pasar malam

5.4K 85 12
                                    

Seharian aku hanya bisa bermalas-malasan tanpa ada kegiatan. Ku lihat Ali yang sedang bekerja dengan Dani dan Boni. Terbesit dalam pikiranku untuk membantu mereka. Namun Ali melarang ku dan menyuruhku untuk istirahat.

Aku pun menjadi bingung karena tak ada hal yang bisa aku kerjakan. Bahkan untuk memasak atau membersihkan rumah pun tak boleh.

"Al. Aku boleh bantuin ga?" Ucapku melihat Ali yang masih bekerja sampai malam.

"Gausah Fan. Udah istirahat aja. Tadi kan dokter udah bilang kalau lu harus banyakin istirahat." Ucap Ali sembari membungkusi pesanan yang akan dikirim.

"Bete tau Al seharian ga ada kerjaan. Lagian aku udah mendingan kok." Ucapku dengan memasang wajah memelas.

"Lu laper ga?" Ucap Ali

"Hah. Emang kenapa?" Ucapku yang bingung dengan pertanyaannya.

"Jalan jalan yuk! Kebetulan ada pasar malam nih." Ucap Ali. Aku pun sangat antusias ingin ke pasar malam.

"Tapi lo udah mendingan kan? Kalau lo masih ga enak badan ya gausah deh." Ucap Ali memandangiku dengan serius.

"Ah Al. Aku udah mendingan kok. Pliss kita ke pasar malam sekarang. Ya!" Ucapku merengek.

"Tapi lo mandi dulu sana! Lo kan belum mandi seharian." Ucap Ali dengan menutup hidungnya. Aku pun memukul Ali karena kesal.

"Gamau. Gamau mandi." Ucapku ketus. Ali pun hanya tertawa.

"Yaudah ayok!" Ucap Ali dengan menarik tanganku keluar.

"Al. Aku mau dandan dulu. Masak keluar cuma pakai daster begini?"

"Lo udah cantik kok fan. Udah gausah dandan." Ucap Ali. Aku pun kembali ke kamar untuk mengambil sweater dan sedikit riasan agar wajahku tak terlihat pucat.

"Udah gue bilangin jangan dandan masih aja ngeyel. Jadi ga nih?" Ucap Ali yang kesal menungguku aku keluar.

"Iya maaf. Lagian dikit aja kok biar ga kelihatan pucat." Ucapku sambil mengunci pintu.

Kami pun berboncengan menuju ke pasar malam yang berada di taman Saparua. Kami pun tak banyak bicara di sepanjang perjalanan karena aku hanya terfokus memandangi keindahan malam kota Bandung.

"Fan. Ga pegangan?" Ucap Ali yang mengagetkanku.

"Hah. Gamau. Aku kan cowok." Ucapku menolak. Tanpa sadar. Ali pun langsung menarik tanganku dan melingkarkan di tubuhnya.

"Ih apaan sih Al. Jangan buat aku marah bisa ga sih." Ucapku dengan kesal dan menarik tanganku. Namun Ali terus memegangi tanganku.

"Al.." ucapku menahan emosi.

Ali pun hanya diam tak mau menjawab ocehan ku. Aku pun hanya bisa pasrah. Tak lama kami pun tiba di pasar malam.
Kami pun segera memarkirkan motor.

Kami pun masuk ke dalam pasar malam. Suasana ramai dan riuh bercampur menjadi satu. Banyaknya wahana yang ada membuatku bingung ingin mencoba yang mana dulu.

"Yuk makan! Gue udah laper nih." Ucap Ali dengan memegangi perutnya.

"Nanti dulu Al. Aku mau coba permainan dulu." Ucapku. Aku pun menuju ke wahana ombak banyu. Sebuah wahana yang mengingatkanku waktu aku kecil aku pernah naik wahana ini saat ada pasar malam di desaku.

Ali beberapa kali memanggilku yang pergi ke sendiri. Aku pun tak memperdulikan Ali yang mengejar ku. Segera aku pun menuju ke tempat pembelian karcis.

Aku pun segera menaiki wahana itu. Kulihat Ali yang hanya memandangiku di sudut bawah. Aku pun mengejeknya karena ia tak berani untuk naik.

Wahana pun berjalan. Ku eratkan pegangan ku saat wahana yang berputar bagaikan ombak. Perasaan senang, takut dan gemetaran berkumpul menjadi satu. Sekitar 10 menitan wahana pun berhenti. Kami pun keluar satu persatu.

Segera ku berlari mencari tempat yang sepi untuk muntah. Entah kenapa baru kali ini aku muntah saat bermain wahana itu. Padahal dulu aku selalu sehat sehat saja.

Ku muntahankan semua yang mengganggu perutku. Ali pun datang dan memijati leherku agar semua dapat keluar.

"Gue udah bilang apa. Dikasih tau malah ngeyel." Ucap Ali. Aku pun hanya mengusapi mulutku yang baru muntah.

"Seru tau. Emangnya kamu penakut." Ucapku menyindirnya yang tak berani naik.

Tiba tiba suara perutku berbunyi. Ali pun tertawa mendengar dan melihatku yang malu.

"Udah. Ayo makan!" Ucap Ali menarik ku menuju ke barisan warung yang menjajakan aneka makanan.

"Mau makan apa?" Ucap Ali sambil melihat satu persatu warung.

"Ehm. Mie ayam aja." Ucapku yang melihat salah satu warung.

Ali pun menyetujui. Kami pun berjalan menuju warung itu. Ali pun segera memesan kepada penjual. Aku pun duduk di salah satu meja sembari memakan keripik tempe.

"Laper mbak?" Ucap Ali yang melihatku makan keripik tempe dengan lahap.

"Biarin lah. Nih cobain!" Ucapku sambil mengarahkan keripik ke mulutnya.

"Enak ga?" Ucapku. Ali pun langsung mengambil keripik ditangan ku. Dan memakan sendiri.

"Ih Al. Kan masih banyak ini. Kenapa yang diambil punyaku?" Ucapku yang kesal dengan sikapnya.

"Mesra banget nih dek?" Ucap seorang wanita yang membawakan pesanan kami.

"Hehe. Iya nih bu. Maklum pacar saya suka  kaya orang gila sendiri bu." Ucap Ali. Ku pukul ia yang sembarangan ngomong.

"Oh. Saya doain ya moga moga cepat nikah." Ucap wanita itu tersenyum dan langsung pergi melayani yang lain.

"Amiin." Ucap Ali sambil mengadahkan tangannya seperti berdoa. Aku pun hanya terdiam mendengar ucapan ibu itu. Bagaiman bisa aku yang notabene lelaki dapat menikah dengan Ali.

"Tuh. Denger ga? Enaknya kita nikah kapan?" Ucap Ali. Aku pun tersedak mendengar ucapannya.

"Hah. Nikah? Mana bisa Al. Aku kan cowok. Masak cowok sama cowok sih." Ucapku melanjutkan makan.

"Ya. Gpp lah. Emang kenapa?"

"Al. Aku itu cowok. Ga mungkin kita nikah. Lagian kalau nanti kita nikah. Aku ga bakalan bisa hamil. Kamu mau kaya gitu?" Ucapku dengan nada serius. Ali pun hanya terdiam memikirkan ucapan ku.

Aku pun kembali melanjutkan makan. Sambil menunggu jawaban dari Ali. Aku pun sudah mulai menebak jika Ali tak akan mau dengan apa yang aku jelaskan tadi.

"Gue mau. Kalaupun nanti lo ga bisa hamil. Gpp. Gue ikhlas. Kita bisa adopsi juga kan?" Sebuah ucapan yang keluar dari mulut Ali. Aku pun terkaget melihat ucapan Ali. Kulihat sorot matanya yang serius. Tak seperti saat tadi yang banyak bercanda.

"Tetep ga. Gue ga bakalan suka sama cowok. Titik." Ucapku ketus. Aku pun hanya melanjutkan makan tanpa memperdulikan Ali yang terus mengoceh kepadaku.

Perjalanan panjangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang