Ali

9K 86 4
                                    

Sekejap aku mengamati dan aku pun teringat kepada seseorang yang aku kenal.
"Ali? Lu Ali kan?" Tanyaku yang ingin memastikan.

"Ya masih kenal gue lu rupanya."

Kami pun saling bertanya kabar dan bercerita. Ya Roy adalan teman aku waktu masih SD dulu. Dan kami berteman dekat. Namun karena orang tuanya. Roy hanya bisa ikut orang tuanya pindah keluar kota.

Aku pun bercerita tentang bagaimana aku bisa sampai di kota ini dan sampai aku diusir dan tidur di masjid ini.

"Jadi lu ga punya tempat tinggal?" Tanya ali

Aku pun mengangguk dengan lesu.
"Ya. Mungkin gue bakal tidur di masjid kaya gini sampai gue dapet kerja."

"Udah lu tidur di rumah gue aja. Ayo ke rumah gue!"

Ucap ali mengajakku. Kami pun mengendarai sepeda motornya menuju Jl. Sudirman dan masuk ke sebuah gang perumahan. Kami pun berhenti di depan salah satu rumah.

"Yok masuk ham!" Ucap Ali yang membukakan gerbang dan mempersilahkanku masuk.

"Hem. Orang tua lu kemana al?" Tanyaku yang melihat rumah yang sepi.

"Udah ga ada ham. Mereka kecelakaan dua tahun lalu." Ucap Ali yang membuatku merasa bersalah telah bertanya. Aku pun meminta maaf atas ucapanku.

"Gue disini itu tinggal sendiri. Kebetulan ada lu ya sekalian bisa buat temen gue disini." Ucap ali dengan penuh semangat.

Ali pun mengantarkanku ke sebuah kamar. Terlihat sebuah kamar yang lumayan besar. Hanya saja terlihat sedikit kotor. Mungkin karena jarang dipakai. Ya pantas saja karena penghuni rumah ini hanya Ali seorang. Jadi aku tak heran.

Aku pun segera membersihkan kamar dan mengemasi barangku disana. Aku sangat bersyukur mendapat tumpangan tak terduga ini. Perlahan aku pun merebahkan tubuhku dikasur. Rasa nyaman setelah seharian kesana kemari.

"Ham. Lu udah makan belum? Kalo belum gue pesenin nih." Ucap Ali yang masuk dan duduk di sebelahku.

"Gausah. Tadi gue udah makan kok. Tenang aja." Ucapku yang langsung bangun.

"Makasih ya Al. Udah mau beri gue tumpangan. Gue janji kalo udah dapet kerja gue bakalan cari tempat tinggal sendiri kok."

"Santai aja. Gue justru seneng ada temennya. Lagian lu tau sendiri gue kesepian disini. Kalo lo mau juga lo boleh tinggal disini terus. Itung itung ngurangin pengeluaran lu kan."

Aku pun merasa sangat berterima kasih karena mendapat bantuannya. Beruntung aku dapat bertemu dia disaat yang genting ini.

Kami pun bercerita satu sama lain. Mulai dari dulu waktu kita masih main bareng sampai cerita tentang kehidupan masing masing. Aku pun jadi mengerti tentang kehidupan Ali yang kehilangan kedua orang tuanya sampai harus banting tulang sendiri mencukupi kebutuhan hidup.

Ali pun bercerita tentang pekerjaannya yang berjualan baju dan aneka perlengkapan wanita di suatu online shop. Dia bercerita dari awal dia merintis karir menjadi seorang reseller kecil sampai saat ini.

Terlalu banyak bercerita sampai kami pun lupa waktu bila sudah larut. Kami pun tidur untuk mengistirahatkan badan untuk hari esok.

*
Pagi hari aku terbangun. Jam masih menunjukkan pukul 05.00 Wib. Aku pun bergegas mandi dan bersiap siap mencari pekerjaan seperti biasa. Kulihat Ali yang masih tertidur. Aku pun berniat memasak untuknya. Ya itung itung buat nunjukin skill ku dalam memasak.

Kulihat didalam kulkas yang ternyata hanya ada beberapa buah sosis dan sayuran yang beberapa sudah banyak yang layu. Kulihat ke sekitar dapur namun tak banyak yang bisa aku masak. Bahkan dapur pun bersih seperti jarang di gunakan.

Aku pun berinisiatif untuk membuat nasi goreng dengan bahan ala kadarnya. Aku pun memasak dengan penuh semangat sampai tak sadar ada seseorang yang mengagetkanku yang ternyata Ali.

"Masak apa lu?"

"Masak nasi goreng. Lu mau?"

"Boleh." Ucap Ali. Aku pun langsung menyiapkan untuknya yang langsung ia makan dengan lahap seperti orang tak pernah makan.

"Ternyata lu jago masak juga ya ham." Ucap ali mengomentari masakanku.

"Ya ga juga sih. Cuma kalo di kampung gue sering bantuin ibu gue. Jadi tau lah sedikit dikit."

"Ehm bagus juga sih. Gimana kalo lo masakin gue tiap hari. Daripada gue pesen terus kan?"

"Ya emang lu pesen terus? Lu ga pernah masak gitu?" Ucapku dengan memakan nasi goreng buatanku.

"Gue ga bisa masak ham. Dan disini gue cuma sendiri. Makanya dari itu. Kebetulan lu disini dan lu bisa masak."

Aku pun mengiyakan ide Ali. Ya itung itung buat balas budi buat dia. Dia pun bilang akan beli kebutuhan dapur buat masak nanti.

Setelah makan aku pun mencuci piring. Dan langsung bergegas pergi. Ali pun menanyakan aku mau kemana. Aku pun menjelaskan semua tujuanku buat mencari kerja. Dia pun menawari untuk kerja sama dia mengurus bisnis online shopnya. Namun karena aku tak mau merepotkan. Aku pun menolak secara halus.

*
Ku susuri jalan satu persatu Dari Jl. Soedirman menuju Jl. Otto Iskandar Dinata sampai ke Jl. Astana Anyar. Ku masuki satu persatu kantor berharap akan ada pekerjaan. Namun jawabannya sama. Aku pun kesal. Ku berhentikan langkahku di sebuah masjid untuk menunaikan ibadah. Aku pun beristirahat untuk mengisi perut yang sudah keroncongan.

Kulihat suasana sore yang sangat indah dibalik tingginya gedung gedung yang jarang ada di kotaku. Ku lihat isi dompet yang semakin menipis. Aku pun berfikir memutar otak untuk keberlangsungan hidup.

Aku pun pulang ke rumah yang ternyata Aldi tengah mengemasi barang pesanan yang akan di kirim keluar kota. Tak lupa Ali yang menanyakan apakah aku sudah dapat pekerjaan. Aku pun menggeleng dengan penuh kesal. Ali pun menyemangati ku dan berkata bahwa itu adalah hal yang biasa.

Perjalanan panjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang