Ending

6.4K 71 17
                                    

Seharian aku berada didalam ruang bersalin. Dengan rasa sakit yang semakin menjadi jadi. Mengingat bahwa aku sudah memasuki pembukaan yang semakin besar pada perutku.

Beruntung. Ada Ali, Ibu di tambah kak Novi yang menemaniku. Mereka pun terlihat sigap dengan segala kemungkinan yang akan aku alami. Walaupun aku menjadi khawatir dengan keadaan mereka yang harus terus mengawasiku. Apalagi dengan Ali dan Ibu yang belum tidur setelah aku di bawa ke Rumah sakit.

"Makam dulu ya! Sini mas suapin!" Ucap Ali sambil membawakan makanan untukku. Ia pun menyuapiku dengan sangat telaten. Terlihat diriku yang hanya bisa berbaring lemas di ranjang.

"Bayinya kok keluarnya lama sih mas? Aku udah ga tahan tau." Ucapku menumpahkan kekesalanku. Seharian aku berada disini. Dengan rasa sakit yang menjadi jadi. Namun tak ada tanda tanda bayi ini akan segera keluar sama sekali.

"Mas juga ga tau." Ucap Ali singkat sambil menggelengkan kepala. Aku pun hanya mendengus kesal dengan Ali yang juga tak bisa memberiku jawaban.

*
Jam 11 malam. Aku pun dikejutkan dengan darah yang mengucur dari kelaminku. Di tambah dengan rasa sakit yang teramat sangat. Aku pun berteriak keras sampai membangunkan mereka yang ingin tidur.

Dokter pun segera datang. Di temani oleh beberapa perawat yang langsung memeriksa tubuhku.

"Istri bapak udah mulai pecah ketuban. Dan sepertinya akan segera melahirkan." Ucap Bu dokter. Ia pun segera menyuruh perawat yang menemaninya untuk mengambil peralatan yang di perlukan.

Aku pun hanya bisa meringis kesakitan. Ku genggam tangan Ali dengan erat seiring rasa sakit yang semakin menjadi jadi. Dengan sigap Ali pun terus menemaniku dan menyuruh ibu dan kak Novi untuk menunggu di luar.

"Mas aku takut." Ucapku dengan keringat yang mulai membanjiri tubuhku.

"Udah gausah panik! Ada mas disini. Jadi gausah takut!" Ucapnya sambil tersenyum. Dokter pun memberiku instruksi agar dapat mengontrol rasa sakit yang ku derita.

Aku pun di suruh untuk melatih pernafasan ku. Dengan panduan yang Ibu dokter terangkan. Menunggu kontradiksi selanjutnya agar persalinanku lancar.

Hampir satu jam aku melalui semua itu. Dengan rasa seperti mulas dan kram di perutku. Di tambah dengan darah yang sering keluar dari kelaminku.

Dokter pun terus menyuruhku untuk mengatur pernafasan dengan sesekali untuk mengejan. Ku lihat ia yang terus memperhatikan kelaminku agar jalur keluar bayiku tak terhambat oleh apapun.

Keringat pun terus membanjiri tubuhku. Dengan kondisi tubuh yang semakin lelah. Di tambah dengan rasa nyeri di panggul ku. Yang membuatku seperti mau mati. Ali pun juga terus menyemangati ku. Ku lihat ia yang juga sudah mulai kelelahan. Di tambah dengan raut wajahnya yang sudah ngantuk karena belum tidur dari kemarin malam.

"Bu. Ibu mulai ya mengejang ya! Ini bayinya udah mulai terlihat. Dan bapak mohon di bantu istrinya!" Ucap dokter itu. Aku pun segera berusaha mengejan. Terasa seperti ada yang berusaha keluar dari kelaminku.

Aku pun berusaha untuk mengejang. Dengan mengatur pernafasan ku. Ku kuatkan tekad ku agar bayi ini dapat keluar sebelum aku kelelahan. Walau sebenarnya. Aku sendiri sudah lelah dan ingin mengakhiri.

Puncaknya. Saat dokter itu menyuruhku untuk lebih keras karena sudah memasuki pembukaan ke9 dan akan segera keluar. Rasa seperti mulas dan mengganjal di pinggulku membuatku terus terusan mengejang. Apalagi dengan rasa sakit yang tak bisa ku bayangkan ini.

Tubuhku terus terusan di paksa untuk mengeluarkannya dengan sekuat tenaga. Rasa sakit yang teramat ini membuatku tersadar kenapa seorang ibu yang melahirkan pahalanya besar. Ternyata sepadan dengan apa yang mereka rasakan.

Setelah cukup lama aku mengejang. Ku rasakan seperti ada yang keluar dari tubuhku. Bersamaan dengan tangisan anak bayi yang memenuhi ruangan itu. Aku pun lega dengan persalinan ku yang berjalan lancar. Dengan tubuh yang lelah dan nafas yang tak beraturan.

Ku lihat salah seorang perawat yang membawa bayiku untuk di mandikan setelah memotong ari ari yang menyambung ku tubuhku. Terlihat juga dokter dan beberapa perawat yang mulai mengobati kelaminku yang terluka akibat persalinan tadi.

Tak lama. Perawat itu pun datang dan memberikan bayi itu untuk berada di pangkuan ku. Ku lihat bayi itu yang tengah tertidur pulas. Perasaan hangat menyelimuti diriku. Setelah sekian lama bergelut dengan rasa sakit yang tak pernah ku bayangkan. Kini berganti dengan rasa gembira melihat sebuah bayi yang berasal dari ku.

Aku pun merasa bangga. Tak pernah ku bayangkan jika aku dapat memiliki sebuah anak. Apalagi saat aku memilik menikah dengan Ali sebagai seorang wanita. Namun ternyata Tuhan memberikanku keberuntungan agar aku bisa merasakan menjadi seorang ibu yang melahirkan anaknya.

"Selamat ya bu. Pak. Anak ibu berjenis kelamin perempuan dan normal." Ucap Bu dokter itu. Setelah itu mereka pun pergi meninggalkanku dan Ali.

"Mas Adzanin dong! Kamu kan bapaknya." Ucapku melihat Ali yang hanya tertegun melihat bayi di pangkuanku. Segera ia pun mengadzani dan iqomah di telinga bayi itu.

"Mas boleh kasih nama ga?" Ucap Ali mendekatiku setelah selesai mengadzani.

"Ga. Ga boleh! Bayi ini cuma aku yang boleh kasih nama." Ucapku dengan ketus.

"Lah kan ini juga anak aku. Masak aku ga boleh kasih nama?" Ucap Ali yang tak terima. Aku pun tak memperdulikannya dan terus memandangiku bayiku.

"Kemarin yang ngasih nama ku kan mas. Sekarang giliran aku lah." Ucapku dengan ketus. Tiba tiba terlihat Kak Novi dan Ibu pun masuk. Mereka pun nampak bahagia saat melihat bayi yang berada di pangkuanku.

Aku pun memberikan bayiku untuk di pangku oleh mereka. Mengingat tubuhku yang masih terasa sakit di salah satu bagian. Ku lihat mereka yang turut senang melihat bayiku.

"Kalian udah kasih nama buat dia?" Ucap Kak Novi sambil memandangi kita berdua.

"Udah kok kak. Aku udah kasih nama." Ucapku dengan cepat agar. Kak Novi pun hanya mengangguk dan kembali bermain dengan bayiku. Mereka pun berniat keluar untuk mengajak bayiku melihat pemandangan rumah sakit.

Aku pun tak bisa berkata banyak mengingat mereka yang tengah asyik asyiknya dengan bayiku. Di satu sisi Ali pun masih terus menemaniku di ruangan.

"Yaudah mas ngalah deh. Mau kasih nama apa kamu?" Ucapnya sambil berusaha tiduran di sampingku.

"Mas. Aku baru lahiran tau." Ucapku dengan kesal melihat ia berusaha tidur di sampingku. Padahal ranjang ku tempati sempit dan hanya untuk satu orang. Ia pun terlihat tak memperdulikan ucapan ku dan terus mencari posisi ternyaman baginya.

"Mas juga capek. Jadi gausah cerewet!" Ucapnya sambil mencolek hidungku. Aku pun tertegun melihat ia yang masih ingin membuatku kesal saat ini.

"Mas kalau aku kasih nama Syifa boleh ga?" Ucapku dengan menatapnya. Ali pun nampak kebingungan dengan ucapan ku.

"Boleh. Tapi aku yang kasih nama belakang ya!" Ucapnya dengan mendekatkan wajahnya. Aku pun setuju dengan persyaratan Ali. Bagaimana pun aku sangat berterima kasih kepada Syifa atas semua yang ia lakukan. Dan dengan menamai anakku dengan namanya. membuatku dapat terus mengenang ia.

*

Hari hari pun berlalu. Aku yang sekarang telah menjadi seorang ibu pun mulai di sibukkan dengan kehadiran bayi di kehidupanku. Rumah yang dulu hanya aku tempati dengan Ali. Kini dapat terasa meriah dengan kehadiran buah hati kami. Apalagi saat ia menangis. Membuat kami berdua pontang panting sendiri.

Aku pun mulai kembali untuk berolahraga mengembalikan bentuk tubuhku. Setelah kemarin berubah karena kehamilanku. Bagaimana pun aku tak mau Ali berpaling dariku hanya karena aku tak cantik lagi. Itu mengapa aku selalu ingin terlihat cantik di depannya.

Sekarang. Aku pun dapat hidup bahagia dengan menjadi seorang ibu rumah tangga. Tak pernah ku sangka. Aku dulu yang hanya seorang anak laki laki dekil dan bodoh. Akan menjalani hidup seperti ini.

Tak pernah ku bayangkan jika aku akan menikah dan mempunyai anak dengan sahabatku sendiri. Aku yang sekarang. Mulai melupakan masa laluku dan mencoba menjalani hidup baru ini.

Benar kata guruku dulu. Bahwa sejatinya. Tak ada yang mengetahui takdirnya sendiri. Dan aku. Adalah salah satu yang termasuk.

Perjalanan panjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang