Bab 38

26.9K 1.6K 77
                                    

Jangan komen *next* Jangan komen *lanjut*

Komen yang lain kan bisa Contoh nih contoh

"Gus Alif kapan bucin"

Komen seperti itu malah lebih bikin aku semangat daripada komen "next"

Komen uneg uneg kalian juga boleh. Uneg uneg kalian tentang alur cerita Assalamualaikum My Destiny. Kalau kalian kasih kritik tentang cerita aku ini aku malah seneng banget.

Juga boleh Bebas kalian mau komen apa. Asal jangan *next* dan *lanjut*

Jangan lupa vote ya.. hargain penulis...

Salam rindu dari aku buat kalian semua...

_______________________________

Alesya pov...

Di dalam dapur ndalem barat sedang ada pertikaian antara Adeffa dengan Njngg Delia. Aku benar-benar tidak menyangka atas sikapnya pada Adeffa. Adeffa itu kakak sepupu sekaligus kakak iparnya.

Ia menuduh Adeffa dengan suaminya sendiri berselingkuh hanya karena foto. Bahakan Ning Delia mempertanyakan siapa ayah dari putranya Adeffa adik iparku  padahal sudah sangat jelas kalau puttra adik iparku itu sangat mirip dengan ayahnya.

Ning Delia memang menyuruhku pergi dari dapur. Jadilah aku di luar dapur dan berdiri di samping pintu belakang ndalem barat yang berhubungan langsung dengan dapur.

Bukan niat menguping, tapi takut terjadi hal yang buruk jika mereka berantem. Apalagi yang dikibarku itu pendekar, jago main pedang lagi.

Saat Ning Delia sudah pergi aku kembali masuk ke dapur.

Hal pertama yang aku lihat adalah Adeffa yang menetap dengan sangat tajam dan penuh rasa ingin membunuh pada Ning Delia yang berjalan pergi.

Aku menghampiri Adeffa.

"Nggak papa dek?" Aku khawatir padanya.

"Aku nggak papa kok mbak. Mbak aku boleh nitip Zafran nggak?"

"Boleh. Kamu mau ngapain?"

"Aku mau menyendiri dikamar."

Di sinilah aku sekarang. Di ruang keluarga menemani Zafran bermain. Adik iparku itu menyendiri di kamarnya. Aku takut dia melakukan hal nekat. Dia punya kecenderungan melukai diri sendiri. Beberapa kali aku melihatnya ingin melukai dirinya sendiri menggunakan pisau.

Aku memutuskan untuk menelpon Zelvin suami adik iparku itu dan menceritakan hal apa yang terjadi di sini. Tidak lupa juga menelpon Gus Alif. Sekarang ini Umi sedang mengisi kajian di desa sebelah dan Abi sedang di Madrasah.

Sudah lama setelah aku mengabari Zelvin, ia datang dengan raut wajah khawatir.

"Mbak, Adeffa dimana?"

"Dikamar nya."

"Titip Zafran ya mbak."

"Iya, jangan kawatir soal Zafran."

Setelah itu Zelvin langsung naik ke lantai atas.

"Zafran ganteng, nanti kalau udah dewasa harus jadi laki-laki yang bijaksana ya..." Aku mengajak Zafran berbicara. Lucu banget sih keponakan aunty.

"Sangking gemesnya aunty pingin gigit pipi kamu Zafran..."

"Kita baca sholawat ya sayangnya aunty..."

"SHOLLU ‘ALA KHOIRIL ANAM
AL MUSHTOFA BADRIT TAMAM

SHOLLU ‘ALAIHI WA SALLIMU
YASYFA’LANA YAUMAZ ZIHAM

Assalamualaikum My Destiny (END & LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang