Normal pov...
"Ada apa?" Gus Juna bertanya dengan ketus pada Gus Alif.
"Ada yang sowan, lo aja yang nemuin, gue nggak bisa" Gus Alif menjawab dengan datar.
"Kirain ada apaan, ganggu tau nggak, telfon kan bisa atau nggak telepati" dengus Gus Juna.
"Udah tapi nggak bisa dua-duanya, udah sana temuin dan nanti sore gantiin gue di Diniyah, gue ada kerjaan dadakan"
"Hm" cuman itu yang keluar dari mulut Gus Juna untuk menanggapi perkataan Gus Alif.
Sedangkan Gus Alif tidak merasa bersalah karena mengganggu kegiatan Gus Juna yang sedang PDKT.
"Dasar ngeselin" dengus Gus Juna sambil menatap punggung Gus Alif yang mulai menjauh.
"Gue bisa denger ya Juna!!!" Teriak Gus Alif tanpa menengok ke belakang.
"Sono lo temuin yang sowan" lanjutnya sambil terus berjalan.
Gus Juna pun melakukan perintah itu sebelum kena omelan kakak sepupunya tadi. Walau pun Gus Alif lebih muda darinya, tapi Gus Juna sangat segan pada Gus Alif. Karena di sini yang kakak sepupu itu Gus Alif.
***
"Gus Alif kok kayak gitu ke Gus Juna?" Tanya Alesya setelah menyaksikan pembicaraan dua sepupu tadi bersama Kanaya.
"Itu hal yang biasa, walau Gus Juna lebih tua tapi Gus Juna segan banget sama Gus Alif, kan Gus Alif kakak sepupunya Gus Juna" jawab Kanaya sambil berjalalan ke arah pondok putri.
"Gus Juna itu orangnya kayak gimana?" Alesya kembali bertanya.
"Kamu suka ya sama Gus Juna?" Kanaya menatap Alesya penuh selidik.
"Ih.. bukan gitu" Alesya menjawab dengan gugup.
"Gus Juna itu ramah orangnya beda 180° sama Gus Alif. Kata kebanyakan santri putri Gus Juan itu imam idaman, pembagian lembaga Pesantren ini akan diwariskan pada Gus Juna, tapi aku dan Reya lebih setuju kalau Gus Alif yang menjadi penerus pesantren"
"Kenapa?"
"Karena Gus Alif anak sulung dari Gus Fariz dan Gus Fariz adalah anak kedua dari Abah yai sekaligus putra pertama Abah yai, jadi yang lebih berhak ya Gus Fariz dan keturunan nya. Tapi Gus Alif nggak begitu minat sama pesantren. Gus Alif itu nggak pernah mau gantiin umi nya, Abi nya, paman atau pun bibiknya, apa lagi gantiin Abah yai Kholil ceramah singkat di pagi Jum'at" Kanaya berucap panjang lebar.
"Kamu suka sama Gus Alif?" Entah kenapa Alesya menyimpulkan bahwa temannya ini menyukai Gus Alif.
"Aku hanya mengagumi dia saja dan tidak lebih, karena aku tahu batasan ku ada dimana" Kanya tersenyum getir.
"Kalau udah jodoh nggak bakal kemana Nay" kata Alesya menyemangati Kanaya dengan memeluk teman sekamarnya itu.
Mereka bedua saling pandang dan... "Hahaha" tertawa bersama sama, kalau udah satu server sekali lirik aja langsung ngerti.
Walaupun Alesya baru dia hari di pesantren tapi dia sudah dekat dengan semua teman sekamarnya.
***
Terlihat Gus Alif yang sedang berada di kelas 12 IPS 5, ia tengah menjelaskan materi.
Kalau berfikir Gus Alif mengajar materi agama kalian salah besar, karena Gus Alif mengajar materi sejarah wajib dan sejarah peminatan untuk jurusan IPS dan hanya mengajar kelas 12 saja.
"Kerjakan uji kompetensi sekarang dan jangan nyontek" ucap Gus Alif.
Sambil menunggu para siswi mengerjakan tugas Gus Alif menyempatkan mengecek tugas mahasiswa nya.
"Sudah selesai?"
"Sudah Gus" Lira pun memberikan buku LKS sejarah wajib nya dan Gus Alif melirik Lira sekilas barulah memberikan nilai sempurna tanpa mengkoreksi tugas tersebut.
Gus Alif bukan menilai jawaban dari soal itu, tapi menilai seberapa jujur siswa dan siswi nya dalam mengerjakan soal. Beda lagi jika Gus Alif memberikan tugas selain soal maka akan menggunakan dua penilaian, satu dengan kejujuran dan dua dengan seberaoa baik dan sebenar apa mengerjakan tugas tersebut. Penilaian itu akan berubah lagi jika ujian.
"Gus ini nggak salah ngasih nilai seratus?" Lira sedikit tidak yakin dengan nilai yang dia dapatkan.
"Kamu ngerjain itu sendiri tanpa nyontek, jadi nilai seratus itu sepadan dengan kejujuran kamu Lira" Gus Alif menjawab tanpa melihat sang murid.
"Kamu bisa duduk" tegurnya karena Lira masih berdiri di tempatnya dengan wajah cengok.
Lira yang tersadar dari lamunannya segera kembali ke tempat duduk.
Bel pulang berbunyi.
"Selesai tidak selesai kumpulkan!" Suara tegas itu menginterupsi seluruh penghuni kelas.
Semua segera menunduk LKS mereka kecuali Lira.
"Tugas Minggu depan buat kesimpulan tentang bab ini dan Minggu depan ulangan harian. Assalamualaikum" Gus Alif keluar dari kelas itu dengan membawa setumpuk LKS kelas 12 IPS 5.
"Waalaikum salam"
Setelah Gus Alif keluar para siswi langsung berdoa pulang.
Lira keluar dari kelas nya dan langsung pulang ke kamar Khadijah dengan wajah bahagia.
"Assalamualaikum penghuni kamar"
Di kamar ada Alesya, Ayu, Anjani, Agni, Nada, Salwa, dan Husna.
"Waalaikum salam"
"Kamu kenapa keliatan seneng banget?"
"Aku dapet nilai seratus dari Gus Alif Salwa!!" Lira menjawab dengan kegirangan.
"Kok bisa?" Teriak Agni, Ayu, dan Anjani berbarengan.
"Bisa dong, Gus Alif bilang karena aku ngerjainnya enggak nyontek, jadi dikasih seratus tanpa dikoreksi" Lita berceriata dengan semangat dan sedikit nada sombong untuk menjahili temannya.
"Sombong amat" dengus Ayu.
"Kita nggak boleh nyontek juga biar dapet nilai seratus" kata Anjani.
Alesya hanya menyimak, sedangkan trio salaf dalam kamar ini sudah pamit ke madrasah. Trio salaf itu ya Nada, Salwa, dan Husna.
***
Seperti malam sebelum nya Alesya murojaah di halaman belakang pondok putri.
Tiba-tiba Alesya berhenti dan menatap langit seperti kemarin malam.
"Ngelamun lagi" tegur seseorang yang berhasil mengalihkan perhatiannya.
"Ngelamun?" Alesya mengulang kata yang di ucapkan orang yang tengah berdiri di depannya ini.
"Iya ngelamun, memang apa yang kamu lamunkan?"
"Tidak ada Gus, saya memang tidak melamun" dia yang berdiri di hadapan Adeffa adalah Gus Juna, memang siapa lagi jika bukan dia.
"Baiklah aku percaya" Gus Juna tidak mau mengulik lebih dalam kebohongan Gadi di depannya ini.
'kamu berbohong Alesya, padahal kamu memikirkanku' ucap Gus Juna salah hati kecilnya, karena memang benar Alesya sedang melamunkannya.
TBC
Tuban, 14 September 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum My Destiny (END & LENGKAP)
Romance(spin off white thread) Alesya Dilara Azra seorang gadis berusia 24 tahun yang menjadi santri baru di pesantren Al-Alawi. Niat awal untuk menghafal Alquran malah dinikahkan dengan cucu yang punya pesantren. *** Kalau penasaran.. langsung baca aja...