Bab 35

27.5K 1.7K 33
                                    

Jangan komen *next* Jangan komen *lanjut*

Komen yang lain kan bisa Contoh nih contoh

"author kok cantik"

Komen seperti itu malah lebih bikin aku semangat daripada komen "next"

Komen uneg uneg kalian juga boleh. Uneg uneg kalian tentang alur cerita Assalamualaikum My Destiny. Kalau kalian kasih kritik tentang cerita aku ini aku malah seneng banget.

Juga boleh Bebas kalian mau komen apa. Asal jangan *next* dan *lanjut*

Jangan lupa vote ya.. hargain penulis...

Salam rindu dari aku buat kalian semua...

_______________________________

Normal pov...

Hari ini tepat satu Minggu setelah kejadian Gus Alif dan Alesya yang berboncengan.

Dihari Jum'at berkah ini Alesya sedang membersihkan ndalem Abah yai atas perintah beliau.

"Ini udah selesai semuanya mbak, tapi tinggal perpus pribadi yang belom di beresin, biasanya Abah yai jam segini udah selesai ngajinya" ucap Ning Yana sambil melihat jam dinding di ruang keluarga.

"Masuk aja kali ya mbak, ini udah dua jam lebih Abah di dalem perpus" sambung Ning Yana yang terlihat sangat khawatir. Alesya hanya menjawab "iya" dan tersenyum untuk menanggapi.

Ning Yana mengetuk pintu perpus sebelum masuk bersama Alesya. Saat pintu terbuka dua Ning muda itu mendapati Abah yai yang sedang duduk di sofa dengan mata terpejam.

Keduanya mendekati Abah yai dan dengan kompak mendudukkan diri di lantai dan berhadapan dengan Abah yai.

"Bah.. Abah.." Ning Yana memanggil dengan pelan sang kakek.

Ning Yana terlihat sangat cemas. "Abah.. bah.. pindah ya ke kamar" tetap tidak ada respon dari Abah yai.

Ning Yana menangis. Alesya yang melihat kejadian itu menjadi panik.

"Ning.. Ning nggak papa? Jangan nangis Ning. Abah cuma tidur Ning" Alesya mencoba menenangkan adik sepupu suaminya. Walaupun dalam hatinya sedang merasa takut dan khawatir.

Ning Yana menggeleng dan setelah itu tersenyum getir. Perlahan tangannya mengarah pada leher Abah yai dan mengecek denyut nadi kakeknya.

Ning Yana tersenyum lebar dengan air mata yang semakin deras mengalir. "Abah udah nggak sakit lagi. Titip salam buat Umma (nenek Ning Yana/istri Abah yai), Abi, dan umi ya bah... Yana akan jagain Yanan.. hiks.. maaf Yana nangis.. hiks.. Yana nggak bisa tahan.. maaf..." Alesya yang berada dibelakang Ning Yana sudah ikut menangis. Baru kemarin ia membuatkan teh untuk Abah yai dan Gus Alif yang sedang mengobrol tentang hal penting.

Ning Yana menghapus jejak air mata nya. "Mbak Alesya tolongkan dalam barat, minta Uwak Fariz ke sini dan suruh abdi ndalem lain ke ndalem timur dan belakang untuk memberi kabar kalau Abah yai sudah meninggal"

"Iya Ning" Alesya segera bangkit dan pergi.

Sepeninggal Alesya, Ning Yana menatap sang kakek dengan sendu. Ia sedang mengingat apa yang telah dikatakan kakeknya semalam.















Flashback on.

"Ada apa nih Abah manggil Yana ke perpus? Pasti ada hal penting"

"Ini" Abah yai memberikan sebuah map yang langsung di terima Ning Yana.

"Itu surat rumah ini. Abah sudah mengalihkan atas nama kamu dan Aa' Azril"

"Tapi kenapa bah?" Ning Yana terkejut dengan ini semua.

Assalamualaikum My Destiny (END & LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang