Alesya Pov...
2 minggu berlalu dengan begitu cepa, hari ini keluarga ndem akan pulang. Selama 14 hari ndalem kosong. hahya ada Gus Alif, Gus Ali, Ning Yana, dan Gus Wafi. Sedangkan yang lainya menghadiri acara pernikahan kerabat mereka yang berada di luar kota selama 14 hari.
Setiap hari aku selalu pergi ke ndalem barat untuk menyiapkan keperluan Gus Alif. Selama 2 minggu ini tidak ada hal yang menarik antara aku dan juga Gus Alif.
Memang apa yang kamu harapkan sih Alesya???
Sekarang ini aku sedang memasak di ndalem barat.
"Sya!"
"Dalem Gus" aku langsung melihat ke arah nya.
"Saya mau jemput Abi dan Umi, juga keluarga yang lain di bandara sama kang-kang"
Mimpi apa aku semalem sampai Gus Alif ijin mau pergi, biasanya juga langsung pergi nggak pamit.
"Nggeh Gus"
"Kalau masaknya udah selesai langsung kembali ke pondok, ada Kang Arzak yang jaga ndalem" Aku mengangguk menanggapi ucapannya.
"Gus" aku menahannya saat ia akan pergi. Aku langsung meraih tangan nya dan mencium punggung tangannya dengan ta'zim.
"Assalamualaikum" Gus Alif sudah berjalan pergi keluar dapur.
"Waalaikummus salam" aku hanya bisa melihat punggung itu yang semakin menjauh dan hilang pada akhirnya.
Aku pun melanjutkan acara memasak ku dan semoga Abi dan Umi suka masakanku.
"Mbak ya!" Hanya ada satu orang yang memanggilku begitu dan itu adalah Gus Ali adik iparku. Sekaligus putra bungsu Abi dan Umi.
"Ada apa dek? Butuh sesuatu?"
"Ali mau keluar sama Dek Wafi, bosen di pesantren, mau ketemu temen-temen Ali boleh kan?" Mohonya dengan wajah melasnya yang imut.
"Coba izin sama Gus Alif"
"Udah izin sama Mas Alif, tapi Mas Alif suruh minta izin sama mbak ya" ih lucunya kalau lagi kesal. Kalau Gus Alif lagi kesal bakal selucu Gus Ali gak ya?
"Jam 4 harus sudah pulang" ucapku. Sekarang ini setengah 3 siang.
"Siap" ia mengangkat tangan kanannya di dahi, seperti memberi hormat pada bendera saja.
"Assalamualaikum"
"Waalaikummus salam"
Anak itu pergi dengan kegembiraan di wajahnya. Juga senyum yang menebar kebahagian bagi yang melihatnya.
Yang aku tahu Gus Ali dan Gus Wafi itu lebih tua Gus Wafi setahun, tapi mereka satu angkatan, karena Gus Ali loncat kelas berkat kecerdasan dan kejeniusannya.
Tepat saat adzan ashar aku selesai masak. Aku langsung kembali ke kamar Khodijah, setelah itu jamaah di masjid pondok.
Setelah jamaah aku dan Lira pergi ngadem di belakang pondok putri yang ada terus ada pohon-pohon ketik itu jadi adem.
Kita di sini enggak cuman ngadem, sekalian nderes hafalan, kalau Lira lagi baca novel diaplikasi Wattpad. Di pesantren Al-Alawi ini boleh membawa henfon, tapi di jam. Jam 7 pagi henfon baru boleh di ambil, jam 4 sore di kumpulin di kantor administrasi. Jam 8 malem boleh di ambil dan jam setengah 10 malem harus udah di balikin lagi ke pengurus. Kalau yang kuliah lebih bebas dari pada yang masih sekolah. Apalagi kalau pengurus, lebih bebas lagi. Kalau aku, henfonku di pegang Gus Alif, tapi kayaknya di pegang Umi deh. Gus Alif mana punya waktu nyimpenin henfon aku. Soalnya kadang kadang yang ngasih henfon aku itu Umi, kadang juga ada di laci kamar Gus Alif. Jadi kan bingung siapa yang nyimpenin henfon aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum My Destiny (END & LENGKAP)
Romance(spin off white thread) Alesya Dilara Azra seorang gadis berusia 24 tahun yang menjadi santri baru di pesantren Al-Alawi. Niat awal untuk menghafal Alquran malah dinikahkan dengan cucu yang punya pesantren. *** Kalau penasaran.. langsung baca aja...