Bab. 10

38.8K 1.7K 37
                                    

Normal pov...

H-1 kepulangan Gus Juna. Besok akan diadakan syukuran karena kelulusan dan kepulangan Gus Juna.

Kamar Khadijah

"Cie yang doinya pulang besok" Agni menggoda Alesya.. memnag siapa lagi yang akhir-akhir ini menjadi bahan godaan di kamar ini.

"Iya nih.. besok yang bakal melepas kerinduan" Reya iku menimpali.

"Mbak Al kok biasa aja sih? Jangan-jangan Mbak Al suka sama orang lain?"

"Jangan bicara omong kosong" Alesya menanggapi dengan malas candaan dan godaan teman-temannya.

"Mbak Alesya kenapa sih? Pasti deg-degan kan karena besok ketemu pujaan hati" sepertinya Anjani tidak memperdulikan ucapan Alesya barusan.

"Lebih baik kalian segera ke madrasah, anak Aliyah udah pada bubar tuh!" Usir Alesya.

Ke tiga anak salaf itu segera bergegas menuju madrasah.

"Re, aku mau ke belakang, mau murojaah" pamit Alesya pada Reya yang dia tinggal di kamar sendirian.

Disepanjang jalan Alesya berpapasan dengan beberapa santriwati lain, dia sudah mulai akrab dengan yang lainnya.

Normal pov end....

Alesya pov...

Aku tengah duduk di bawah pohon di belakang pondok Putri sambil murojaah hafalan ku.

Kupejamkan mataku sebentar, menghela nafas berat, dan mengucap istighfar. Menenangkan pikiran sebelum kembali murojaah.

Gus Alif? Gus Juna?

Dua nama itu selalu muncul di benak dan pikiranku.

"Mbak Alesya!!" Segera ku buka mataku dan melihat Lira berdiri di depanku.

"Ada apa Ra?"

Kita disuruh belanja sama Umi Wawa buat acara besok mbak"

Sekarang kalau mau manggil putra putri dan menantu Abah yai sudah bukan Ning dan Gus melainkan seperti ini.

1. Gus Fariz dan Ning Dila di panggil Buya Fariz dan Umi Dila.
2. Gus Ariz dan Ning Lia di panggil Abi Ariz dan Umi Lia.
3. Gus Fian dan Ning Wawa di panggil Buya Fian dan Umi Wawa.
4. Gus Fauzi dan Ning Ara di panggil Abi Fauzi dan Umi Ara.

"Ayo kalau gitu"

Kamipun langsung pergi ke ndalem belakang. Sepertinya banyak orang yang sibuk menyambut kepulangamu Gus.

"Assalamualaikum umi"

"Waalaikummus salam" di sini ada semu umi dan aku langsung mencium punggung tangan mereka semua dengan ta'zim.

"Mbak Alesya tolong ke pasar dengan Azril, Lira, dan Kang Arzak" ucap Umi Wawa.

"Baik umi"

"Ini catatan dan uangnya" aku menerima catatan dan uangnya dengan penuh sopan santun.

Setelah berpamitan aku menemui Uztadz Azril yang berada di teras depan ndalem belakang.

"Maaf lama nunggunya Uztadz Azril" aku tidak enak padanya yang lama menungguku.

"No problem, bukannya laki-laki memang harus menunggu" Katanya sambil terkekeh pelan.

"Panggil aja Azril, nggak usah pakek embel-embel Uztadz" lanjutnya.

"Tapi itu tidak sopan Uztadz"

"Kali begitu saya harus memanggilmu Ning, bukan begitu Ning Alesya?" ucapnya pelan sambil melirikku sekilas.

Assalamualaikum My Destiny (END & LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang