Datang

3K 65 17
                                    

Seharian aku berada di warung. Aku pun mulai berhati hati dan menjaga sikapku kepada para pelanggan. Apalagi jika pelanggan itu seorang pria. Tak jarang aku meminta ibu untuk melayani pembeli. Sementara aku menunggu di dapur.

Sore hari. Kami pun pulang ke rumah. Rasa capek segera ku hilangkan dengan membasuh tubuhku dibawah guyuran air. Tak lupa aku pun membantu ibu dan kak rumi yang sedang memasak untuk nanti malam.

Kami bertiga pun memasak bersama. Sementara kak Vita yang sedang mengantarkan Leo dan oni untuk mengaji di masjid.

Di tengah kesibukan kami dalam memasak. Tiba tiba terdengar suara ketokan pintu dari depan. Aku pun segera menghampiri asal suara itu. Dan segera membukakan pintu. Dan ingin melihat siapa yang mengetuk.

"Ali?" Ucapku sambil membukakan pintu. Aku pun terkejut dengan Ali yang ada di depan mata.

"Iya ini gue? Kenapa? Kaget ya?" Ucap Ali. Aku pun segera memeluknya. Ia pun hanya terdiam saat ku peluk.

"Fan. Suruh gue masuk dulu gih. Ga malu apa di liat orang?" Ucap Ali. Aku pun terkekeh dengan ucapannya. Segera ku suruh Ali untuk masuk dan menyuruhnya untuk menunggu di ruang tamu.
Aku pun segera ke belakang membuatkan ia minum.

"Siapa Fan?" Ucap Kak rumi yang tengah mengiris ngiris bawang.

"Temen aku dari Bandung kak." Ucapku sambil mengambil sebuah gelas. Segera ku buatkan es sirup untuknya dan langsung menyuguhkannya ke depan.

"Kok ga bilang bilang kalau mau kesini?" Ucapku sambil duduk di samping Ali. Ia pun hanya meneguk minuman yang aku berikan tanpa menjawab pertanyaanku dulu.

"Kan gue udah bilang tadi malam kalau gue mau kesini. Lo ga denger?" Ucap Ali dengan membakar sebuah rokok dan menghisapnya.

"Apaan ga jelas gitu bilangnya." Ucapku dengan kesal.

"Oh gue tau. Lo takut gebetan lo disini tau kalau lo udah punya pacar?" Ucap Ali mendekatkan wajahnya kepadaku. Aku pun merasa kesal dengannya. Apalagi dengan bau rokok yang menyengat di mulutnya.

"Sembarangan. Emang sejak kapan kita pacaran?" Ucapku sambil menyuruh Ali untuk menjauhkan wajahnya.

"Gue mau ngelamar lo fan." Ucap Ali dengan spontan. Aku pun terkejut dengan ucapan Ali.

"Hah. Lamar? Kamu pasti bercanda kan?" Ucapku memastikan ucapannya.

"Iya fan. Gue kesini mau lamar lo." Ucap Ali. Aku pun segera memukul Ali. Terlihat ia yang kesakitan dan bingung dengan tingkahku.

"Kok gue lo pukul sih. Gue salah apa?" Ucap Ali sambil mengelus-elus kepalanya.

"Ya kamu sukanya bercanda mulu. Ga ketemu ga lewat telpon sukanya bikin kesel mulu." Ucapku ketus dengan melipat kedua tanganku.

"Gue serius Fan. Sekarang ibu dimana? Gue mau bilang sama dia buat bikin acara lamaran nanti." Ucap Ali sambil bergegas mencari Ibu. Ia pun segera menuju ke dapur.

"Assalamualaikum bu." Ucap Ali sambil menyalami Ibu dan kak rumi. Ibu pun tampak senang melihat kedatangan Ali. Sementara kak rumi sedikit bingung karena tak pernah bertemu sebelumnya.

"Ini siapa bu? Kok ibu kenal?" Ucap kak rumi dengan ekspresi bingung. Ibu pun menjelaskan satu persatu.

"Terus kedatangan kamu kesini ada apa al?" Ucap ibu sambil membawa makanan ke meja makan.

"Saya mau ngelamar Fanny bu. Saya mau Fanny jadi istri saya." Ucap Ali. Ibu dan kak rumi pun terkejut mendengar hal itu. Sementara aku yang menahan malu dan bingung harus berbuat apa.

"Kamu yakin?" Ucap kak Rumi dengan ekspresi tak percaya akan perkataan Ali.

"Iya. Saya yakin. Bahkan saya udah persiapin semuanya. Termasuk buat Fanny operasi kelamin." Ucap Ali dengan sungguh sungguh. Aku pun semakin tak percaya dengan apa yang ia ucapkan.

"Al. Kamu yakin. Operasi itu ga murah tau. Udah ga usah." Ucapku mendengar kata operasi. Aku pun sejujurnya masih bingung jika harus operasi. Mengingat itu adalah pilihan yang sangat sulit.

"Gue mau lo jadi cewek tulen. Walau lo ga bisa hamil. Minimal lo ga punya pedang sama kaya gue." Ucap Ali menatapku. Aku pun hanya terdiam mendengarkannya

"Udah kalian urusin urusan kalian ya. Kita mau makan dulu." Ucap kak rumi dengan Ibu meninggalkan aku dan Ali.

Aku pun ikut menghampiri ibu dan kak rumi untuk makan dan sejenak melupakan perbincangan tadi. Aku pun mengajak Ali untuk makan bersama.

Kami pun makan bersama. Tak lama Kak vita yang sudah pulang mengantarkan leo dan oni mengaji. Sementara sasa yang baru keluar dari kamar dan ikut makan bareng.

Ibu pun menjelaskan tentang Ali kepada Kak vita dan Sasa. Terlihat kak vita yang mulai menggodaku sama dengan kak rumi. Sementara sasa hanya diam menatapku dengan tatapan tajam. Ku lihat ekspresinya seperti tak suka denganku.

"Nak Ali. Ibu sih setuju kalau kamu mau ngelamar Fanny. Ibu udah tau tentang kamu waktu ibu tinggal di rumah kamu. Menurut ibu. Kamu cocok kalau sama Fanny." Ucap Ibu. Kami pun hanya mendengarkan dengan seksama.

"Iya kakak dukung kok kalau kamu sama Fanny." Ucap kak Vita sambil mengambil piring untuk dicuci.

"Tapi inget lo. Kalau kamu buat fanny sakit hati. Urusannya sama kita." Ucap Kak rumi. Aku pun merasa senang melihat kedua kakakku yang sangat perhatian kepadaku. Ku lihat Ali yang hanya mengangguk setiap mendapat penjelasan dari kakak vita dan kak rumi.

"Berarti saya boleh ngelamar fanny bu?" Ucap Ali.

"Ya itu tergantung Fanny. Mau apa ga? Yang mau ngejalanin kan Fanny." Ucap ibu. Ali pun langsung menatapku yang duduk disampingnya. Membuatku merasa risih dengan tatapannya.

"Gimana mau ga?" Ucap Ali menatapku. Aku pun bingung dengan pertanyaannya. Apalagi dengan tatapan mereka yang menuju ke diriku.

"Ayo. Keluar sebentar!" Ucapku menarik tangannya.

"Mau kemana Fan?" Ucap Ali bingung.

"Udah. Nanti aku mau ngomong tapi jangan disini." Ucapku sambil memberikannya kunci motorku.

Kami pun pergi naik motor. Ku suruh Ali untuk ke alun alun kota. Sekedar agar kami dapat berbicara dengan tenang. Mengingat pasti kak rumi dan kak vita akan menggodaku di depan Ali jika aku berbincang di rumah.

Perjalanan panjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang