Paijo

4.8K 82 5
                                    

Setelah pergi dari Rumah Ali. Aku pun bingung untuk kemana. Tak mungkin aku pulang ke desa. Aku tak siap dengan reaksi keluargaku melihat kondisiku yang sekarang ini.

Aku pun teringat kepada Paijo. Aku pun langsung menuju ke Stasiun Bandung. Ku putuskan untuk tinggal bersama Paijo di desanya untuk sementara waktu. Sembari aku mencari cara untuk kembali ke kondisiku semula.

Aku pun memberitahu Paijo lewat WhatsApp bahwa aku akan datang. paijo pun menyanggupi dan akan menungguku di stasiun saat aku tiba.

Aku pun jadi lega. Segera ku pesan tiket untuk menuju ke Stasiun Cirebon. Dan menunggu sekitar 30 menitan. Kereta pun tiba. Aku pun menaiki kereta. Kulihat ada bangku yang hanya di isi oleh seorang nenek. Aku pun duduk di samping nenek itu setelah bertanya bahwa kursi itu benar benar kosong.

Aku pun merapikan barang bawaan ku. Ku dudukan tubuhku. Dengan kereta yang mulai melaju pergi meninggalkan Kota Bandung. Berbagai kenangan pun teringat tentang masa masa indah bersama Ali. Tak pernah ku sangka Ali yang ku kira sangat baik kepadaku ternyata malah yang melakukan semua ini kepadaku.

"Kenapa nak? Kayaknya ada masalah gitu?" Ucap nenek itu menepukku yang sedang termangun menatap keluar.

"Gpp kok nek. Aku baik baik saja." Ucapku dengan memberikan sedikit senyuman. Nenek itu pun tersenyum balik dengan memegang erat tanganku.

"Anak perempuan naik kereta sendiri itu mau kemana?" Ucapnya dengan lemah lembut. Aku pun memberitahunya bahwa aku ingin bertemu teman lamaku.

Kami pun menjadi akrab. Tak jarang nenek itu berbicara tentang masa lalunya yang ternyata pernah jadi penari dan disukai oleh banyak lelaki. Aku pun sangat antusias mendengarkan sampai ternyata aku sudah hampir sampai ke kota Cirebon.

Aku pun memberitahu Paijo jika aku sudah mau sampai. Paijo pun langsung meluncur ke stasiun untuk menjemput ku.

Aku pun berhenti di Stasiun Cirebon pas jam 1 siang. Aku pun segera mencari Paijo yang katanya menunggu di depan jalan depan Stasiun. Aku pun keluar. Kulihat ia yang tengah berada di atas motornya sembari melihat sekitar mencari keberadaan ku.

Ku hampiri Paijo yang tak mengenal ku sedikitpun. Ku kuatkan tekad agar aku bisa meyakinkan Paijo dengan tubuhku yang sekarang ini.

"Hey Jo. Apa kabar?" Ucapku menepuknya. Ia pun hanya terheran menatapku.

"Maaf. Mbak siapa ya? Saya ga kenal." Ucap Paijo dengan wajah yang bingung melihat ku.

"Ini aku jo. Ilham." Ucapku memberitahunya.

"Hah. Ga mungkin lah. Ilham itu cowok mbak. Masak berubah jadi cewek secantik mbak. Ya ga mungkin lah." Ucapnya yang tak percaya jika aku Ilham. Aku pun membuktikan bahwa aku Ilham kepada Paijo. Aku pun memberitahunya tentang rahasia paijo yang hanya aku yang tau.

"Gue tau jo. Lo dulu pernah ditampar sama ibu kost kan gara gara ngintip dia mandi." Ucapku membuka aibnya yang hanya aku saja yang tahu. Ia pun terkejut mendengar ku. Dan mulai mempercayai aku bahwa aku Ilham.

"Ini beneran lo. Gimana ceritanya lo yang cowok dekil bisa jadi cewek cantik kaya gini." Ucap Paijo melihatku dari atas sampai bawah. Aku pun mengajak Paijo untuk mencari warung makan.
Paijo pun mengajakku ke warung bakso yang tak jauh dari stasiun.

"Jadi gimana ceritanya lo bisa jadi gini?" Ucap Paijo. Aku pun menjelaskan sembari memakan cemilan menunggu bakso datang.

Ku ceritakan setelah aku ditinggal paijo sendiri di bandung. Dan luntang lantung entah mau kemana. Sampai bertemu dengan Ali sampai aku berubah sampai tak dikenali seperti ini.

"Jadi lo kabur dari dia?" Ucap paijo dengan memakan baksonya.

"Iya jo." Ucapku termenung.

"Terus kenapa lo pulang aja ke kota lo?" Ucap paijo. Aku pun menjelaskan bahwa waktu itu aku belum siap karena belum sukses di bandung.

"Terus sekarang gimana?" Tanya Paijo.

"Hem. Gue minta bantuan lo buat sementara tinggal di rumah lo. Sama gue minta bantuan buat gue bisa balik ke kondisi gue semula sebelum gue pulang ke kota gue." Ucapku dengan nada serius.

"Yah. Padahal lo cocok jadi cewek ham. Cantik gitu. Ketimbang jadi cowok dekil kek dulu lagi." Ucap paijo yang membuatku kesal.

"Emang lo mau sama cewek berbatang?" Ucapku sambil tertawa. Paijo pun hanya nyengir melihatku. Aku pun bahagia dapat merasakan kehangatan bersama paijo setelah sekian lama tak berkabar.

Kami pun bercerita ngalor ngidul tentang keadaan kita sekarang. Paijo pun bercerita jika setelah ia pulang dari Bandung waktu itu. Ia pun membantu ayahnya bertani di sawah milik ayahnya.

Aku pun di ajak pulang ke rumah Paijo yang berada jauh dari pusat kota. Di sepanjang perjalan kulihat desa yang masih asri dan sejuk. Tak jauh berbeda dengan desa tempat ku tinggal dulu.

Kami pun berhenti di sebuah rumah. Paijo pun segera menyuruhku turun dan memakirkan motornya. Paijo pun menyuruhku masuk kedalam rumah dan menyuruhku duduk di ruang tamu.

Tak menunggu lama Paijo pun datang bersama kedua orang tuanya.
"Eh. Jadi ini Ilham. Teman paijo dulu waktu di Bandung." Ucap ibu paijo yang datang dengan ayahnya paijo. Aku pun segera menyalami mereka.

Mereka pun bertanya tentang tujuanku kemari. Tak lupa mereka bertanya tentang tubuhku yang berubah tak seperti yang mereka lihat waktu bertemu dulu. Aku pun menceritakan semuanya ke orang tua Paijo.

"Oh jadi gitu. Boleh saja. Tapi nanti kalau ada tetangga nanya. Jawab saja kalau kamu itu saudara kami. Ya maklum saja ini masih desa. Jadi tabuh kalau ada wanita menginap di rumah lelaki yang bukan muhrim." Ucap Ayah paijo yang memperbolehkan ku untuk tinggal disini.

"Iya. Sama kalau disini. Nanti bantu ibu ya di dapur!" Ucap ibu paijo. Aku pun menyanggupi segala persyaratan mereka. Menurutku itu semua tak akan memberatiku.

Aku pun disuruh untuk masuk kedalam sebuah kamar yang memang di sediakan untuk para tamu. Segera ku kemasi barang barang ku. Aku pun merebahkan diriku di kasur. Pikiranku pun teringat kepada Ali yang biasa jika jam segini sudah harus di masakan makanan.

"Udah selesai ham. Eh fan." Ucap paijo mengagetkanku. Aku pun segera berdiri dari tidurku.

"Udah kok jo. Hem btw ada yang bisa gue bantu ga?"

"Ga kok. Nanti aja lo bantu ibu gue masak sama adik gue nanti sore. "

"Jo. Makasih ya atas bantuannya." Ucapku yang merasa terbantu dengan segala kebaikan Paijo.

Perjalanan panjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang