Terbangun

8K 103 11
                                    

Ku terbangun mendapati tubuhku sudah di atas kasur. Ku bangunkan tubuhku yang masih terasa lemas dan pusing membuatku hampir terjatuh.
Kulihat seisi rumah yang sepi. Kulihat jam yang menunjukan pukul 12 malam. Aku pun bingung atas apa yang terjadi padaku.

Ku rebahkan tubuhku di sofa. Perasaan sakit di sekujur tubuhku membuatku tak bisa bergerak banyak. Tiba tiba terdengar suara pintu yang terbuka dengan di barengi kedatangan Ali. Kulihat ia yang basah kuyup karena menerjang hujan yang melanda Bandung malam ini.

"Habis dari mana?" Tanyaku melihat ia basah kuyup. Aku pun segera mengambilkan handuk untuk Ali.

"Beli Martabak buat lo. Siapa tau lo bangun terus laper kan." Ucap Ali dengan mengambil handuk di tanganku. Aku pun merasa bahagia. Belum pernah Ali seperhatian ini denganku.

Aku pun menyuruh Ali untuk mandi agar tak sakit. Ali pun langsung bergegas mandi. Aku pun langsung ke dapur dan membuatkan Jahe hangat untuk Ali sekedar menghangatkan tubuh.

"Ga dimakan?" Ucap Ali menghampiriku yang sedang menonton Tv.

"Nungguin lo." Ucapku singkat. Ali pun langsung duduk di sebelahku. Kami pun makan Martabak bareng. Ditemani jahe hangat yang menambah kehangatan di tengah dinginnya malam.

"Al. Kayaknya ada yang aneh deh. Tadi siang gatau kenapa gue ngantuk banget sampai ketiduran. Padahal gue ga ngantuk." Ucapku mencurahkan segala pertanyaan dalam otakku.

"Kecapean kali. Dari tadi kan lu kerja ga inget waktu." Ucap Ali enteng dan langsung melanjutkan makan.

"Ihh enggak. Gue ga capek tadi. Kaya aneh banget tau tau ngantuk berat. Terus ketiduran. Sampai jam 12 malem lagi." Ucapku yang belum puas dengan jawaban Ali.

"Gatau juga sih. Kirain lo kecapekan tadi. Makanya gue gendong lo ke kasur biar tidur lo nambah nyenyak."

Aku pun hanya bisa terdiam. Ku pandangi Tv yang memperlihatkan adegan sepasang kekasih yang tengah melakukan akad pernikahan. Pikiranku pun melayang. Membayangkan bila aku menjadi tokoh wanita dalam cerita tersebut. Di nikahi oleh seorang pria dan menjadi seorang istri.

Aku pun tersadar dalam khayalanku. Sesekali aku menepis pikiranku itu agar aku tak melangkah lebih jauh. Dan mencoba berpikir bahwa aku masih seorang cowok dan masih suka wanita.

"Lu kenapa ham?" Tanya Ali yang melihat aneh tingkahku.

"Hah. Gpp kok. Biasa pegel aja gitu." Ucapku dengan gestur tubuh menggelengkan kepala.

"Ham kayanya lu harus ganti nama deh!" Ucap Ali yang membuatku kaget.

"Hah ganti nama. Buat apaan?" Tanyaku yang tak habis pikir dengan pikiran Ali akhir akhir ini.

"Ya masak lu udah cewek kaya gini masih nama Ilham. Kan ga asik."

"Ga. Gue gamau. Gue masih cowok normal." Ucapku menolak dengan kedua tangan saling melipat dan menggelengkan kepala.

"Terserah sih. Kan gue cuma saranin." Ucap Ali.

Aku yang bingung pun mencoba bertanya kepada Ali.
"Emang gue sekarang udah kaya cewek ya?"

"Emang lu ga liat diri lu sendiri?"

"Malah balik nanya. Ya kan gue mau denger dari orang lain." Ucapku dengan mada meninggi. Ali pun hanya tertawa mendengar celotehan ku.

"Lu udah kaya cewek banget. Mulai dari tubuh. Wajah. Suara lu pun makin mirip cewek ya walaupun masih ada cowoknya sih." Ucap Ali. Aku pun langsung mendengarkan dengan seksama.

"Terus. Sifat lu juga banyak yang berubah. Lu makin kaya cewek banget. Gampang berubah moodnya. Terus lu juga kalo marah sering mukul mukul kaya cewek." Ucap Ali yang membuatku tersadar jika yang dikatakan itu benar.

Aku pun hanya bisa terdiam memikirkan apa yang dikatakan Ali. Aku sendiri pun bingung dengan segala hal yang terjadi dengan tubuhku yang aku sendiri tak mengerti apa penyebabnya.

"Ehm lu suka ga kalo gue begini?" Tanyaku menatapnya.

"Suka." Ucap Ali singkat.

"Lu suka sama sifat gue kaya gini. Emang lu ga marah kalau lu gue pukuli terus kalau gue marah?"

"Kalo gue ga suka. Udah gue usir lu dari rumah ini." Ucap Ali dengan tatapan tajam.

"Ya udah. Kalo gitu gue mau kom ganti nama." Ucapku ketus.

"Lo beneran?" Ucap Ali yang tak percaya dengan ucapanku.

Aku pun hanya mengangguk dengan wajah yang kesal.

"Gue boleh saranin nama ga?" Tanya Ali dengan sedikit menggodaku.

"Ga boleh. Ini kan nama buat gue. Jadi gue mau ganti nama sendiri." Ucapku dengan ketus karena masih kesal dengannya.

Ali pun memohon kepadaku untuk boleh memberiku nama dengan sesekali ia menggodaku. Aku pun hanya bisa pasrah karena tak tahan dengan godaan Ali.

"Iya iya. Yaudah mau kasih nama apa?"

"Nah gitu dong. Gue mau kasih nama lo Fanny." Ucap Ali yang membuatku heran.

"Hah. Fanny. Dapet darimana ide itu?"

"Kepikiran aja gitu." Ucap Ali. Aku pun berfikir bahwa untuk mempertimbangkan nama itu.

"Oke gue mau. Tapi masak Fanny doang?" Ucapku. Ali pun berfikir sejenak dengan tangan yang memegang kepala.

"Maulida aja. Sama kaya nama belakang lu. Cuma buat versi cewek." Ucap Ali. Aku pun setuju karena menurutku itu nama itu tak meninggalkan namaku yang dulu.

"Yaudah berarti sekarang gue panggil lu fanny ya." Ucap Ali

"Terus. Perihal KTP atau ijazah gue gimana? Ucapku memikirkan semua dokumenku.

"Hem kebetulan gue punya temen yang kerja di pemerintahan sih. Dia sih bisa bantu buat KTP atau SIM semacamnya sih buat lu."

"Emang bisa?"

"Tenang aja. Kalau ada uang semua bisa."

Aku pun dapat sedikit tenang karena aku tak perlu khawatir akan identitas ku disini. Kami pun melanjutkan menonton film tanpa ada percakapan sedikitpun.

"Lu ga tidur? Udah malem ini." Ucap Ali yang memperhatikanku menonton Tv.

"Ga. Lu kalo mau tidur. Tidur aja. Masih seru nih filmnya." Ucapku sambil melihat ke layar Tv.

"Yaudah gue temenin." Ucap ali sambil berbaring di pahaku. Aku yang terkejut pun menyuruh Ali untuk bangun.

"Al. Apaan sih Bangun gih. Risih tau." Ucap ku agar Ali dapat pindah posisi agar tak berbaring di pahaku. Namun tetap ia tak mau berpindah. Segala cara telah aku lakukan namun hasilnya tetap sama. Akhirnya aku pun hanya bisa pasrah melanjutkan menonton.

Kami pun menonton bersama. Sesekali kami bercanda tawa tam ingat waktu. Tanpa kami sadari kami pun tertidur di sofa.

Perjalanan panjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang