Teman lama

3.1K 61 2
                                    

Siang hari aku dan ibuku akan tutup warung dengan cepat. Mengingat acara syukuran yang akan di adakan oleh warga setempat nanti malam yang sering di adakan setiap setahun sekali.

para wanita pun mendapat tugas menyiapkan makanan untuk jamuan nanti malam. Sementara untuk laki laki mereka diharuskan untuk membantu menyiapkan tempat.

Hari itu. Aku pun ikut membantu memasak di belakang balai desa yang sudah disulap menjadi dapur dadakan untuk acara nanti malam. Kami pun membagi tugas. Mengingat waktu yang sedikit dan banyak yang harus dikerjakan. Mengingat tema malam hari ini adalah sedekah bumi. Jadi banyak masakan yang harus tersaji. Terutama jajanan jajanan khas yang selalu mengiringi acara setiap tahun.

Kami pun melakukan bersama dengan sukacita. Bahkan banyak dari mereka meliburkan diri hanya untuk berpartisipasi dalam acara ini.

Malam harinya. Aku pun ikut menonton acara sedekah bumi. Dengan di temani oleh kak rumi dan kak vita. Sementara Ibu yang ingin di rumah sambil menjaga cucunya yang telah tertidur. Kami pun duduk disalah satu sudut sambil menonton wayang manusia yang menjadi salah satu acara pada malam ini.

"Fan. Kakak denger kamu jadi kejaran banyak laki laki sini iya?" Ucap Kak Vita sambil memakan jajanan yang dibagikan.

"Hah. Ga kok. Mana ada. Salah denger kali." Ucapku yang terkejut saat tengah memperhatikan pementasan wayang manusia.

"Iya kok mbak. Kemarin aja banyak yang godain Fanny di warung." Ucap Kak Rumi berusaha mengompori. Aku pun mendadak kesal dengan ucapan mereka. Apalagi melihat posisi kita yang ditengah kerumunan. Sehingga terdengar oleh orang orang di sekitar.

"Ih mbak suka bikin gosip ga jelas nih. Jangan kek gitu dong!" Ucapku dengan nada kesal. Mereka pun tertawa melihat tingkahku.

"Tapi bener kan? Nyatanya mereka itu suka sama kamu." Ucap kak rumi dengan ekspresi jahil.

"Hayoo. Kalau disuruh pilih. Pengen yang mana? Biar kakak kenalin sama kamu." Ucap Kak Vita menambahi. Aku pun hanya mendengus kesal dan mencoba tak menghiraukan ucapan mereka.

"Fan. Anterin kakak ke toilet yuk! Kakak kebelet nih." Ucap kak rumi.

"Ga. Aku lagi mau marah sama kalian berdua." Ucapku dengan ketus.

"Ya ampun adek kakak kalau marah gitu amat sih." Ucap kak rumi sambil mencubit pipiku. Aku pun hanya bisa pasrah dan menuruti kak rumi untuk mengantarkannya.

Aku pun mengantarkan ke toilet balai desa yang berada di belakang panggung. Kak rumi pun segera bergegas masuk. Mungkin ia terlalu menahan kencing sampai tak kuat lagi.

Aku pun hanya menunggu di depan toilet. Ku lihat 1 toilet wanita dan 1 toilet pria yang tergabung menjadi satu dan hanya di pisahkan oleh sekat tembok. Di tengah lamunanku. Tiba tiba seseorang memanggilku. Aku pun beranjak dan melihat siapa yang memanggilku.

"Andi?" Ucapku yang terkejut melihat Andi memanggilku.

"Kamu ngapain disini?" Ucap Andi yang menghampiriku. Mendadak aku pun merasakan gugup. Apalagi saat harus berhadapan dengannya.

"Eh. Ini lagi nungguin kakak aku." Ucapku sambil menunjuk ke toilet. Andi pun nampaknya paham dengan apa yang aku ucapkan.

Tak berapa lama. Kak rumi pun keluar dari toilet. Ia pun terkejut melihatku yang bersama Andi. Aku pun merasakan takut jika kak rumi membocorkan kejadian ini kepada kak vita.

"Loh Fan. Ini siapa? Pacar kamu ya?" Ucap Kak rumi dengan santainya. Aku pun segera menyenggolnya atas ucapannya yang sembrono.

"Kenalin kak. Saya Andi." Ucap Andi sambil menyalami kak rumi. Aku pun menyuruh kak rumi untuk segera pergi dan kembali ke depan panggung.

"Fan. Aku boleh ngobrol ga sama kamu?" Ucap Andi yang membuatku kaget. Ingin sekali aku menolaknya namun muncul perasaan tak enak.

"Udah. Andi. Jaga Fanny ya! Nanti kalau udah kamu antar pulang aja. Kamu tau kan rumahnya?" Ucap Kak rumi dengan perlahan pergi meninggalkanku. Aku pun semakin bingung dengan kak rumi yang malah tak membelaku.

"Iya kak. Saya tau kok. Nanti saya anterin." Ucap Andi. Aku pun hanya bisa pasrah dengan keadaan ini.

Andi pun mengajakku untuk ke depan melihat beberapa warung yang menghiasi acara sedekah bumi.

"Kamu mau lapar ga? Biar aku beliin?" Ucap Andi. Aku pun masih gugup dan merasa ketakutan jika ia tau akan identitas asliku.

"Ga kok. Aku cuma pengen nonton wayang lagi aja." Ucapku dengan gugup. Andi pun langsung menarik tanganku dan membawaku ke depan panggung.

Ia pun menyuruhku duduk di salah satu kursi. Tak lupa ia pun memintaku untuk menunggunya untuk membeli minuman.

"Maafin ya adanya cuma ini." Ucap Andi sambil memberikan sebotol minuman kepadaku. Andi pun duduk di sampingku.

"Gpp. Makasih ya." Ucapku sambil meneguk minuman itu.

Andi pun berusaha mengajak aku mengobrol. Walau sesekali aku tak mendengarkan ucapannya karena terlalu fokus dengan pertujukan yang sedang berlangsung. Namun Andi tetap sabar mengajakku bicara.

Kami pun semakin akrab dengan bicara ngalor ngidul. Andi pun seperti ada banyak topik untuk mengajakku bicara. Ya walau sebenarnya aku sudah pernah akrab dengannya. Bahkan sepertu saudara. Namun ia seperti tak mengenaliku sekarang ini.

"Kamu kenal Ilham udah lama?" Ucapku mencoba menanyainya perihal tentang diriku yang dulu

"Dari SD kita udah bareng. Emang kenapa? Ucap Andi.

"Gpp. Pengen tau aja sih." Ucapku dengan nada datar. Aku pun kembali melanjutkan menonton. Kami pun hanya terdiam satu sama lain

"Kalau diliat liat. Kamu mirip ya sama Ilham. Kaya versi ceweknya." Ucap Andi. Aku pun yang lagi minum pun mendadak tersedak mendengar ucapannya.

"Hah. Emang iya?" Ucapku berpura pura tak tau. Aku pun merasa takut jika benar ia tau identitas ku.

"Iya cuma ya ga mungkin juga sih. Ilham anak dekil kaya gitu jadi cewek cantik kaya kamu." Ucap Andi yang membuatku sedikit kesal dengan bilang bahwa aku dulu anak yang dekil.

"Ehm. Kamu sekarang masih hubungan sama dia?" Ucapku berpura pura menanyainya.

"Ga. Aku udah hilang kontak semenjak dia merantau. Ga tau sekarang dia kabarnya gimana." Ucap Andi. Aku pun menyadari kesalahanku. Karena semenjak aku di Bandung. Aku jarang mengabari teman temanku. Apalagi waktu aku tinggal dengan Ali.

"Ga pengen nyari?" Ucapku.

"Dia kan laki laki. Lagian aku tau dia itu kuat." Ucap Andi.

Aku pun hanya terdiam dan menonton kembali pertunjukan. Sampai saat pertunjukan itu selesai. Andi pun mengantarkan aku sampai ke rumah. Tak jarang di sepanjang perjalanan Andi menceritakan tentang kisahnya bersama ku dulu.

Aku pun hanya mendengarkan dan merespon seolah tak tau apa apa. Padahal dalam hatiku aku juga sudah tau. Bahkan aku kadang kesal karena Andi yang menceritakan pengalaman konyol ku dulu.

Perjalanan panjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang