Pergi

5.5K 78 10
                                    

Aku terbangun mendengar suara adzan subuh. Ku lihat tubuhku yang masih telanjang dengan memeluk Ali yang masih tertidur pulas. Ku amati Ali. Perasaan marah masih saja menyelimuti diriku atas kejadian semalam. Namun bukan malah membalas. Perasaan suka mulai tumbuh pada diriku.

Aku pun memakai pakaianku yang tergeletak. Dan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh yang masih sakit.

"Mau kemana?" Ucap Ali yang terbangun. Aku pun hanya memakai pakaian dan bergegas keluar tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Ali pun langsung berdiri dan memegang tanganku. Seakan ia tak ingin aku kemana mana.
"Apa? Jatah tadi malem kurang?" Ucapku dengan sinis. Aku pun segera melepaskan pegangannya dan bergegas untuk mandi.

Aku pun mandi. Ku guyur tubuhku dengan air di pagi hari. Aku pun merasakan sakit di sekitar anus ku akibat kejadian semalam. Aku pun bergegas untuk cepat cepat dan kembali ke kamar untuk berganti pakaian.

Setelah itu aku pun memasak untuk sarapan pagi ini. Aku pun memasak Nasi goreng sebagai menu sarapan pagi ini. Aku pun menghidangkan ke meja makan dan memanggil Ali untuk makan.

"Al. Makan udah aku siapin." Ucapku menyuruh ia untuk makan. Ia pun langsung bergegas menuju meja makan.
Ali pun langsung mengambil piring dan mulai makan dengan lahap. Terlihat ia yang sudah kelaparan.

"Kok ga makan?" Ucap Ali yang melihatku. Aku pun sebenarnya masih marah dengannya namun masih kututupi karena tak ingin membuat keributan dengannya.

"Gpp. Nanti aja. Belum laper." Ucapku. Aku pun segera pergi ke depan rumah untuk menghirup udara segar pagi.

Ku dudukan tubuhku di kursi depan rumah dengan memandang kedepan rumah. Suasana kompleks yang masih sepi karena baru jam 6 pagi.

"Lo masih marah sama gue?" Ucap Ali mengagetkanku. Ia pun langsung duduk di sebelahku sambil membawa dua cangkir kopi

"Pede banget. Orang aku lagi nikmatin udara pagi kok." Ucapku dengan ketus dan tak mau menatap Ali.

"Nih gue udah buatin kopi. Cobain?" Ucap Ali sambil membakar sebatang rokok.

"Aku ga minum kopi." Ucapku bangkit berdiri dan berusaha pergi. Ali pun langsung menghadang ku membuatku semakin kesal.

"Apaan sih? Minggir ga!" Ucapku dengan emosi. Ali pun tak bergeming.

"Fan. Kalau gue salah yah bilang. Salah gue apa. Jangan kaya gini. Emangnya gue dukun apa bisa selalu ngertiin semua isi pikiran lo." Ucap Ali dengan nada tinggi. Aku pun merasa sakit mendengar ucapan Ali.

"Emangnya lo ga sadar. Apa yang telah lo lakuin ke gue? Lo pikir perbuatan lo tadi malem itu ga nyakitin gue hah?" Ucapku kembali memaki Ali. Ali pun hanya terdiam mematung melihatku yang kecewa terhadapnya.

Aku pun masuk kedalam kamar. Ku hentikan pertengkaran ku dengan Ali agar tak kelihatan tetangga. Aku pun menangis tersedu di dalam kamar. Perasaan hancur dan sakit hati menjadi satu dalam diriku.

Ali pun masuk kedalam kamarku. Dia mendekat melihatku yang menangis. Perlahan ia duduk di sampingku dan mengusap pipiku yang basah.

"Fan. Maafin gue ya. Gue tau gue salah. Gue bodoh banget. Kenapa gue harus ngelakuin semua itu ke lo." Ucap Ali dengan memukul mukul kepalanya.

"Emang dengan kata maaf semuanya bisa berubah?" Ucapku dengan sembab karena menangis.

"Iya tau. Tapi semua ini gue lakuin karena gue cinta sama lo. Gue mau lo jadi milik gue satu satunya." Ucap Ali. Aku pun terkejut dengan ucapannya. Sekejap ku perhatikan sorot matanya yang juga menatapku tajam.

"Kalau lo bener sayang sama gue. Lo ga bakalan ngerusak gue kaya semalem. Gue tau lo cuma anggap gue itu kaya pelacur di pinggir jalan kan?" Ucapku yang kembali emosi.

"Fan. Denger dulu! Gue beneran sayang sama lo." Ucap Ali. Aku pun segera pergi menuju ke kamar Ali.

Aku pun bergegas mengambil sebuah barang yang selama ini di sembunyikan oleh Ali kepadaku. Aku pun menemukan dan bergegas kembali ke kamar.

"Ini obat apa?" Ucapku dengan melempar toples yang berisi obat obat kepada Ali.

"Darimana lo tau obat ini?" Ucapnya heran melihatku mengetahui barang itu.

"Udah gausah banyak bicara. Itu obat apa? Kenapa obat itu warnanya sama persis kaya obat yang pernah gue minum." Ucapku yang ingin menanyakan kejelasan. Sebab obat yang aku minum dari dokter dulu sama bentuknya dengan obat yang ada di kamar Ali.

Ali pun terdiam tanpa menjawab pertanyaanku. Terlihat dari raut wajahnya yang kebingungan. Aku pun terus menekan Ali agar ia mau berbicara tentang obat itu.

"Ini obat hormon." Ucapnya singkat.

"Hormon? Jadi lo yang udah buat gue jadi begini?" Ucapku dengan menahan emosi.
Ali pun hanya mengangguk.

Aku yang sudah emosi pun menampar Ali dengan keras. Ku pukuli ia yang telah membuat hidupku seperti ini. Ali pun hanya dia tak membalas.

"Kenapa lo buat gue jadi begini? Lo kan tau gue ga seneng jadi cewek." Ucapku yang marah. Aku pun menangis melihat orang yang aku percayai ternyata malah yang sudah merusak hidupku.

"Gue suka sama lo Fan. Gue tau ini salah. Tapi gue ga perduli. Yang penting lo bisa jadi milik gue." Ucapnya yang membuatku semakin tak kehabisan akal.

Aku pun berniat untuk keluar dari rumah ini. Segera ku kemasi barang barang ku. Tak lupa aku memesan ojek online untuk datang menjemput ku.

"Lo mau kemana?" Ucap Ali. Aku pun hanya diam dan terus merapihkan bajuku.

Segera aku pun keluar dengan barang barang dan bajuku yang akan ku bawa keluar dan menunggu ojol yang sudah aku pesan.

"Fan. Lo mau kemana? Jawab pertanyaan gue!" Ucap Ali menghampiriku dan berusaha mengambil tas yang aku bawa.

"Cukup. Gue udah muak sama lo." Ucapku dengan menarik koper yang ada ditangannya.

Tak lama ojol pun datang. Aku pun segera naik dan menyuruh ojol itu untuk segera pergi.

"Fan. Tolong jangan pergi. Pliss!!" Ucap Ali memberhentikan motor yang aki tumpangi.

"Udah jalan aja pak!" Ucapku menyuruh ojol itu. Untuk terus jalan.

Aku pun pergi meninggalkan Ali. Ku lihat Ali yang ingin mengejar ku menggunakan motornya namun aku pun menyuruh bapak ojol itu untuk lewat jalan cacing agar Ali tak mengikutiku.

Perjalanan panjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang