Sakit

6.1K 85 8
                                    

Pagi hari ku terbangun dari mimpiku. Entah kenapa hari ini aku merasa kurang enak badan. Tubuhku yang panas dan selalu merasa kedinginan ku selimuti dengan kain. Berharap dapat mengobati rasa dingin ya ku rasakan.

Tubuhku yang merasa sakit di sekujur tubuhku. Rasanya seperti tulang ku di patahkan satu persatu membuatku hanya berdiam di kasur.

Aku pun jadi tak bisa melakukan aktifitas seperti biasanya. Jikalau dulu jika aku sedang sakit aku pasti akan langsung meminta ibuku untuk mengobati. Entah sekedar memijat tubuhku atau memberiku obat. Dan bersikap manja kepada ibuku bagai anak kecil.

Berbagai kenangan pun teringat. Membuatku sedih karena harus berada jauh dan tak bisa merasakan pelukan hangat itu.

Terdengar suara ketukan pintu yang dibarengi dengan suara Ali. Aku pun menyuruh Ali untuk langsung masuk dengan suara yang lemas. Ali pun masuk dan langsung menghampiri aku yang terbaring lemas.

"Kenapa fan? Lu sakit?" Ucap Ali dengan mengadahkan tangannya di kepalaku. Aku pun menjelaskan semua rasa sakit yang sedang ku alami.

Ali pun langsung keluar mengambil hp. Terdengar Ali yang sedang menelepon seseorang. Tak lama Ali pun masuk kembali dengan membawa secangkir teh untukku.

"Udah tahan dulu ya. Nih teh hangat." Ucap Ali dengan penuh perhatian.

"Ah gamau Al. Sakitt.." ucapku merengek karena rasa sakit yang tak bisa ku tahan.

"Iya. Gue tau kok. Gue udah telfon dokter. Sebentar lagi mau datang. Jadi tunggu ya!" Ucap Ali menenangkanku. Ali pun membantuku untuk bangkit dari tidur untuk duduk.

Ali pun mengambil secangkir teh tadi dan membantuku untuk meminumnya. Rasa hangat pun mulai membasahi kerongkonganku yang rasanya seperti tertusuk duri.

"Al. Makasih ya." Ucapku dengan menyenderkan tubuhku di pelukannya.
Ali pun hanya tersenyum tipis dan meletakkan teh tadi ke meja.

"Al. Maafin aku ya. Hari ini aku ga bisa masak buat kamu." Ucapku dengan wajah lesu. Ali pun hanya tersenyum dan semakin mempererat pelukannya di tubuhku. Membuat tubuhku semakin hangat karena tubuh Ali.

"Masih sakit aja masih mikir buat masak. Udah tenang aja." Ucap Ali. Aku pun merasa tenang dalam dekapannya. Rasa sakit yang tadi ku derita seperti hilang dalam sekejap mata.

"Oh ya. Lu mau makan apa?" Ucap Ali yang sedang ingin memesan makanan di Hpnya.

"Gamau makan. Lagi ga selera." Ucapku dengan memeluk Ali. Entah kenapa aku jadi semakin ingin bermanja dengannya. Padahal jika aku masih lelaki pasti akan jijik. Namun rasa yang ku alami berbeda. Bahkan aku sangat ingin berada di dekapannya terus.

"Fan. Udah makan. Nanti biar cepat sembuh loh." Ucap Ali menasehati ku agar aku mau makan.

"Lagi ga selera Al. Rasanya hambar semua tau."

Ali pun hanya diam dan terus bermain dengan ponselnya. Tak berselang lama. Seseorang pun mengetuk pintu rumah. Ali pun langsung bergegas untuk membukakan pintu.

Tak berapa lama Ali pun kembali masuk dengan membawa beberapa makanan.

"Nih. Udah gue beliin bubur ayam. Makan ya!!" Ucap Ali dengan memperlihatkan bubut ayam yang ia pesan. Aku pun hanya bisa mendengus tanpa menghiraukan.

"Ga selera." Ucapku ketus.

Ali pun berusaha menyuapi ku dengan gaya pesawat yang sedang terbang. Perlahan hatiku pun luluh karena tak tahan dengan kelakuan Ali yang membuatku seperti anak kecil.

Ku buka mulut lebar lebar. Suapan pertama pun masuk ke dalam mulutku. Aku pun mengunyah walau terasa sangat hambar dan ingin memutahkan karena sangat tak selera. Namun aku tak tega dengan Ali yang sudah susah payah membuatku agar aku mau makan.

"Nah gitu dong. Nih lagi!" Ucap Ali dengan memberikan suapan kedua.

"Al. Masih penuh tau." Ucapku yang kesal sambil menunjuk ke mulutku yang masih mengunyah.

Tak banyak aku makan. Hanya beberapa sendok saja sudah membuatku kenyang. Padahal kulihat bubur ayam yang masih banyak bahkan separuh pun belum.

"Fan. Masih banyak ini. Gamau lagi?"

"Ga. Udah kenyang." Ucapku sambil meminum teh hangat.

"Terus ini mau gimana? Masih banyak." Ucap Ali dengan wajah bingung.

Segera ku ambil bubur itu di tangannya. Dan berniat ingin menyuapi Ali.

"Aak. Sekarang kamu yang makan." Ucapku mengadahkan sendok ke mulutnya.

"Gue belum lapar fan. Udah makan lu aja." Ucapnya sambil berniat mengambil bubur di tanganku namun langsung ku cegah.

"Dikit doang. Aku lagi pengen nyuapin nih. Siapa tau aku jadi sembuh setelah nyuapin." Ucapku dengan antusias. Ali pun  tampak kesal namun tak ku hiraukan dengan terus memaksa Ali untuk membuka mulut.

Ali pun akhirnya mau. Ku suapi ia yang tampak masih kesal. Aku pun menyuapinya hingga habis. Aku pun merasa senang dan semangat kembali.

"Yang sakit itu elo fan. Kok yang makan gue sih?" Ucap Ali yang kesal. Aku pun tertawa melihat ekspresi Ali.

Tak lama dokter yang di tunggu pun datang. Sang dokter pun langsung memeriksaku. Ku lihat ia yang sangat teliti.
Setelah itu dokter pun hanya memberikan resep dan menyuruh kami untuk membeli di apotik yang di sebutkan.

Dokter pun menyuruhku untuk banyak istirahat dan minum air putih.

"Emang saya sakit apa dok?" Ucapku yang masih belum paham atas penyakit yang aku derita.

"Ini cuma capek biasa kok. Sepertinya kamu banyak melakukan aktifitas yang berat." Ucap dokter itu menjelaskan.

Aku pun hanya mengangguk. Tak lupa dokter itu berpesan kepada Ali untuk menjagaku agar aku tak melakukan aktivitas berat.

Setelah itu dokter pun pergi di susul oleh ali yang pergi menebus obat meninggalkan ku sendiri di rumah.

Sekitar 30 menitan. Ali pun kembali dengan membawa bungkusan berisi obat obatan. Kulihat obat yang cukup banyak. Padahal katanya aku yang kecapek'an saja.

Sejenak aku pun merasa ada yang aneh dengan dokter itu. Namun segera ku buang dan mulai meminum obat itu. Berharap aku dapat cepat sembuh.

Perjalanan panjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang