Bab 50

40.9K 1.8K 196
                                    

Jangan komen *next* Jangan komen *lanjut*

Komen yang lain kan bisa Contoh nih contoh

"Gus Alif kapan bucin"

Komen seperti itu malah lebih bikin aku semangat daripada komen "next"

Komen uneg uneg kalian juga boleh. Uneg uneg kalian tentang alur cerita Assalamualaikum My Destiny. Kalau kalian kasih kritik tentang cerita aku ini aku malah seneng banget.

Juga boleh Bebas kalian mau komen apa. Asal jangan *next* dan *lanjut*

Jangan lupa vote ya.. hargain penulis...

Salam rindu dari aku buat kalian semua...

_______________________________

Gus Alif pov...

Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Aku baru saja melakukan meeting di luar kantor.

"Dipta. Saya langsung pulang ya."

"Iya tuan. Pekerjaan tuan sudah selesai semua."

Setelah berpamitan pada Dipta aku langsung pulang. Kebetulan kami membawa mobil masing-masing.

Kujalankan mobilku membelah kota Jakarta yang langitnya mulai berubah warna.

Tadi pagi sebelum berangkat ke kantor, Abi benar-benar menyidang aku dan Dek Juna di ruangannya. Kalau bukan karena Dek Juna yang terlalu pengecut, ini semua tidak akan terjadi.

Hukuman yang diberikan Abi tidak main-main kali ini. Umi saja sampai mendukung keputusan Abi.

Alesya sedang apa ya?

Kenapa jadi mikirin Alesya?

Handphone ku berdering. Aku segera mengangkat panggilan itu.

"Assalamualaikum."

"Waalaikummus salam. Lif... Cepet ke RS Pratama sekarang juga!!" Suara Umi terdengar cemas.

"Kenapa mi?"

"Alesya jatuh di kamar mandi. Cepet ke sini!!!"

"Innalillahi."

"Iya mi. Umi disana sama siapa?"

"Umi cuman sama Abi."

"Umi tenang... Alif kesana sekarang."

"Hati-hati Lif."

Panggilan pun terputus.

Alesya, semoga kamu nggak papa ya...

Sesampainya di rumah sakit aku langsung menuju ruang operasi caesar. Tadi Abi kirim pesan kalau Alesya harus segera di operasi caesar.

Ya Allah... Selamatkan istri dan anakku.

"Umi! Abi!"

"Umi, Abi, gimana keadaan Alesya sama anak Alif?" Jelas aku khawatir dengan keadaan mereka.

"Berdo'a saja sama yang maha kuasa." Abi menjawab dengan ekspresi wajah yang tenang.

"Operasi nya udah lama bi? Alif mau masuk dan nemenin Alesya." Tanyaku.

"Sana masuk." Mendengar jawaban Abi, aku pun langsung masuk ke ruang operasi.

Di dalam ada perawat yang memberiku baju. Entah apa namanya. Aku memakai baju itu dan segera menghampiri Alesya. Ku genggam tangannya.

"Aku di sini Sya." Bisikku tepat di telinga kanannya.

"Iya Gus." Lirihnya.

"Kamu pasti bisa. Saya selalu temanin kamu, Sya." Setelah itu kucium keningnya cukup lama.

Assalamualaikum My Destiny (END & LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang