Tragedi

11.4K 105 9
                                    

Hari hari pun ku lalui dengan bersemangat. Mulai dari bersekolah, ikut organisasi, belajar bisnis dari temen sampai kegiatan nge band ku yang tak pernah aku lewatkan.

Ya sesibuk sibuknya aku dalam urusan. Aku tak pernah melupakan tentang bandku. Band yang di bentuk oleh aku dan teman smpku yang sama sama mempunyai mimpi menjadi musisi handal.
Bandku pun terkadang manggung di acara acara. Walaupun hanya acara kecil kecilan. Namun tetap membuatku bangga. Apalagi di posisiku yang sebagai gitaris dan vokalis membuatku mempunyai nama sendiri di band ini. Dukungan pun tak luput dari orang orang sekitarku terutama orang tua aku yang memang awalnya tak mendukung karena beranggapan bahwa musik itu tak ada masa depan. Namun dengan kegigihanku aku dapat membuktikanya. Tak lupa dukungan dari syifa yang memang terkadang menyemangatiku.

*
Malam itu ku putuskan untuk latihan bersama teman temanku. Kami pun sangat bersemangat karena sebentar lagi akan ada acara besar. Dan kami di perbolehkan. Tampil walaupun hanya menjadi band pembuka.

Ditengah keriuhan kami. Tiba tiba terdapat panggilan dari ibuku. Aku pun keluar sebentar dari ruangan untuk menjawab panggilan.

"Halo. Ada apa bu?" Tanyaku.

"Ham. Yang sabar ya! Ayah udah ga ada." Ucap ibuku sambil menangis.

Aku yang belum percaya pun kembali menanyakan lagi. Namun hanya kata itu yang terucap. Aku pun menangis karena orang yang menjadi panutanku harus pergi dulu sebelum aku membahagiakan dia.

Beberapa hari pun aku merasa sedih karena masih belum percaya dengan kejadian tersebut. Terkadang ada rasa sesalku yang tak bisa melihat saat saat terakhirnya karena terhalang jarak yang jauh.

Hampir satu tahun. Aku pun mulai bangkit kembali. Aku pun mulai merelakan agar aku bisa menjalani hidupku kembali. Ditambah dengan semangat dari teman temanku yang membuat hidupku jadi berwarna lagi dan tak lupa syifa yang selalu menyemangatiku membuat aku mempunyai semangat walaupun aku terjatuh sangat dalam sekalipun.

Disaat aku mulai bangkit dan mulai membesarkan band lagi. Teman satu bandku yang sama sama bikin band ini pun terkena masalah. Dia ternyata telah menghamili seorang wanita dan kini harus bertanggung jawab. Aku pun sangat menyesali karena teman seperjuangan ku harus seperti itu. Apalagi calon istrinya yang meminta untuk agar keluar dari band agar lebih fokus ke keluarga dan hidup di luar kota agar tidak mendapat gunjingan tetangga.

Dengan berat hati aku pun mengikhlaskan. Walaupun berat hati karena teman yang telah berjuang buat mewujudkan mimpi yang sama harus pergi karena alasan konyol. Aku pun berniat mencari pengganti dia supaya band ini bisa berjalan kembali. Namun yang terjadi malah berlainan. Karena terjadi permasalahan dalam band yang membuatnya bubar.

Aku pun sempat depresi karena mimpi yang aku wujudkan harus hancur karena permasalahan seperti ini. Syifa yang mengetahui hal ini pun langsung mendatangiku dan menenangkan ku.

"Gue denger band lo bubar ya? Sabar ya ham. Gue yakin lu pasti bisa baikan lagi." Ucap syifa menghiburku

"Percuma Fa. Mereka udah ga sependapat satu sama lain." Ucapku yang sudah muak.

"Ya ntar kita cari personil baru aja. Kebetulan gue punya temen suka main musik juga. Gimana mau ga?" Tanya syifa yang memberikan penawaran.

Aku pun mengiyakan. Entah kenapa syifa selalu ada buatku disaat aku tengah kehilangan arah. Hal itu yang membuatku semakin bertekad untuk sukses agar aku bisa mengungkapkan perasaanku kepada syifa.

Namun takdir berkata lain. Tak lama setelah itu. Syifa meninggal karena kecelakaan. Syifa tertabrak di saat ia mau pulang dari sekolah dan langsung mati di tempat.
Kejadian itu membuatku semakin depresi karena orang yang aku cintai harus mati. Belum genap setahun aku kehilangan ayahku. Kini aku harus kehilangan syifa. Yang membuat aku jatuh dalam minuman karena aku yang menganggap dunia ini terlalu tak adil bagiku.

*
Setahun berlalu. Aku yang sudah lulus pun memutuskan untuk merantau mencari kerja di luar kota karena harus mencukupi kebutuhan keluargaku. Aku pun juga ingin menghilangkan rasa sedihku yang kadang masih datang di pikiranku. Kehilangan kedua orang yang aku sayangi membuat aku depresi. Apalagi dengan kematian syifa yang kadang aku pun belum percaya dia harus mati seperti itu. Dan dengan rasa penyesalanku yang belum bisa mengatakan kepadanya bahwa aku mencintai dia.

Aku pun memutuskan merantau di Kota Bandung. Kota yang menurutku dapat menjadi harapan baru bagiku.

Sesampai di Bandung aku pun mencari kos kosan untuk tempat tinggal sebelum aku mencari kerja. Ku tanya tukang ojek yang aku temui di sekitar stasiun tentang info kos yang murah di sekitar sini.
Tak menunggu lama aku pun di arahkan salah satu tukang ojek ke sebuah kos kosan yang murah dan ramah. Kos kosan tersebut adalah kos umum berlantai 2 dengan ruang tengah sebagai ruang kumpul.

Pemilik kos tersebut adalah Seorang janda umur 40 tahunan bernama Bu Asih. Aku pun bertanya sewa kos itu untuk sebulan dan tak butuh waktu lama akhirnya aku pun menyetujui kesepakatan harga. Aku pun di arahkan ke kamar di lantai bawah pojok. Aku pun di perlihatkan isi kamar yang menurutku cukup baik.

Setelah Bu asih yang memperlihatkan kamarnya. Bu asih pun keluar dan aku pun mulai memasukan bajuku dan meregangkan badanku karena kelelahan.



Perjalanan panjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang