Andi

3.1K 53 0
                                    

Sebelumnya maaf karena ada beberapa kesalahan teknis dalam bab yang kemarin. Aku mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan maaf aku tak bisa bertindak banyak karena bab yang udah terpublish. Dan cerita ini berlanjut dari bab Lamaran kemarin.

Aku pun terbangun. Dan mendapati diriku  berada di dalam sebuah ruangan yang amat pengap. Posisiku yang terduduk disebuah kursi dengan terikat. Membuatku histeris akan terjadi sesuatu hal yang tak aku inginkan.

Aku pun berusaha untuk membuang jauh jauh pikiran negatif itu. Dan segera memikirkan cara untuk melarikan diri. Terlintas di benakku pertanyaan siapa yang menculiku.

Tiba tiba sebuah pintu di depanku terbuka. Aku pun dapat melihat sesosok pria yang masuk menghampiriku. Betapa terkejutnya aku melihat sesosok itu adalah Andi.

"Andi?" Ucapku terkejut dengan dia yang berada disini. Andi pun hanya diam menghampiriku. Tanpa membalas sepatah katapun.

Perasaan panik mulai menyelimuti diriku. Apalagi dengan kulihat ekspresi Andi yang berbeda. Terlihat ia yang seperti ingin membunuhku.

"Di. Tolong lepasin! Kenapa aku bisa ada disini?" Ucapku meminta tolong dengan nada histeris. Andi pun mengambil sebuah kursi dan duduk di depanku.

"Gue kecewa sama lo Fan." Ucap Andi dengan ekspresi datar. Aku pun bingung dengan maksud ucapannya.

"Di. Ini bukan waktunya bercanda loh. Tolong lepasin aku!" Ucapku terus meminta tolong kepadanya.

"Kenapa lo terima lamaran cowok itu?" Ucap Andi membentak. Aku pun ketakutan melihat Andi yang emosi.

"Dia kan pacar aku Di. Emang salah kalau aku nerima lamaran dia?" Ucapku dengan bingung akan kejadian ini.

"Gue cinta sama lo Fan. Dari awal gue lihat lo. Gue suka sama lo. Tapi kenapa lo malah milih cowok lain daripada gue?" Ucap Andi. Aku pun terkejut dengan ucapannya. Tak ku sangka jika ia ternyata mempunyai perasaan kepadaku.

"Aku ga tau kalau kamu suka aku di. Kamu sendiri ga pernah ngomong." Ucapku berusaha menenangkannya.

"Cukup Fan. Gue udah muak sama lo. Pokoknya ga boleh ada yang milikin lo selain gue." Ucap Andi. Ia pun berdiri dan berniat meninggalkanku.

"Di tolong lepasin aku Di. Aku ga seperti yang kamu bayangin. Kamu pasti bakalan jijik denganku jika kamu tau rahasiaku." Ucapku memohon. Aku pun sudah hilang kesabaran dan berniat membeberkan semua rahasiaku kepada Andi. Agar ia menjadi jijik dan mau melepaskan ku.

"Apa? Lo mau bilang kalau lo itu Ilham?" Ucap Andi. Aku pun terkejut bagai petir yang menyambar tubuhku.

"Darimana kamu tau?" Tanya aku.

"Lo lupa kalau dulu kita itu sahabat? Gue udah kenal lo lebih dari siapapun. Bahkan hal terkecil yang banyak orang ga tau dari lo gue juga tau." Ucap Andi. Aku pun masih terdiam tak percaya akan hal itu.

"Dari awal. Gue udah mikir kalau lo itu Ilham. Apalagi dengan wajah lo yang sangat gue hafal. Dan waktu lo pingsan tadi. Gue udah mastiin kelamin lo yang ternyata masih punya burung juga." Ucap Andi menjelaskan kepadaku. Aku pun bingung dan takut akan Andi yang seperti harimau yang ingin menerkam ku.

"Gue kecewa sama lo ham. Kenapa lo harus jadi cewek kaya gini. Tapi karena ini pilihan lo. Gue terima. Tapi lo harus jadi istri gue. Gue ga mau lo dimilikin sama cowok lain." Ucap Andi sambil meninggalkanku. Aku pun berteriak meminta Andi untuk mengurungkan niatnya. Namun tak ada satupun balasan darinya.

Aku pun menangis histeris. Hidupku yang ku kira akan bahagia setelah dilamar oleh Ali. Harus mendapat cobaan yang tak pernah ku pikirkan selama ini.

Aku pun hanya berdiam diri sambil meratapi. Berharap akan ada seseorang yang menolongku. Rasa sedih membuatku mogok makan walau Andi sudah berusaha untuk membuatku makan.

Ia pun memindahkan ku ke tempat yang lebih layak. Dengan pengawasan yang ketat dan bahkan aku tak diperbolehkan untuk keluar dari ruangan. Bahkan untuk makan pun aku sudah seperti hewan peliharaannya.

Aku pun merasa tertekan dengan segala hal yang ku alami. Apalagi sudah 3 hari aku disini. Namun tak ada harapan pasti akan ada orang yang menolongku. Membuatku frustasi.

Ingin sekali aku mengakhiri hidup ini. Daripada harus hidup dengan andi yang menganggapku seperti anjing peliharaannya. Ia pun tak segan segan menamparku jika aku tak mau menuruti perintahnya.

Apalagi dengan leherku yang terpasang dengan tali anjing membuatku seperti hewan. Hampir gila aku dibuatnya. Sampai sampai aku mogok makan dan tak mengurusi tubuhku yang mulai tak terurus.

"Kemari sini anjingku!" Ucap Andi sambil menarik tali yang menjerat leherku. Aku pun tak bisa berbuat banyak. Ingin sekali aku melawan. Namun perbedaan kekuatan kita yang terlampau jauh membuatku mengurungkan niatku.

"Dasar Anjing liar. Ga bisa jaga penampilan ya lo?" Ucap Andi sambil menendang ku. Aku pun jatuh tersungkur akibat tendangannya yang mengenai wajahku.

Ku lihat darah yang perlahan menetes dari hidungku. Aku pun berusaha untuk menahan rasa sakit yang ku alami ini.

"Hari ini gue mau pergi. Dan gue pengen. Saat gue pulang besok. Lo udah cantik! Kalau ga gue bunuh lo." Ucap Andi membisikiku sambil menjambak rambutku. Aku pun hanya meringis kesakitan.

Ia pun pergi meninggalkanku. Tersirat rasa dendam dengannya. Aku pun menangis tersedu sedu. "Lebih baik mati. Daripada jadi budak lo" Ucapku menahan rasa sakit akibat kejadian tadi.

Semalaman aku pun hanya menangis. Harapanku bahwa akan ada pertolongan datang seperti tak ada titik terang. Sementara di satu sisi aku sudah tidak kuat atas perlakuan Andi denganku yang semakin hari semakin menjadi jadi.

Tubuhku pun terdapat banyak luka. Mulai dari luka lebam sampai goresan yang membuat tubuhku sudah seperti mayat hidup.

Tak ku sangka Andi berani melakukan seperti ini kepadaku. Bahkan walau ia tau jika aku adalah sahabatnya dulu. Aku dan Andi yang dulu sering bersama bagai dua saudara. Sukacita kami lewati bersama. Namun semuanya berubah saat aku menjadi seperti ini.

Semuanya berubah saat aku menjadi seorang wanita. Ia yang semula sahabatku mulai mempunyai rasa suka terhadapku yang bahkan aku pun tak tau. Bahkan ia berani melakukan ini semua kepadaku. Dengan alasan bahwa ia mencintaiku.

Sungguh sebuah ironi melihat ia yang berubah hanya karena rasa cinta yang sampai melupakan persahabatan kita.

Perjalanan panjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang