Ga tau judul

2.9K 59 3
                                    

Keesokan paginya. Setelah selesai sarapan bersama. Aku pun mengajak Ali untuk ke pasar. Mengingat kebutuhan dapur yang mulai habis. Di tambah dengan tutupnya warung pada hari ini. Membuatku banyak waktu luang di hari yang cerah ini.

Kami pun naik motor menuju ke pasar yang tak jauh dari rumahku. Sesampainya di pasar. Aku pun segera masuk dan mulai mencari bahan bahan yang ingin aku beli.

Ali pun hanya mengekor ku dari belakang. Tak lupa aku suruh Ali untuk membawakan barang belanjaan ku. Ia pun hanya diam mengikutiku. Sesekali ku lihat raut wajahnya yang kesal dan ingin cepat cepat pulang.

Kami pun berhenti di sebuah warung bakso. Segera kami duduk di tempat yang sudah di sediakan dan mulai memesan. Tak lama pesanan kami pun datang. Segera ku minum Es teh yang ku pesan. Rasa manis dan dingin menghilangkan rasa penat menyusuri pasar.

"Kayaknya kalau gini terus gue jadi berotot deh Fan." Ucap Ali sambil menyeruput minumannya.

"Kok bisa?" Ucapku bertanya yang di sambut dengan kedatangan bakso yang kami pesan.

"Ya lo suruh gue bawain barang belanjaan yang banyak gitu. Udah gitu lo kalau muter pasar bisa sampai 3 kali lebih. Ga capek apa?" Ucap ali mengeluh. Aku pun hanya tertawa melihat ekspresinya.

"Oh jadi gitu? Ya udah lain kali aku mau cari bantuan sama cowok lain aja." Ucapku sambil memakan baksoku.

"Hemm. Kebiasaan ini mah pasti. Gue udah kebal sama omongan lo fan." Ucap Ali mendengus kesal. Aku pun terkekeh melihat tingkahnya.

"Ya sih. Tapi untuk ini aku ga bercanda tau. Lagian cowok mana sih yang ga mau kalau aku suruh." Ucapku menyombongkan diri. Ali pun hanya terkekeh mendengar ucapan ku.

Kami pun menyelesaikan makan dan bergegas pulang. Sesampainya di rumah. Aku pun membantu ibu mengurus rumah dan bermain bersama ponakan ku. Leo dan Oni.

Sementara Ali. Ia pun pamit untuk keluar bertemu dengan teman lamanya. Katanya ia ingin bertemu teman sepermainan kami dulu saat masih kecil. Ia pun meminjam motorku karena lebih gampang dipakai daripada harus menggunakan mobilnya.

*
Suara adzan Maghrib berkumandang. Kami sekeluarga pun sholat berjamaah. Setelah itu dilanjut dengan acara makan bersama. Sesekali aku pun pandangi keluar rumah. Mengingat Ali yang belum pulang dari tadi siang.

Aku pun mencoba menghubunginya namun tak ada jawaban pasti darinya. Perasaan cemas membuatku salah tingkah.  Aku pun membuang semua pikiran itu dengan membimbing Leo dan Oni belajar.

Ku ajarkan kepada Leo dan Oni yang sudah memasuki bangku sekolah. Mereka pun tampak sangat antusias saat ku ajari membaca. Tak lama suara motor bergema di depan halaman rumahku. Aku pun segera bergegas ke depan. Ku lihat Ali yang sudah pulang.

"Habis darimana? Kok baru pulang?" Ucapku dengan ketus sambil membukakan pintu. Kulihat Ali yang hanya nyengir melihatku marah.

"Kan tadi gue udah bilang mau ke wawan." Ucapnya dengan cengengesan. Aku pun langsung menyuruhnya masuk terlebih dahulu. Karena tak enak jika dilihat tetangga.

"Kamu itu tau waktu ga sih? Aku telponin juga ga diangkat." Ucapku yang merasa kesal dengan Ali yang seperti tak merasa bersalah.

"Ya maaf Fan. Tau sendiri kita udah lama ga pernah ketemu. Kita keasyikan cerita tadi sampai lupa waktu." Ucap Ali sambil menggaruk garuk kepalanya.

"Yaudah sana makan! Udah aku siapin." Ucapku sambil bergegas kembali mengajari Leo dan Oni membaca. Tiba tiba Ali pun menarik tanganku.

"Apa lagi Al? Aku lagi ngajarin ponakan ku tau." Ucapku kesal dan melepaskan genggamannya.

"Gue mau ajak lo jalan jalan Fan. Sekalian kita beli baju buat acara lamaran nanti." Ucap Ali. Aku pun mendadak bingung dengan ucapannya.

"Hah. Kenapa ga dari tadi siang sih? Bikin kesel aja deh." Ucapku dengan ekspresi kesal. Ali pun terus membujukku agar mau menuruti keinginannya.

Aku pun bingung. Mengingat aku masih harus mengajari Leo dan Oni. Namun Ali terus membujukku. Ia pun terus memohon kepadaku seperti seorang anak pada ibunya yang membuatku muak dengan tingkahnya.

"Yaudah. Iya aku mau. Sana mandi dulu! Aku tungguin cepat!" Ucapku dengan ketus. Ali pun langsung bergegas menuju kamar mandi.

Aku pun langsung kembali menghampiri Leo dan Oni yang sudah menungguku.

"Leo sama Oni udahan yah belajarnya! Tante mau keluar dulu sama om." Ucapku dengan lemah lembut kepada mereka berdua.

"Kakak mau kemana?" Ucap Leo dengan ekspresi polos. Aku pun hanya tersenyum tipis dan dan membantu mereka membereskan buku belajar mereka.

Setelah itu aku pun kembali ke kamar dan berdandan. Ku copot dasterku dan langsung memakai jeans hitam ketat dengan kaos putih polos. Tak lupa ku taburi wajahku dengan riasan tipis agar wajahku tak terlihat pucat.

Setelah selesai. Aku pun keluar dari kamar. Ku lihat Ali yang sudah menungguku di ruang tamu. Kami pun langsung keluar menaiki mobilnya yang sudah terparkir di depan.

Di sepanjang perjalanan. Aku pun hanya diam memandangi setiap sudut jalan. Tanpa memperdulikan Ali agar fokus untuk menyetir. Sebenarnya aku pun juga masih marah dengan kelakuannya tadi. Membuatku tak mau mengajaknya berbicara.

"Tadi wawan tanya perihal lo tau." Ucap Ali yang membuatku terhenyak dari lamunanku saat memandangi jalan.

"Tanya apa?" Tanya aku.

"Ya dia tanya kabar lo. Katanya dia pengen kita main kaya dulu lagi." Ucap Ali. Sejenak aku pun terdiam dengan ucapannya. Aku pun sebenarnya ingin sekali bermain bersama Ali dan Wawan sebagai seorang sahabat lagi. Namun mengingat keadaanku sekarang. Aku pun tak bisa. Apalagi dengan wawan yang belum tau keadaan aku sekarang ini.

"Terus kamu jawab apa? Dia tau ga kalau kamu tinggal di rumah ku?" Ucapku dengan bertubi tubi dengannya.

"Ya gue bilang ga tau lah. Gue bilang belum ketemu sama lo." Ucap Ali. Aku pun sedikit lega mendengarnya.

"Tapi. Entah waktunya kapan. Gue bakal ngomong sama dia kalau lo udah jadi cewek. Dan bakal nikah sama gue." Ucap Ali. Aku pun terkejut dengan ucapannya. Bagaimana pun aku takut dengan reaksi wawan apabila ia kaget dengan keadaanku sekarang dan tak mau menerimaku sebagai temannya lagi.

"Jangan Al. Aku takut dia ga mau temenan sama aku lagi." Ucapku menyuruhnya membatalkan niatannya.

"Udah. Biar itu jadi urusan gue. Lo tinggal lihat aja." Ucap Ali dengan tegas. Aku pun hanya terdiam mendengar Ali sudah berbicara begitu

Perjalanan panjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang