Bab. 9

31.9K 1.6K 29
                                    

Normal pov...

Sudah satu bulan sejak pernikahan Alesya dan Gus Alif, sejak itu pula mereka tidak saling bertemu.

Suasana di pagi hari ahad sekitar jam 06.45. Mayoritas para santri bersiap pergi ke madrasah.

Alesya tengah berjalan bersama Lira. Lira jelas agar ke madrasah lebih tepatnya gedung IPS Putri, sedangkan Alesya ingin pergi ke perpustakaan.

"Sya!" Hanya ada satu orang yang memanggil Alesya dengan panggilan itu.

"Iya Gus?" Yang memanggilnya sudah pasti Gus Alif.

"Lira, bilang sama teman-teman kamu nanti kerjakan uji kompetensi bab 3, karena saya masuk telat" ucap Gus Alif pada Lira.

"Iya Gus"

"Sana masuk kelas" Lita pun langsung pergi setelah mengucapkan salam menyisakan dua pasangan itu.

"Ikut saya Sya"

Alesya mengikuti langkah sang suami sampai di dapur ndalem timur.

"Umi dan Abi pergi, jadi tidak ada yang masak. Saya mau kamu masakin saya, bahan-bahannya ada di kulkas dan nasinya tidak ada" ucap Gus Alif setelah duduk di kursi meja makan.

"Kalau gitu saya ambil nasi di dapur pondok dulu Gus" izin Alesya.

"Hn" guman Gus Alif.

Alesya pergi dan tak lama ia kembali membawa nasi.

"Sya!"

"Nggeh Gus"

"Sekalian masak buat makan siang"

"Iya"

Alesya mulai memasak dan berkutat dengan alat-alat dapur juga bumbu-bumbu dapur.

"Gus Alif mau teh atau kopi?" Alesya bertanya tanpa melihat sang suami

"Kopi" begitu juga Gus Alif menjawab tanpa melihat sang istri.

Alesya yang mendengar jawaban itu langsung menyeduh kopi. Setelah itu Alesya letakkan secangkir kopi di meja makan lebih tepatnya di depan Gus Alif.

Gus Alif meminum kopi itu setelah meniup beberapa kali.

Alesya membuat nasi goreng untuk sarapan karena itu makanan paling simpel dan karena Gus Alif harus mengajar.

"Gus Alif suka telur dadar atau mata sapi?"

"Mata sapi, harus setengah matang dan jangan di kasih garam atau apapun bumbu penyedap" Alesya mengernyit heran mendengar penuturan sang suami.

'nggak pakek garem? Aneh?' guman Alesya pelan, tapi Gus Alif tahu apa yang di katakan sang istri karena dia bisa membaca gerak bibir seseorang.

"Ini Gus sarapannya" Alesya meletakkan sepiring nasi goreng di depan Gus Alif.

"Duduk!!" Ucap tegas seorang Gus Alif saat sang istri akan kembali ke dapur.

Dengan gugup Alesya duduk di kusir sebelah Gus Alif sambil menunduk dalam.

"Sarapan sama saya"

"Tapi saya cuman buat satu porsi Gus, jadi saya mau lanjut masak, Gus Alif sarapan aja"

"Kan kita bisa makan sepiring berdua" Alesya tercengang dan langsung menatap sang suami.














***















Suasana di Kamar Khadijah setelah kegiatan pondok.

"Tadi aku dengar kalau Gus Juna pulang tanggal 18 Desember" kata Sri melirik Alesya.

Assalamualaikum My Destiny (END & LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang