Bab 42

27.8K 1.8K 288
                                    

Selamat datang di posting ulang ya. Update lebih cepat dari yang di janjikan 😘

Jangan komen *next* Jangan komen *lanjut*

Komen yang lain kan bisa Contoh nih contoh

"Gus Alif kapan bucin"

Komen seperti itu malah lebih bikin aku semangat daripada komen "next"

Komen uneg uneg kalian juga boleh. Uneg uneg kalian tentang alur cerita Assalamualaikum My Destiny. Kalau kalian kasih kritik tentang cerita aku ini aku malah seneng banget.

Juga boleh Bebas kalian mau komen apa. Asal jangan *next* dan *lanjut*

Jangan lupa vote ya.. hargain penulis...

Salam rindu dari aku buat kalian semua...

_______________________________

Normal pov...

Terlihat Buya Fian dan Abi Fauzi turun dari lantai 2 dan langsung menghampiri Uztadz Yazid juga jajarannya.

"Uztadz. Untuk masalah Uztadzah Alesya hanya Gus Alif yang berhak memutuskan. Jadi jangan ada yang bertindak tanpa perintah dari Gus Alif." Ucap Buya Fian dengan tegas sambil menatap satu persatu santri dan ustadz yang ada di kantor keamanan tersebut.

"Baik Buya."

"Dilaksanakan! Bukan hanya iya-iya saja!" Ucap Abi Fauzi penuh akan sindiran.

Flashback on.

Alesya ditempatkan di sebuah kamar yang berukuran kecil dengan sebuah ranjang dan ada nakas juga. Alesya masih pesta untuk duduk di atas sajadahnya, ia baru saja selesai menunaikan shalot isya.

'Cepat pulang Gus... Alesya rindu.'

Saat Alesya ingin melepasmu kenanya pintu kamar itu terbuka. Dengan spontan Alesya langsung menengok ke arah pintu.

"Buya? Umi? Abi?" Dengan segera Alesya menghampiri 4 gurunya itu. Alesya menghampiri para gurunya dengan berjalan menggunakan lututnya.

Umi Wawa yang melihat itu langsung saja memegang pundak Alesya. "Bangun Ning." Umi Wawa menuntun Alesya untuk berdiri. Alesya bingung karena Umi Wawa memanggilnya dengan sebutan Ning.

Umi Wawa memberikan senyuman terbaiknya untuk Alesya. "Ning nya Gus Alif kan?" Ucap Umi Wawa yang paham dengan kebingungan istri dari keponakannya itu.

Umi Wawa menggiring Alesya untuk duduk di ranjang.

Sekarang ini Alesya sedang di apit oleh Umi Wawa dan Umi Ara. " Ning makan ya.. Bibik bawain makanan dan susu hamil." Kata Umi Ara.

"Nggak perlu repot-repot Bu Nyai." Alesya merasa sungkan sekarang.

"Jangan sungkan. Kamu itu sekarang bagian keluarga ndalem loh Ning. Jangan panggil Bu Nyai. Panggil Bibik Wawa, Bibik Ara, Uwak Fian, dan Paman Zian." Ucap Umi Ara dengan mengelus bahu Alesya.

"Ning Alesya, kami tahu kalau kamu itu istrinya Gus Alif." Ucap Abi Fauzi yang tahu kebingungan istri dari keponakannya itu.

"Tidak perlu canggung. Kami laman dan bibikmu Ning." Alesya hanya bisa mengangguk sekarang untuk membalas perkataan Buya Fian. Mulutnya keluh hanya untuk sekedar mengatakan sesuatu.

"Ning Alesya, bisa kamu ceritakan bagaimana kamu bisa menikah dengan keponakan Bibik itu? Dan kapan kalian menikah?" Tanya Umi Wawa dengan lembut.

"Bi_bisa. Waktu itu....." Alesya mulai bercerita dari awal saat ia di tanyai Abah yai mau atau tidak menikah dengan salah satu cucu beliau.

Assalamualaikum My Destiny (END & LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang