Pagi cerah

8.6K 102 3
                                    

Pagi hari ku terbangun. Ku lihat Ali yang tidur menghadap ke wajahku. Aku pun semakin risih dengan tangannya yang memelukku
"Lu kira gue homo apaan main peluk peluk aja." Ucap batinku dengan kesal.

Sekejap ku pandangi wajahnya. Wajah yang maskulin dengan bulu tipis di wajahnya. Aku pun heran dengan Ali yang tak pernah dekat sama sekali dengan wanita manapun. Tanpa aku sadari ia pun mengigau dengan ucapan tak jelas dan semakin memelukku dengan erat. Aku pun kaget karena jarak antara kami yang sangat dekat. Bahkan bunyi nafasnya pun terasa kuat di tubuhku.

Ku paksakan untuk melepaskan diri namun pelukan yang sangat erat membuatku tak bisa meloloskan dengan mudah. Aku pun semakin tersulut emosi dan menampar Ali. Ali pun kaget atas apa yang di alaminya. Ali pun melepaskan pelukannya.

"Ham lo nampar gue?" Tanya Ali yang kaget.

"Iya kenapa?" Ucapku dengan nada tinggi.

"Kok lu main tampar aja sih. Gue salah apa?" Ucap Ali yang belum mengerti akar permasalahannya.

"Maksud lo apa peluk peluk gue. Lo pikir gue homo." Ucapku sambil meninggalkan dia pergi. Aku pun mengambil handuk dan pergi mandi.

Ku lucuti semua pakaianku. Dan mengguyur tubuhku dibawah deru air pagi hari. Sekejap aku teringat dengan kejadian tadi. Apalagi saat wajahku dan wajah Ali hanya beberapa senti. Perasaan aneh pun kembali muncul namun dapat aku tepis.

Ku kembali ke kamar untuk mengambil pakaian. Ku lihat di kasur terdapat sebuah daster lengkap dengan cd dan bra. Sejenak aku pun berfikir karena tadi tak ada benda itu namun aku langsung berfikir bahwa Ali pelakunya.

Setelah berganti pakaian kulihat seisi rumah yang sepi. Aku pun keluar mencari Ali. Ternyata ia duduk sendirian di teras dengan di temani sebatang rokok yang menyala di pagi buta ini.

Entah ide apa yang terbesit dipikiranku.
Aku pun pergi menuju ke dapur dan membuat sebuah kopi untuk Ali. Perasaan bersalah pun semakin menghantui ku atas kejadian tadi yang aku lakukan ke Ali. Perasaan tak pantas karena Ali yang sudah baik denganku selama ini pun aku tuangkan kedalam segelas kopi. Berharap Ali dapat melupakan semua hal tadi.

Ku suguhkan kopi di depan Ali yang membuat Ali kaget. Setelah itu ku posisikan untuk duduk di samping Ali.

"Mau sarapan apa?" Tanyaku memulai pembicaraan.

"Terserah lo aja deh.." Ucap Ali dengan menyeruput kopi.

"Ehm. Maaf ya tadi aku nampar kamu." Ucapku dengan raut wajah memelas berharap Ali dapat memaafkan kejadian tadi.

"Sejak kapan lo ngomong sama gue pakai aku kamu?" Ucap Ali yang membuat emosiku naik. Aku pun berusaha untuk menahan emosi agar tak kejadian seperti tadi.

"Tenang aja kok ham. Gue tau justru gue yang mau minta maaf." Ucap Ali yang berbalik meminta maaf kepadaku. Aku pun memaafkannya.

Aku pun pamit untuk masuk ke dalam untuk memasak.

"Mau kemana?" Ucap Ali dengan memegang tanganku seakan tak ingin jauh dariku.

"Masak."

"Udah ntar aja. Gue mau makannya agak siangan kok." Ucap Ali. Aku pun kembali duduk di samping dia. Kembali dia menghisap rokok dengan ditemani secangkir kopi.

"Gue boleh minta rokoknya ga? Rokok gue habis tadi malam. Dan belum beli." Ucapku dengan malu malu.

"Ga. Ga boleh lo ga boleh ngerokok."

"Kok ga boleh. Kan biasanya gue juga ngerokok." Ucapku yang tak terima

"Kalo dulu boleh. Sekarang ga. Katanya lu mau jadi cewek." Ucap Ali dengan mada tegas.

Aku pun semakin emosi dengan sikap Ali yang selalu mengatur aku namun harus ku tahan.

"Al lu kan tau rasanya seharian ga ngerokok itu gimana. Masak lu tega sih." Ucapku memohon agar Ali dapat memberiku keringanan. Sekejap Ali pun berfikir atas perkataan ku barusan

"Oke lo boleh. Tapi ga boleh dari tiga batang sehari. Dan lo harus ngebiasain hidup tanpa rokok." Ucap Ali. Aku pun hanya bisa pasrah dan tak mau memperpanjang masalah.

Kami pun duduk di teras dengan di temani sedikit perbincangan kecil. Setelah cukup lama aku pun masuk meninggalkan Ali yang masih ingin duduk di teras.

Pagi hari aku pun berniat melakukan semua pekerjaan rumah mulai dari memasak, mencuci dll. Untung Ali memberiku fasilitas yang cukup seperti mesin cuci yang membuatku tak bersusah payah harus melakukan dengan manual.

Tak terasa matahari hampir berada di atas kepala. Kulihat semua pekerjaan rumah pun telah selesai. Kulihat Ali yang sedang merapikan barang yang baru datang dari suppliernya di luar kota. Aku pun pergi menghampiri Ali dan bertanya Apakah ada yang bisa aku bantu.

"Mau dibantuin ga?"

"Loh emang udah beres bersih bersih rumah?"

"Udah semua. Itu juga gue udah masakin buat nanti siang."

"Makasih ya ham. Jadi bersih deh sekarang rumah gue." Ucap Ali dengan gaya bercandaan dia.

"Emang setiap hari yang bersihin rumah lu siapa? Kalo ga ada gue juga nih rumah udah kaya kapal pecah." Ucapku meledek Ali yang mempunyai rumah namun tak pernah ia jaga kebersihannya.

"Hehehe. Kan lu tau gue ga pernah bersih bersih." Ucap Ali sambil tertawa.

Aku pun membantunya merapikan. Tak butuh waktu lama pekerjaan pun selesai. Kami pun beristirahat setelah melakukan semua kegiatan tadi.

"Ham bikin minum dong. Haus nih." Ucap Ali menyuruhku. Aku pun segera pergi ke  dapur dan membuatkan sebuah es jeruk peras.

Tak butuh waktu lama. Es jeruk peras pun jadi dan tak lupa aku membawa toples berisi cemilan untuk dimakan.

"Makasih ya ham." Ucap Ali

Aku pun hanya tersenyum tipis dan berniat meminum untuk menghilangkan rasa dahaga.

"Ham boleh tolong ambilin hape di kamar ga? Penting nih." Ucap Ali menyuruhku lagi. Aku pun kesal karena acara minumku terganggu. Aku pun mengambil hape Ali dengan perasaan kesal.

"Udah kaya pembantu aja ya gue disini." Ucapku sambil memberikan hape kepada Ali dengan wajah kesal.

"Sekali doang. Gue lagi mager soalnya. Hehe." Ucap Ali yang tak aku hiraukan.
Aku pun langsung meneguk Es jeruk buatanku sendiri.

Rasa manis asam bercampur dengan air dingin membuat rasa haus kerongkongan pun langsung hilang. Tak lupa dengan cemilan renyah khas bandung yang membuatku tak henti hentinya mengunyah.

Ditengah keasyikan ku menikmati cemilan khas Bandung itu. Tiba tiba perasaan mengantuk mendera ku. Entah kenapa aku yang dari tadi tak merasa mengantuk tiba tiba merasakan kantuk yang amat hebat. Aku pun semakin tak bisa mengontrol kesadaran dan kesadaranku pun hilang.

Perjalanan panjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang