Bab 23

27.8K 1.4K 16
                                    

Alesya pov...

Aku sedang menyapu halaman depan dari tiga ndalem dan halaman masjid pesantren bersama Reya, Kanaya, dan Sri. Tadi Umi Ara meminta kami membersihkan halaman.

"Itu beneran ya tentang Ning Yana sama Uztadz Azril?" Tanya Kanaya, maklum saja dia tadi tidak berada di pesantren dan sedang berada di kampusnya.

"Iya itu bener. Udah dikonfirmasi langsung sama yang bersangkutan" jawab Reya apa adanya.

Hot news pesantren saat ini adalah pernikahan Ning Yana dengan Uztadz Azril. Bagaimana reaksi mereka kalau tahu Gus Alif sudah menikah? Apa lagi menikah denganku yang santri baru?

"Kalau gitu Gus Alif di langkahin lagi" ujar Sri.

"Sri, Gus Alif udah nikah sama aku" tentu saja hal ini cuman ku katakan dalam hati.

"Gus Alif mungkin masih nyaman sendiri" Kanaya menimpali.

"Hus, jangan gibahin Gus sendiri" tegur Reya. Sri dan Kanaya langsung diam.

"Dan kamu Al, biasanya suka negur, kenapa sekarang diem aja" omelnya padaku.

"Maaf Ning" balas ku.

"Al! Jangan manggil gitu!" Rengeknya dengan kesal

"Terus aku harus manggil gimana Ning?"

"Al jangan mulai deh" ia menatapku jengah.

"Iya, iya Reya"

Aku melanjutkan menyapu lagi sampai ada mobil berhenti tepat didepan Reya, itu mobil siapa lagi kalau bukan mobil milik Gus Juna. Tak lama Gus Juna turun dari mobil dan menghampiri Reya. Sepertinya Gus Juna mau pamitan ke RS.

Andai Gus Alif juga kayak gitu. Ngomong-ngomong soal Gus Alif aku belum melihatnya lagi sejak kejadian tadi pagi, dia terlihat sangat marah pada Ning Yana.

Aku selalu berdoa semoga rumah tangga Gus Juna dan Reya baik-baik saja begitupun dengan rumah tangga Uztadz Azril dan Ning Yana.

Aku kembali menyapu tapi atensiku teralih saat melihat Ning Yana yang berlari keluar dari ndalem dengan penampilan acak-acakan dan juga menangis.

Aku berlari ingin mengejarnya yang baru saja melewati ku, tapi pergelangan tanganku dicekal seseorang, saat aku melihat ke belakang ternyata Gus Alif yang mencekal pergelangan tangan ku.

"Gus, saya mau nyusul Ning Yana" jujur aku khawatir dengan keadaan Ning Yana yang pergi seperti itu.

"Biarkan saja, lanjutkan pekerjaan mu" balasnya dengan datar.

Gus Alif suamiku ini suka sekali berubah-ubah, kadang galak, kadang manis, kadang baik banget, kadang kayak kutub, kadang nyeremin, dasar aneh.

"Oh.. saya nyeremin? Aneh?" Ucapnya tiba-tiba dengan menatapku mengintimidasi. Dari mana dia tahu kalau aku.. aghrr..

"Nggak Gus" jawabku sambil menggeleng pelan. Jujur aku takut dengan manik matanya yang setajam elang itu.

"Udah, lanjut aja nyalinya. Jangan sekali-kali nyusulin Yana!!"  Katanya dengan penuh ancaman.

"Nggeh Gus"

Setelah Gus Alif pergi aku lanjut menyapu seperti perintahnya. Gus.. Gus.. kamu berubah lagi sekarang. Apa kamu punya kepribadian ganda?

"Gus Alif ngomong apa tadi?"  Tanya Kanaya yang tiba-tiba sudah ada di dekatku.

"Itu.. peringatan jangan ngejar Ning Yana" jawabku gugup tapi apa adanya.

"Tadi tangan kamu dipegang Gus Alif kan?" Tanya Kanaya dengan heboh. Perlu di ingat dia fans garis keras Gus Alif.

"Iya, tapi kan nggak nyentuh kulit sama kulit, ada kain lengan aku yang jadi pemisah" jawabku sambil memegang kain lenganku.

Assalamualaikum My Destiny (END & LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang