Kebersamaan

6.7K 94 5
                                    

Kami pun pulang sekedar untuk membereskan barang belanjaan yang baru kami beli dari pasar. Tak lama kami pun meluncur ke sebuah kantor dinas. Ali menarik tanganku untuk masuk.

Tak lama datang seorang pria sekitar 30 tahun yang seperti kenal dekat dengan Ali. Sekejap mereka saling bersalaman seperti teman dekat. Tak lupa Ali yang memperkenalkan aku.

"Oh ya gas. Ini Fanny pacarku. Jadi disini ia mau buat seperti yang udah aku omongin di WhatsApp kemarin." Ucap Ali memperkenalkanku kepada pria itu yang ternyata bernama Bagas. Aku pun menyenggol Ali karena berkata bahwa aku adalah pacarnya.

Bagas pun menyuruh kami untuk masuk ke sebuah ruangan. Kami pun di persilahkan duduk dan berbincang terkait pembuatan kartu pengenal ku.

"Jadi bisa apa ga nih? Tenang masalah yang gue ada kok." Ucap Ali

"Gampang Al. Tenang aja. Kita kan sahabat." Ucap bagas yang langsung menyuruhku mengisi data yang di perlukan. Tak lupa ia pun menyuruhku foto untuk persyaratan selanjutnya.

Tak butuh waktu lama. Aku pun mengisi semua persyaratan dan mengisi data data yang di perlukan. Kami pun di suruh untuk menunggu bagas mengurusnya terlebih dahulu. Dan setelah jadi ia yang akan mengantarkannya sendiri.

Kami pun berterima kasih atas bantuan Bagas. Tak luput Ali memberikan sebuah Amplop kepada bagas.

Kami pun pergi menuju ke sebuah restoran yang tak jauh dari RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Kami pun duduk di salah satu meja. Kulihat suasana restoran yang kekinian menambah kesan aesthetic. Tak lama datanglah seorang pelayan menanyakan apa yang akan kami pesan.

"Mau pesan apa?" Tanya Ali dengan melihat buku menu.

"Terserah aja. Aku ngikut." Ucapku yang tak mengerti akan semua menu yang di sediakan.

Ali pun memesan dua Spaghetti Dan dua steak sirloin dengan dua minuman yang tak aku ketahui namanya.
Setelah itu pelayan pun pergi untuk menyiapkan makanan.

"Kenapa sih harus makan disini? Mahal tau. Lo ga sayang sama uang lo?" Tanyaku yang melihat harga makanan yang menurutku mahal. Ya wajar saja untuk aku yang biasanya hanya makan di warung sekelas angkringan.

"Udah. Ga usah mikirin tentang uang. Lagian ga setiap hari kita makan disini." Ucap Ali dengan tenang.

"Ihh mahal tau. Dari tadi lu udah ngeluarin uang banyak tau. Ga mikir apa carinya susah." Ucapku dengan kesal. Tak lama pesanan pun datang.

"Udah nikmatin aja. Anggap aja ini dinner pertama kita." Ucap Ali dengan mengambil sumpit. Aku pun terkejut karena mendengar ucapan Ali.

"Hah dinner. Emang kita pacaran?" Ucapku yang kaget. Aku pun berfikir sepertinya Ali sudah stress dengan berkata seperti itu.

"Hmm. Gimana ya? Lu mau ga?" Ucap Ali dengan memakan spaghetti miliknya.

"Ga. Lu gila apa? Gue kan cowok." Ucapku sambil mengambil sumpit.

"Ya penting lu cantik sih udah gitu aja. Ga penting lu cowok atau cewek." Ucap Ali dengan enteng. Aku pun hanya mendengus kesal.

Sekejap aku pun berfikir caranya makan menggunakan sumpit karena aku sendiri pun tak pernah makan menggunakan sumpit. Kulihat tangan Ali dengan seksama berharap aku dapat menirunya namun ternyata sangat susah. Aku pun hampir putus asa. Ali pun melihatku yang aneh karena tak bisa menggunakan sumpit.

"Kenapa? Ga bisa pakai sumpit?" Tanya Ali yang memperhatikanku. Aku pun hanya menganggukkan kepala dan mencoba kembali.

Ali pun mengambil spaghetti miliknya dan berniat menyuapiku.

"Hah. Apaan?" Tanyaku yang bingung melihat tangannya berusaha menyuapiku.

"Udah Aak." Ucap Ali menyuruhku untuk membuka mulut lebar lebar. Aku pun menurutinya dan satu suapan pun masuk ke dalam mulutku. Rasa yang gurih manis dan asin pun bercampur dalam mulutku.

"Gimana enak ga?" Ucap Ali. Aku pun mengangguk dengan senang dengan posisi mulutku yang masih mengunyah.

Ali pun menyuapiku. Aku yang memang tak bisa menggunakan sumpit pun hanya bisa pasrah. Setelah itu kami pun memakan steak. Dengan seksama aku pun minta bantuan Ali untuk diajari cara makan steak yang benar. Akhirnya aku pun dapat dengan mudah makan tanpa harus di suapi Ali sama seperti tadi.

Setelah kenyang. Kami membayar semua yang telah kami pesan. Baru saja aku ingin keluar Ali pun mengajakku untuk berfoto di sudut ruangan restoran yang menurutnya sangat pas untuk berfoto.

Aku pun hanya bisa pasrah. Dia pun meminta bantuan orang lain untuk memfotokan kami berdua. Terlihat kami yang sangat mesra apalagi saat Ali melingkarkan tangannya di tubuhku membuat orang yang melihat mengira kami adalah sepasang kekasih.

Waktu cepat berlalu dengan kami yang menikmati sore di taman kota. Terlihat banyak orang dari kalangan anak kecil mulai dari lansia yang menikmati sore yang hangat di taman kota ini. Aku pun duduk di sebuah bangku yang di sediakan di taman ini.

"Al al. Mau beli Es cream!" Ucapku merengek kepada Ali karena melihat sebuah penjual Es cream keliling.

Ali pun menuruti permintaanku. Ali pun menyuruhku memilih. Ku pilih Es cream cone rasa coklat. Ali pun sama memilih Es cream cone namun dengan rasa Vanilla.
Kami pun kembali ke tempat duduk kami semula dengan memakan es cream.

"Sejak kapan lu suka es cream?" Tanya Ali yang heran denganku.

"Kan kata lu gue ga boleh ngerokok. Yaudah gue mau makan es cream aja." Ucapku dengan menjilati es cream tanpa sadar mulutku yang belepotan karena es cream itu.

Dengan sigap Ali pun membersihkan mulutku dengan kain yang bawa di kantongnya. Aku pun terkesima dengan perhatian Ali yang sangat peduli denganku. Aku pun hanya terdiam menunggu Ali selesai membersihkan mulutku yang belepotan.

"Kaya anak kecil aja kalo makan belepotan." Ucap Ali. Aku pun hanya diam. Sekejap ku pandangi ia yang memakan es cream sambil melihat orang orang yang tengah bermain di taman.

"Al. Makasih ya. Lu udah perhatian banget sama gua." Ucapku berterima kasih atas segala kebaikannya. Ali pun tersenyum.

"Tenang aja kok. Gue seneng. Semenjak ada lo. Gue jadi ada temen yang bisa di ajak curhat." Ucap Ali.

Kami pun menghabiskan sore di taman itu sampai akhirnya sang matahari pun tenggelam digantikan bulan yang akan menyinari malam di kota Bandung.

Kami pun berhenti sebentar di sebuah Masjid untuk menunaikan ibadah. Aku yang bingung pun akhirnya ikut barisan para wanita dan memakai mukena karena akan menimbulkan masalah bila aku ikut jemaah pria walaupun aku sendiri juga masih pria.

Perjalanan panjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang