Bab 45

26.1K 2.8K 325
                                    

Jangan komen *next* Jangan komen *lanjut*

Komen yang lain kan bisa Contoh nih contoh

"Gus Alif kapan bucin"

Komen seperti itu malah lebih bikin aku semangat daripada komen "next"

Komen uneg uneg kalian juga boleh. Uneg uneg kalian tentang alur cerita Assalamualaikum My Destiny. Kalau kalian kasih kritik tentang cerita aku ini aku malah seneng banget.

Juga boleh Bebas kalian mau komen apa. Asal jangan *next* dan *lanjut*

Jangan lupa vote ya.. hargain penulis...

Salam rindu dari aku buat kalian semua...

_______________________________

Normal pov...

Alesya sedang duduk sendirian di musholla rumah sakit.

Ia baru saja selesai menunaikan kewajibannya. menangis. Alesya sedang menumpahkan segala rasa sakit di hatinya yang ia tahan sejak tadi.










Flashback on...

"Gus kenapa sih pagi-pagi panggil Alesya?" Alesya bertanya dengan ekspresi kesal.

Ini baru jam 06.45 pagi dan dia sudah dipanggil ke ndalem oleh suaminya ini. Alesya harus bersiap ke madrasah, ia ada mengajar di jam pertama di Madrasah.

"Nih." Gus Alif menyodorkan tas plastik kecil.

Alesya membuka plastik tersebut dan mendapat beberapa alat tes kehamilan dengan merek yang berbeda.

"Buat apa?"

"Cek suhu!!! Ya yang namanya ala tes kehamilan ya buat tes kehamilan, Sya!!" Pagi-pagi Gus Alif sudah dibuat naik darah oleh istrinya.

"Tapi_"

"Gak usah banyak protes. Masuk dan coba! Mungkin kita beruntung." Kata Gus Alif dengan mendorong pelan sang istri masuk ke kamar mandi.

"Dikira ikut undian Lotre gitu." Guman kesal Alesya.

7 menit kemudian.

Gus Alif dibuat khawatir oleh Alesya, karena istrinya keluar dari kamar mandi dengan menangis.

"Cup... Cup... Jangan nangis." Kata Gus Alif sambil mendekap tubuh istrinya.

"Gus... Hiks... Aaku na-nangis karena Aku hamil hiks..." Gus Alif semakin mengeratkan dekapannya. Ia tersenyum karena tingkah menggemaskan Alesya.

"Aku.. kok nggak sadar sih.. hiks.. hiks.. kalau aku  hamil.. hiks..."

"Ya karena kamu sibuk..." Ucap lembut Gus Alif sambil mengelus kepala Alesya penuh sayang.

"Gus kok tahu sih? Pasti Gus gu-gunain ilmu dukun Gus itu kan buat nerawabg aku??" Alesya menatap Gus Alif dengan linangan air mata kebahagiaan.

"Enak aja ilmu dukun! Bukan nerawang, tapi emang kelihatan aja aura kamu berubah dan aku sempat mimpi lihat kamu main sama anak kecil yang mirip aku."

"Gi-gitu ya.. hiks??"

"Udah dong jangan nangis. Nanti anak kita ikut nangis." Pelukan mereka berdua belum terlepas ya.

"Gus. Pingin deh punya anak kembar. Twins atau triple gitu. Pasti lucu." Alesya menatap Gus Alif penuh binar.

"Mungkin next time. Anak pertama kita kayaknya nggak kembar, Sya. Next time kita buat kembar."








Assalamualaikum My Destiny (END & LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang