesal. Ali pun hanya meringis kesakitan karena cubitan ku. Tiba tiba ia pun segera menggendong tubuhku yang masih telanjang ke dalam kamar mandi.

"Mas. Mau ngapain?" Ucapku dengan menyuruhnya berhenti menggendongku.

"Katanya mau sholat? Ya mandi dulu lah." Ucap Ali dengan enteng. Segera kupasang wajah kesal kepadanya.

"Ya mas keluar dulu lah! Aku mau mandi sendiri." Ucapku dengan ketus. Ia pun tak mengindahkan ucapan ku. Segera diguyurnya tubuhku. Aku pun tersentak dengan air pagi yang dingin langsung mengguyur tubuhku.

Ih mas. Jangan bikin kesel deh! Dingin tau." Ucapku kesal dengan memegangi tangannya yang hendak mengguyur ku lagi. Sekejap ia pun menatapku heran dan langsung tertawa melihat ekspresi ku.

"Maafin ya! Mas ga tau soalnya." Ucap Ali dengan tertawa. Segera ku ambil air dan langsung mengguyur tubuhnya. Ia pun juga tersentak karena guyuran ku. Ku lihat dengan tertawa ekspresinya yang menahan dingin.

"Oh jadi gitu. Udah mulai berani ya?" Ucap Ali menatapku. Dengan penuh semangat ia pun mengguyur tubuhku. Ku balas ia dengan mengguyur tubuhnya. Sekejap kami pun kedinginan karena air pagi hari.

Kami pun berhenti bercanda dan segera mandi dengan benar. Dengan cepat cepat kami pun keluar karena tak ingin berlama lama dengan air pagi hari. Tak lupa. Kami pun segera bergegas memakai pakaian agar tak kedinginan.

Di saat aku tengah memakai bra. Tiba tiba Ali pun meraba payudaraku. Aku pun tersentak. Segera ku gampar tangannya yang main pegang.

"Mas. Mau sholat tau. Masih aja mesum." Ucapku kesal melihat ia yang masih belum puas.

"Habis enak Fan. Lagian kita kan juga udah halal." Ucap Ali seperti anak kecil. Aku pun tak memperdulikan omongannya dan segera pergi mengambil wudhu.

Segera ku pakai mukena ku dan menunggu Ali. Kami pun sholat berjamaah dengan khusyuk. Setelah selesai. Tak lupa kami berdoa. Ku kecup tangan Ali yang menjadi imam ku.

"Dasar otak mesum." Ucapku melihat ia menyeringai kepadaku.

Perjalanan panjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang