Bab 36

29.3K 1.6K 62
                                    

Jangan komen *next* Jangan komen *lanjut*

Komen yang lain kan bisa Contoh nih contoh

"author kok cantik"

Komen seperti itu malah lebih bikin aku semangat daripada komen "next"

Komen uneg uneg kalian juga boleh. Uneg uneg kalian tentang alur cerita Assalamualaikum My Destiny. Kalau kalian kasih kritik tentang cerita aku ini aku malah seneng banget.

Juga boleh Bebas kalian mau komen apa. Asal jangan *next* dan *lanjut*

Jangan lupa vote ya.. hargain penulis...

Salam rindu dari aku buat kalian semua...

_______________________________

Alesya pov...

20 hari telah berlalu sejak Abah yai Kholil meninggal dunia. Suasana duka masih sangat terasa di pesantren. Besok akan diadakan kelulusan santri Tahfiz dan aku termasuk ke dalam wisudawan yang lulus besok. Acaranya tidak akan semeriah tahun-tahun sebelumnya karena masih dalam suasana duka.

Aku sedang berdiam diri di gazebo belakang. Tidak sengaja aku melihat sesuatu berwarna emas. Aku segera mengambilnya dan ternyata ini sebuah gelang emas rantai yang putus.

Kira-kira ini punya siapa ya?

Tiba-tiba handphone-ku berdering. Umi menelfon ku. Aku segera mengangkat panggilan.

"___"

"Waalaikummus salam umi. Ada yang bisa Alesya bantu?"

"Kamu ke ndalem sekarang nduk. Bantuin umi masak."

"Nggeh umi. Alesya ke ndalem sekarang. Assalamualaikum"

"___"

Aku mau masukan handphone dan gelang emas tadi ke saku bajuku dan segera pergi ke ndalem. Nanti saja aku lapar pada pihak keamanan pondok putri agar menemukan pemilik gelang ini.

Ah... Ya aku ingin memberitahu bahwa Reya sekarang sudah tinggal di ndalem belakang, tapi kadang-kadang suka main ke pondok juga sih. Udah bener-bener jadi Ning dia itu.

Kalau aku Alhamdulillah nya udah jadi istri Gus Alif yang seutuhnya. Kalau di inget-inget waktu malam itu rasa malu sih. Apa lagi Gus Alif maksa banget aku buat nginep di ndalem. Ternyata dia siapin hal sepesial buat aku dan terjadilah malam pertama yang sempat tertunda. Nggak usah di jelasin terlalu jauh ya. Pokoknya gitu lah.

Tetap saja Gus Alif yang cuwek, cool, killer, tegas, dan disisi lain perhatian.

"Assalamualaikum"

"Waalaikummus salam. Sini nduk bantu umi"

"Nggeh umi"

Kalau di ndalem barat itu kadang-kadang bahasanya suka campur sama bahasa Jawa.

"Umi mau masak apa?"

"Umi mau masak Soo, tempe goreng, sambel, sama ikan pindang. Kamu goreng aja tempe sama ikannya"

"Nggeh umi"

"Gimana ngaosnya udah selesai?"

"Beluk umi" jawabku sambil menunduk karena malu. Yang dimaksud umi itu ngaos Fathul izar.

"Dek Adeffa udah berangkat ke puncak umi?" Aku bertanya tentang adik iparku Adeffa. Biasanya kami selalu masak bertiga.

"Adeffa udah berangkat sebelum umi nelfon kamu Al"

Kami pun terus mengobrol sampai tiba-tiba umi...

"Ali nggak ada. Rumah ini jadi sepi lagi"

"Ali kan lagi belajar umi" balasku. Umi sedang kangen pada anak bungsunya.

Assalamualaikum My Destiny (END & LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang