Hormon

11.4K 93 2
                                    

Pukul 5 aku terbangun. Perasaan kacau atas kejadian semalam pun masih membayang di pikiranku. Aku takut jika Ali melihatku memakai pakaian wanita dan nanti ia akan mengusirku karena hal itu.

Ku tepis semua pikiran itu dan langsung bergegas mandi. Setelah mandi aku pun menuju ke dapur untuk memasak. Ku putuskan untuk memasak sayur sop dan menggoreng ayam untuk menu sarapan hari ini.

Tak terasa waktu yang telah menunjukan pukul 6 lebih. Ali pun keluar dari kamar. Perasaan kalut mulai berkecamuk di hatiku. Aku pun hanya bisa pasrah dan menunggu ia menyapa dulu.

"Masak apa ham?" Ucap Ali yang masih ngantuk dengan sesekali mengucek matanya.

"Eh. Ini masak sayur sop sama ayam Al." Ucapku grogi.

Ali pun pergi ke kamar mandi tanpa menanyakan pertanyaan semalam. Aku pun merasa aneh. Apa mungkin ia tak melihatku tadi malam. Batinku.

Ku siapkan semuanya di meja makan sembari menunggu Ali mandi. Kulihat ia yang sudah nampak segar dan menghampiriku di meja makan. Kami pun makan bersama. Suasana terasa hening tanpa ada pembicaraan seperti biasanya.

Aku pun hanya bisa ikut terdiam tanpa memulai pembicaraan karena takut akan masalah semalam.

"Lu kenapa? Tumben diem?" Tanya Ali memulai percakapan yang membuatku sedikit kaget.

"Gpp kok Al. Cuma kaya ga enak badan aja." Ucapku yang mencoba menutupi.

Ali pun hanya mengiyakan dan melanjutkan makan.

"Tadi malam lu pulang jam berapa Al? Kok udah balik. Katanya nanti siang?" Tanyaku yang sedikit grogi untuk memulai.

"Gue ga cocok sama suppliernya. Jadi gue batalin aja sebelum ke tahap yang lebih lanjut. Makanya gue pulang cepat. Emang kenapa?"

"Gpp kok. Heran aja sih kirain tadi malem itu siapa yang tidur dikamar lo."

Pembicaraan pun kembali menghangat. Ku lihat Ali tak sedikitpun menyinggung perihal semalam. Mungkin ia tidak tahu kejadian semalam.

Setelah itu kami pun mengemasi barang barang yang tadi malam belum sempat aku kemasi. Suasana tampak seperti biasa.

*

Berhari hari berlalu. Entah kenapa aku pun semakin tertarik untuk memakai pakaian wanita. Emang tak sulit bagiku untuk memakai pakaian wanita. Di samping memang Ali yang berjualan baju Wanita. Kamar yang aku tempati pun ternyata kamar milik orang tuanya. Dan baju baju dari ibu Ali pun sama sekali tidak disingkirkan. Semua tertata rapi di lemari. Dan kulihat style ibu Ali memang seperti anak muda.

Aku pun semakin giat untuk mencoba mulai dari daster, tank top bahkan sampai hijab semua aku coba. Entah kenapa Ali pun memberiku sebuah cream sampai serum untuk memutihkan wajah. Dia pun hanya bilang jika aku sebagai laki laki butuh perawatan.

Hampir dua minggu berlalu. Aku pun mulai merasa aneh dalam tubuhku. Aku seperti tak bertenaga. Bahkan kumis tipis yang aku cukur bulan lalu pun tak kunjung tumbuh seperti biasanya. Rasa sakit yang aneh pun mulai menjalari sekitar putingku yang membuat area sekitar putingku seperti sedikit menonjol. Mood ku pun seperti sering naik turun. Bahkan tak jarang aku yang ingin menangis bila menonton film bareng Ali. Namun kutahan karena tak ingin terlihat cengeng.

Ali pun mengetahui tentang keadaanku. Ia memaksaku untuk ke dokter namun aku tolak karena mungkin akan sembuh besok.
Akhirnya ia pun membelikan ku obat yang dijual di warung.

Aktivitasku pun jadi terhambat. Ali pun melarangku untuk bekerja terlalu keras. Aku pun merasa bersalah karena aku menyusahkannya.

*
Tepat sebulan setelah itu. Kulihat jam yang menunjukan pukul 05.00 wib. Aku pun bergegas mandi. Ku basuh sekujur tubuhku dengan air dingin di pagi hari. Namun hal aneh yang kurasa. Kulitku yang nampak lebih sensitif. Perlahan ku amati kulitku yang ternyata lebih cerah dan lebih sensitif. Bulu di tubuhku pun tak seperti biasanya.

Ku bergegas ke kamar. Ku pandangi tubuhku dicermin. Kulihat tubuhku yang nampak berbeda. Kulihat burungku yang seperti mengecil yang membuatku teringat jika akhir akhir ini aku tak masturbasi. Kulihat dadaku yang sedikit menggelambir dan terasa sakit jika dipegang atau sekedar disenggol kecil saja. Kulihat pinggulku yang tampak melebar seperti wanita ditambah bentuk wajahku yang seperti wanita namun masih menunjukan sisi kejantananku.

Aku pun segera berpakaian. Ku ambil kaos yang sudah biasa menjadi keseharian ku. Namun rasa gesekan antara kaos dan puting membuat rasa sakit ditambah putingku yang terlihat menonjol membuatku memakai tank top untuk menutupi gundukan kecil itu. Dan bergegas untuk melakukan rutinitas.

Seharian aku berfikir atas apa yang terjadi dengan tubuhku. Aku pun berfikir apa aku salah dengan cream dan serum yang diberikan Ali yang ternyata membuatku menjadi seperti ini.

Aku pun keluar menuju ke sebuah klinik untuk memeriksa keadaanku. Sengaja aku tak memberitahu Ali karena aku tak ingin dia khawatir akan keadaanku. Aku pun bercerita tentang keluh kesah yang aku alami akhir akhir ini. Tak luput ia pun menyuruhku untuk bertelanjang dada sekedar melihat apa yang aku alami.

"Apa mas pernah minum obat hormon?" Tanya dokter itu yang langsung aku menggelengkan kepala karena aku tak pernah meminum bahkan aku pun tak tau apa itu hormon.

Aku pun teringat akan cream dan serum yang diberikan Ali yang aku curigai sebagai penyebab semua ini.
"Tapi. Akhir akhir ini saya sering pakai cream dan serum dari temen saya dok. Katanya dia beli dari toko kecantikan buat saya. Apakah itu berpengaruh."

"Sepertinya tidak. Cream dan serum kecantikan tak ada hubungannya. Itu murni untuk perawatan saja. Lagi pun jika iya maka kemungkinannya kecil karena perlawanan dari hormon testosteron kamu." Ucap dokter itu yang semakin membuatku bingung.

"Emang kenapa sih dok masalahnya?" Tanyaku yang masih bingung.

"Tubuh kamu mengalami transisi dari pria ke wanita. Kamu seperti wanita yang masih mengalami masa puber. Dan saya pun masih bingung mendengar penjelasan kamu. Karena setahu saya untuk transisi seperti ini kamu akan mendapat suplai hormon wanita dari luar dan menekan hormon pria kamu." Ucap dokter itu menjelaskan kepadaku.

"Dan yang saya lihat dari darah kamu. Kadar hormon wanita tinggi sekali. Itu yang membuat kamu jadi seperti sekarang ini."

"Lalu apa yang harus saya lakukan dok?" Tanyaku ingin mendapat solusi agar semua ini selesai.

Dokter pun memberiku sebuah sebuah obat untuk mengembalikan hormon pria ku seperti semula.

Aku pun pulang setelah mendapat obat dan mendapati Ali yang tengah didepan teras.

Perjalanan panjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang