Bab. 11

32.3K 1.7K 38
                                    

Normal pov...

"Alesya, jujur kamu mencintai saya kan?" Dengan penuh keyakinan atas jawaban dari pertanyaan tersebut Gus Juna menanyakan hal itu di depan semua santri.

Alesya melirik Gus Alif yang menatapnya dengan datar dan sulit di artikan, ia mengingat apa yang di katakan Gus Alif padanya.

"Jujur saja" suara Gus Alif yang menurut pendengar Alesya seperti perintah untuk segera menjawab pertanyaan dari Gus Juna.

Alesya menunduk dan menarik nafas dalam.

"Saya.. saya.."

"Dia mencintai mu" Gus Alif mengatakan itu dengan suara lantang dan terkesan sangat serius.

"Tapi dia tidak akan menjadi milikmu" lanjut Gus Alif menatap adik sepupunya yang tak lain adalah Gus Juna tak kalah serius dan tampa keraguan sedikitpun di iris hitam setajam elang miliknya.

Gus Juna masih mencerna perkataan kakak sepupunya itu. Gus Alif mengambil tote bag yang di pegang Gus Juna dan mengisyaratkan pada Azril untuk segera membawa Gus Juna pergi dari TKP.

Azril yang menangkap isyarat itu langsung membawa Gus Juna, Gus Juna jelas memberontak saat Azril membawanya dengan paksa, ia masih ingin mendengar jawaban dari sang pujaan hati.

Sekarang ini Gus Alif tepat berdiri di depan Alesya sang istri.

"Terima dan ambil ini" Gus Alif memberikan tote bag itu pada Alesya dengan suara datar dan pandangan mata tajam.

"Saya tidak bisa Gus" jawab Alesya lirih dan tidak berani menatap sorot mata sang suami. Ia menggenggam tangan Lira di sebelahnya.

"Baiklah, kalau begitu jangan pernah di terima dan diambil" ucap Gus Alif sambil melempar tote bag itu entah kemana. Gus Alif marah karena sikap Alesya yang tidak mematuhi perintahnya.

"Kamu sudah membuat masalah denganku, maka saya akan mencari-cari kesalahanmu!" Setelah mengatakan ancaman itu Gus Alif pergi dengan menahan amarahnya dan beristighfar.

Lira yang tangannya digenggam oleh Alesya langsung memeluk Alesya dari samping, ia iba dengan keadaan Alesya yang sudah dia anggap sebagai kakak sendiri.

"Mbak Al" ucap Lira yang memeluk Alesya.

"Al ini.."

"Aku tidak ingin membahasnya, ayo masuk, dan Lira mbak nggak papa" Alesya memotong perkataan Reya dan mencoba menyakinkan Lira bahwa dia tidak papa.

Semua santri melihat hal itu dan mulai berbisik bisik. Ini akan menjadi gosip terpanas di pesantren Al-Alawi. Seornag santriwati menolak cucu kiyai yang sangat di idam-idamkan oleh santriwati dan gadis-gadis di luar Pesantren Al-Alawi.

Alesya mendapatkan tatapan yang tidak mengenakan dari semua orang kecuali Lira. Lira kenapa Alesya menolak, semua itu untuk menjaga hati Gus Alif. Tapi tindakan Alesya malah menyulut amarah Gus Alif.

"Nggak papa" Alesya mencoba menenangkan Lira yang mengkhawatirkan dirinya.

"Tapi mbak, Gus Alif..."

"Gus Alif nggak papa" Alesya menyela ucapan Lira.

"Mbak bisa atasin ini" lanjut Alesya dengan lembut.



Normal pov end....




Gus Alif pov...



Malam semakin larut dan aku masih betah duduk di balkon kamarku. Melihat ke arah langit yang cerah dengan bertabur bintang.

Tapi sayang tidak ada rasi bintang Crux orang Jawa menyebut Gubuk penceng. Rasi bintang ini akah menghilang saat bulan september dan akan muncul April sampai Agsutus.

Assalamualaikum My Destiny (END & LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang