Malam hebat

10K 101 8
                                    

Ku perhatikan wajahnya. Sebuah wajah yang menatapku dengan jarak yang amat dekat. Sedikit ku kagumi wajah Ali yang maskulin ditambah dengan brewok tipis yang selalu ia cukur jika sudah hampir lebat.

Ali pun memajukan tubuhnya dan menempelkan bibirnya di bibirku. Aku pun terkejut. Segera ingin ku hentikan sebelum semua terlambat. Namun Ali yang sudah seperti kesetanan malah melumat bibirku.

Aku pun hanya bisa pasrah karena aku tak cukup tenaga untuk melawan. Ku pasrahkan Ali untuk melumat bibirku yang membuatku jijik. Tangan Ali pun berpindah yang semula memegangi tubuhku berpindah meraba payudaraku.

Dimasukkan tangannya ke payudaraku dengan sedikit memainkan putingku. Aku pun menggelinjang. Rasa geli seperti tersetrum membuatku semakin tak bisa mengontrol diri. Aku pun semakin tak bisa menahan hasrat ku. Rasa yang tak pernah kurasakan selama ini membuatku lupa akan jati diriku yang dulu.

Ali pun berhenti mengulum bibirku. Di tariknya dasterku untuk di lepas.

"Al. Pliss jangan!!" Ucapku memohon agar Ali tak melakukan hal yang lebih gila lagi.

Ali pun tak membalas ucapan ku. Di lepasnya daster di tubuhku. Aku pun malu dengan Ali yang melihat jelas bentuk tubuhku yang hanya memakai bra dan cd.

Segera Ali pun melepas bra ku dengan penuh hati hati. Aku pun hanya bisa menuruti tanpa berkata apapun. Ku tutupi payudaraku yang sudah berukuran 34C dengan tanganku. Ali pun meraih tanganku agar tak menutupi payudaraku.

Dimainkannya putingku dengan tangannya membuat hasrat ku semakin memuncak. Aku pun menyadari burungku yang ikut berdiri setelah sekian lama tak pernah berdiri. Dihisapnya payudaraku bagai anak kecil yang meminta susu pada ibunya.

Libidoku naik tinggi membuatku mengeluarkan suara mendesah yang membuat Ali semakin kesetanan. Aku pun semakin tak tahan dengan semua perlakuan ini. Ditambah dengan burungku yang tegang seperti ingin klimaks.

Ali pun berhenti dan membopongku ke dalam kamarku. Dibawanya aku ke atas kasur. Tak lupa ia yang mencopot semua pakaiannya hingga telanjang bulat. Kulihat burungnya yang lebih besar dari punyaku bahkan saat dulu aku masih seorang pria.

Ia pun mencumbui ku di atas kasur membuatku seperti ulat yang kepanasan. Ia pun melepaskan cd ku yang memperlihatkan burungku yang tegak. Ia pun memasukkan penisnya ke mulutku. Sempat aku terkaget namun Ali berhasil membuatku tak bisa berkutik.

Aku pun mengulum penisnya. Bau pesing dan rasa jijik pun menyelimuti diriku. Aku tak bisa membayangkan selama ini jika aku harus mengulum sebuah penis.

Cukup lama aku mengulum penis Ali membuatku sedikit terbiasa dan menikmatinya. Apalagi dengan Ali yang terus memainkan payudaraku membuatku menjadi hilang kendali.

Dicabut penis itu dari mulutku membuatku senang. Dengan tubuh yang terengah-engah menahan rasa jijik.

"Al pliss. Aku mohon berhenti! Aku udah ga kuat." Ucapku memohon dengan nafas yang terengah-engah.

Ali pun tak bergeming. Dikocoknya burungku membuatku sange. Berbagai suara pun keluar dari mulutku yang membuat Ali semakin mengocok dengan cepat. Cairan pun keluar dari burungku yang mengenai tangan Ali. disusul burungku yang menjadi lemas dan menyusut ke ukuran semula.

Perlahan Ali pun memasukkan burungnya ke anus ku. Rasa sakit dan panas membuatku gila dengan rasa sakit yang tak bisa aku bayangkan ini. Perlahan burung itu pun masuk kedalam anus ku.

Aku pun merasa seperti ada yang mengganjal di Anus ku. Ali pun langsung menggenjot ku. Di maju mundurkan burungnya dengan pelan pelan karena lubang anus ku yang masih sempit.

Aku pun kembali menggelinjang karena rasa sakit yang kembali muncul di anus ku. Seperti anus ku yang di sobek secara paksa. Tak lupa Ali pun juga sesekali meraba payudaraku.

Ali pun terus menggenjot anus ku. Ia yang terus menggenjot dan menambah kecepatan membuatku merasakan kenikmatan yang tak pernah kudapatkan dan sebenarnya ga bakal aku dapatkan.

Tak lupa ia yang mengambil pelumas untuk melumasi anus ku. Ia pun semakin bersemangat menggenjot ku yang juga sudah menikmati.

Tak lama sebuah cairan pun keluar di dalam anus ku. Membuat anus ku merasakan kehangatan. Aku pun terkulai lemas saat burungku juga ikut keluar cairan tak lama setelah itu.

Kami pun terbaring bersama di atas kasur dengan keringat yang bercucuran. Perasaan lemas dan sakit di anus ku membuatku tak bisa berbuat banyak.

"Maafin ya Fan. Gue udah ga bisa nahan." Ucap Ali memandangiku. Sekejap ku pandangi wajahnya. Sebuah wajah yang telah menanamkan benih di tubuhku.

Aku pun menangis. Meratapi semua yang telah terjadi. Perasaan sakit di hatiku sebagai laki laki yang hancur gara gara di setubuhi oleh sesama lelaki yang juga sahabatku sendiri.

Ali pun memelukku dan berusaha membuatku tenang. Aku pun hanya terus menangis dan meratapi tanpa tau harus berbuat apa kepada Ali.

"Gue benci sama lo. Gue benci.." ucapku dengan penuh emosi. Ali pun terus merangkul ku dan meredamkan emosiku. Sepertinya ia tau jika apa yang ia perbuat salah.

"Maafin ya Fan. Gue ngelakuin ini karena gue cinta sama lo. Gue mau lo jadi milik gue." Ucap Ali dengan membelai rambutku. Aku pun tak menggubris segala ucapannya dan terus menangis di dada bidangnya.

Sekelebat memori pun muncul di pikiranku dengan emosiku yang mulai meredam. Entah bagaiman. Terbesit dalam otakku semua memori dimana aku masih anak Smk biasa. Dengan hari hari yang ceria tanpa memikirkan beban hidup.

Aku pun teringat ke masa dimana syifa masih hidup. Sekelebat diriku yang dulu berusaha mati matian untuk mendapatkan syifa. Dengan segala impian jika aku harus melamar syifa dan menjadi sepasang suami istri.

Aku pun semakin menyelam dalam pikiranku jika bagaiman aku menikah dengan syifa. Melakukan malam pertama dengannya. Dan mempunyai anak bersama.

Aku pun meratapi diriku yang sekarang ini. Impianku yang musnah dengan Syifa yang meninggalkan ku untuk selamanya. Bahkan untuk aku mengucapkan selamat tinggal saja aku tak bisa.

Melihat diriku yang sekarang harus banting tulang di kota orang sampai harus berkeluh dijalanan. Sampai Ali tiba bagai malaikat yang membantuku melewati kesusahan ini.

Kuratapi sekarang aku yang sudah seperti wanita. bahkan aku yang melayani hasrat seorang pria yang notabene sahabatku sendiri.

Aku pun terus meratapi semua yang telah ku alami hingga tanpa sadar aku pun tertidur. Aku tertidur dengan tubuh yang masih telanjang dan menggunakan dada Ali sebagai sandaran.

Perjalanan panjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang