Es cream

5.7K 80 5
                                    

Ali pun mencermati dan memahami posisiku yang serba salah dalam masalah ini.

"Sebenarnya aku juga pengen Al. Bahkan sebenarnya kalau kamu bolehin juga aku mau pulang dulu ke kampung buat ketemu ibu. Tapi aku malu sama tubuhku yang sekarang ini." Ucapku dengan emosi yang meledak ledak. Sejenak air mata pun membasahi pipiku.

Aku yang tak sanggup pun menangis dan menumpahkan segala kekesalanku selama ini. Ali pun menenangkan ku. Di dekapnya aku dipelukannya.

"Udah. Nanti gue bantu kok. Tenang aja." Ucap Ali menenangkan ku. Aku pun hanya terdiam dengan sesekali sesegukan tangisanku.

"Emang mereka mau nerima aku kayak gini?" Ucapku. Perasaanku pun mulai tenang.

"Ga ada yang namanya mantan anak. Mau gimana pun lu. Lu itu tetap anaknya dia dan dia itu ibu lu. Gue yakin ibu lu pasti bakalan nerima. Ya walaupun awalnya mereka kaget sih." Ucap Ali dengan memegangi wajahku yang semula ada di dekapnya dan memandangi wajahku. Kulihat. Sorot matanya yang serius tak seperti biasa.

"Beneran?"

"Iya bener kok. Lagian biar gue bisa minta doa restu sama calon mertua gue." Ucap Ali yang mulai bercanda. Aku pun langsung kesal dan memukulinya. Ali pun hanya bisa menerima setiap pukulan ku tanpa melawan.

"Udah ga usah nangis. Ayo ke Atm!" Ucap Ali yang berdiri mengajakku.

"Kan masih belum selesai kerjanya." Ucapku sambil menunjuk barang yang belum masuk.

"Udah. Ada boni sama dani. Tenang aja." Ucap Ali. Ali pun langsung mengambil motornya. Tak lupa ia berpesan kepada boni dan dani untuk mengawasi semuanya.

Kami pun meluncur menuju ke Atm. Aku pun masuk ke dalam dan melakukan transaksi. Tak lupa aku mengirim pesan kepada ibuku bahwa aku telah mengirimkan uang untuknya.

Aku pun keluar. Kulihat para mata lelaki yang melihatku seperti tak berkedip. Kulihat mereka yang seperti melihatku telanjang. Padahal waktu itu aku sedang memakai daster motif bunga selutut tak menurutku tak terbuka. Namun entah kenapa mereka melihatku dengan hasrat.

Aku pun langsung bergegas menuju Ali yang menunggu di parkiran. Ku suruh Ali untuk cepat cepat keluar dari Atm. Ali pun hanya langsung menuruti ku dan mencari tempat yang aman untuk bertanya.

Kami berhenti di sebuah toko komik karena Ali yang sangat ingin membeli komik yang baru keluar.

"Kenapa tadi? Kok kaya orang ketakutan gitu?" Ucap Ali sambil mempakirkan motor di sudut toko.

"Tadi banyak yang liatin aku gara gara aku pakai daster begini. Makanya aku suruh kamu buat cepat cepat pergi."

"Hah. Cuma gara gara di liatin doang?" Ucap Ali yang tak mengerti tentang yang aku alami dan rasakan.

"Heh. Kamu itu ga ngerasain apa yang aku alamin. Risih tau. Kaya mereka kaya gitu." Ucapku kesal dengan dia yang menganggap sepele.

"Udah aku mau cari komik boruto dulu. Aku mau beli biar nanti tau kelanjutannya seperti apa." Ucap Ali yang mengajakku masuk.

Kami pun bertanya kepada kasirnya tentang komik boruto terbaru. Kasir pun pergi mencari komik maksud. Tak lama kasir pun datang memberikan komik yang di maksud. Ali pun membayar sesuai harga yang tertera.

Kami pun keluar setelah mendapat barang yang di beli.

"Mau beli baju ga? Mumpung masih keluar nih." Ucap Ali menawariku.

"Baju? Kan di rumah masih banyak." Ucapku yang aneh mendengar ucapannya.

"Ya beli lagi. Mumpung gue masih ada duit  nih."

"Eh engga. Mending duitnya di tabung buang biaya nikah kamu entar." Ucapku yang kesal dan menyuruh Ali untuk pulang. Ali pun segera mengambil motornya.

Kami pun pulang. Dan tanpa sengaja ku lihat penjual es cream keliling. Aku pun menyuruh Ali untuk berhenti.

"Al. Berhenti dulu. Aku mau beli es cream." Ucapku menepuk bahunya. Ali pun mengarahkan motornya ke penjual es cream itu. Kami pun berhenti di samping penjual itu. Aku pun langsung turun dari motor dan menghampiri penjual es cream.

"Pak. Ada es cream apa aja?" Ucapku dengan semangat. Penjual itu pun menjelaskan kepadaku. Aku pun mendengarkan dengan antusias dan memilih es cream yang akan aku beli. Sementara Ali hanya diam melihat tingkahku yang aneh.

"Al. Mau beli juga ga?" Tanyaku kepada Ali. Ali pun hanya mengiyakan dan menyuruhku memilih sendiri. Aku pun kembali memilih.

Aku pun langsung meminta bapak penjual untuk menghitung semuanya yang terdiri dari 20 es cream dari jenis berbagai macam jenis dan rasa.

"200 Ribu neng." Ucap bapak penjual itu. Aku pun langsung mengambil uang di dompet ku.

"Pak pakai uang saya aja." Ucap Ali yang juga ingin membayar.

"Ih apaan. Jangan pak. Ini pakai punya saya. Saya kan yang beli." Ucapku yang langsung membayarnya. Aku pun langsung membawa semua es cream itu yang sudah terbungkus dan mengajak Ali untuk pulang.

"Lu beli banyak banget fan. Emang habis?" Ucap Ali yang kesal denganku.

"Biarin. Ini kan buat persediaan di rumah."

"Terus kenapa lu bayar pakai uang lu sendiri? Kan ada gue."

"Kan aku kan beli es cream buat aku sendiri. Jadi bebas lah mau pakai uangnya siapa. Lagian kamu siapa? Pacar aku." Ucapku sambil mengambil sebuah es cream untuk aku makan. Ali pun hanya bisa mendengus kesal tanpa berbicara.

Diperjalanan Ali pun hanya terdiam fokus dengan jalannya motor tanpa memperdulikan ku yang makan es cream.

"Al al. Nih cobain nih! Enak tau." Ucapku sambil mengarahkan es cream ku ke mulutnya. Ali pun mencoba mencicipi.

"Enak ga?"

Bentar. Satu lagi!" Ucap Ali. Aku pun mengarahkan es cream ke mulutnya lagi. Tanpa sadar tangan Ali yang merebut es cream dari tanganku.

"Ih apaan. Itu kan es cream ku?" Ucapku yang kesal dan meminta es cream itu untuk di kembalikan.

"Udah. Kan masih banyak. Masak minta satu ga boleh." Ucap Ali sambil memakan es cream ku. Aku pun kesal dan memilih diam di sepanjang perjalanan.

Sampai dirumah kulihat boni dan dani yang tengah bersantai karena pekerjaannya yang telah selesai. Aku pun masuk dan langsung menuju ke kulkas. Ku masukkan semua es cream ku ke kulkas supaya tak mencair dan dapat ku makan sewaktu waktu.

"Masih marah?" Ucap Ali yang datang menghampiriku.

"Enggak." Ucapku singkat

"Gue ganti deh fan. Asal jangan marah lagi ya." Ucap Ali yang merasa bersalah atas kejadian tadi.

"Udah ga usah. Yang penting es cream di sini jangan ada yang ngambil. Siapapun itu." Ucapku dengan mengancam.

Perjalanan panjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang