Kesal

3.7K 71 1
                                    

Sudah 2 hari aku menemani Ali yang terbaring di rumah sakit. Aku pun menjaga Ali dengan konsisten. Karena aku tau Ali tak ada yang menjaga. Kak Novi yang sesekali datang untuk menjenguk pun. Tak bisa aku prediksi karena jadwal ia yang sangat padat.

Ali pun mengalami perkembangan yang pesat. Kesehatannya yang mulai membaik. Aku pun merasa turut senang. Sejenak aku melupakan kejadian waktu itu. Dan tak ingin membahasnya dulu.

"Al. Makan gih! Ini udah aku bawain bubur." Ucapku dengan yang membawa bubur untuk sarapan Ali.

"Males ah. Setiap hari makanya bubur terus. Udah ga enak lagi." Ucap Ali dengan penuh kesal. Aku pun menyuruh Ali agar jangan keras keras. Karena tak enak jika di dengar oleh perawat.

"Ya udah. Kamu mau makan apa?" Ucapku menawarinya.

"Gue pengen Nasi goreng buatan lu Fan. Buatin dong!" Ucap Ali dengan merengek manja kepadaku.

"Iya. Tapi kalau udah sampai rumah ya. Sekarang. Berhubung lo masih di rumah sakit. Jadi seadanya aja." Ucapku sambil berusaha menyuapinya. Ali pun tampak kesal karena permintaannya yang tak dituruti.

Aku pun terus menyuruhnya membuka mulut agar ia mau makan. Dengan kegigihan ku. Ali pun mau membuka mulut.

"Fan. Maafin gue ya. Gue ngerasa bersalah banget sama masalah itu. Gue selalu kebayang terus sama waktu itu." Ucap Ali yang tengah ku suapi. Aku pun terdiam dan kembali mengingat kejadian itu.

"Al. Udah. Aku ga mau bahas itu dulu." Ucapku dengan dingin. Ali pun hanya diam. Sepertinya ia mengerti maksudku. Aku pun berusaha menyuapinya lagi. Sampai bubur yang sudah habis tak bersisa.

"Gue perhatiin. Sekarang kok lo punya kumis?" Ucap Ali. Aku pun terkejut melihat ia yang menyadari bahwa wajahku yang sudah tumbuh kumis. Namun masih tipis dan masih dalam batas kewajaran untuk seorang wanita.

"Iya. Gue terapi hormon. Gue pengen balik lagi ke tubuh gue yang dulu." Ucapku menjelaskannya. Ali pun terkejut mendengar ucapanku.

"Lo mau balik jadi cowok? Buat apa?" Ucap Ali dengan raut wajah tak suka dengan ucapan ku.

"Ya emang aku kan cowok. Emang salah kalau aku mau jadi cowok lagi?" Ucapku dengan ketus.

"Ya udah kalau gitu. Lo pergi aja sekarang. Ga usah temuin gue lagi!" Ucap Ali dengan ketus. Ia pun langsung menyuruhku untuk segera keluar.

"Emang kenapa? Salah kalau gue jadi cowok lagi?" Ucapku dengan kesal dengan ucapan Ali yang membuat hatiku sakit. Aku pun mencoba untuk tetap tenang mengontrol emosiku.

"Gue cuma butuh Fanny buat ada disisi gue. Gue ga butuh Ilham." Ucap Ali. Aku pun keluar dan mengambil tas ku.

Aku pun kesal. Ingin sekali ku tampar ia yang tak tahu cara berterima kasih. Aku pun memutuskan untuk mencari Kak Novi. Aku pun menelpon kak Novi untuk meminta saran kepadanya.

Kak Novi pun menyetujui dan langsung meluncur ke rumah sakit. Ku tunggu ia di depan rumah sakit. Perasaan sakit hati, kesal dan maran bercampur menjadi satu di hatiku. Sebegitu teganya Ali berkata seperti itu kepadaku.

Tak lama Kak Novi pun datang. Ia menyuruhku untuk segera masuk dan menceritakan apa yang terjadi.

"Kamu kenapa Fan? Kok kaya ada masalah gitu?" Ucap Kak Novi. Aku pun langsung menjelaskan kepadanya tentang kejadian tadi. Tak lupa aku yang berjaga jaga agar tak keceplosan tentang jati diriku. Ku lihat Kak Novi yang dapat mengerti tentang perasaanku.

"Ali. Ali. Udah dapet cewek baik. Masih aja di sia siain." Ucap Kak novi menghela nafas.

"Aku kesal kak. Belum selesai masalah kemarin. Eh ini udah buat masalah lagi. Padahal niatku baik buat jenguk dia." Ucapku menumpahkan kekesalanku.

Kak Novi pun mengerti dan menyuruhku untuk tetap tenang. Ia pun berpesan untukku agar tak mengambil hati atas kejadian tadi.

"Fan. Kakak boleh minta tolong ga?"

"Minta tolong apa kak?"

"Untuk sementara ini. Kakak mau kamu tidur di rumahnya Ali dulu aja. Tenang untuk masalah Ali. Biar kakak yang ngurusin." Ucap Kak Novi. Aku pun merasa keberatan atas permintaan itu.

"Tapi kak." Ucapku ingin menolak. Namun Kak novi yang menyuruhku untuk tetap menuruti kemauannya. Aku pun hanya bisa pasrah dengan permintaan itu.

Kak Novi pun langsung mengarahkan mobilnya menuju ke arah Rumah Ali. Aku pun hanya terdiam. Terbesit perasaan kesal akibat kejadian tadi.

"Fan. Kamu pengen operasi ga?" Tanya kak Novi. Aku pun terkejut dengan ucapannya.

"Hah. Operasi apa?

"Udah. Kakak udah tau semuanya kok. Kakak tau kalau kamu itu dulunya cowok kan?" Ucap Kak Novi yang membuatku semakin terkejut. Aku pun bingung darimana kak Novi tau."

"Kak Novi tau darimana? Apa jangan jangan kak novi yang ngerencanain selama ini sama Ali?" Ucapku menginterogasi. Kak Novi pun hanya tertawa melihatku yang mencurigainya.

"Kakak ga ngerencanain apa apa fan. Dulu waktu kamu ke butik kakak. Kakak tanya sama Ali. Kan awalnya kakak bingung katanya Ali kamu tinggal serumah sama Ali. Padahal yang kakak tau sebelumnya. Ga ada cewek tinggal disitu." Ucap Kak Novi. Aku pun merasa lega dengan kak novi yang tak sekongkol dengan Ali.

"Terus?" Ucapku yang ingin mengerti lebih jauh.

"Ya kakak selidiki dong. Setau kakak yang ada dirumahnya Ali itu cowok. Kok sekarang cewek. Dan ternyata bener. Ali sendiri yang ceritain kalau kamu dulunya cowok." Ucap Kak Novi.

"Terus kakak ga jijik sama aku yang waria ini? Kenapa kakak malah baik sama aku?" Ucapku yang masih heran dengan tingkah kak Novi.

"Jijik kenapa? Malahan kamu cocok loh kalau jadi cewek. Udah jago masak, dll yang identik dengan perempuan. Malahan kakak aja merasa tersaingi sama kamu." Ucap Kak Novi. Aku pun merasa senang mendengar ucapan Kak Novi.

"Jujur ya Fan. Kalau kamu mau. Kakak pengen kamu nikah sama Ali." Ucap kak Novi. Aku pun merasa aneh mendengar hal itu.

"Kita kan sama sama laki laki kak?" Ucapku dengan kesal.

"Ya kalau jodoh. Siapa tau?" Ucapnya yang ternyata sudah sampai di depan rumah Ali.

Kami pun segera turun. Kulihat rumah sepi. Kak novi pun hanya memberikan kunci rumah kepadaku. Ia pun langsung pergi dan berpesan akan mengurus semua masalah tadi.

Aku pun segera masuk. Dan merapihkan barang barangku.

Perjalanan panjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang