Bab 19

29.9K 1.4K 4
                                    

Normal pov...

Gus Alif keluar dari gerbang rumah dan langsung disuguhkan pemandangan sang istri yang sedang berpelukan dengan remaja laki-laki diseberang sana sambil menangis.

Gus Alif langsung menyebrang jalan dan menghampiri sang istri takut terjadi sesuatu pada istrinya itu.

"Sya" Alesya yang mendengar suara bass milik suaminya itu segera melepaskan pelukannya pada remaja tadi dan segera menghapus jejak air matanya.

"Dalem Gus" hal yang Alesya lihat adalah Gus Alif yang menatap remaja laki-laki di sebelahnya.

"Eh... Gus kenalin, ini adik aku, Ilyas namanya"

"Jadi ini suami mbak, salam kenal Gus! Aku Ilyas adik kesayangannya Mbak Lara" dengan ramah remaja laki-laki yang tidak lain adalah adik Alesya itu mengeluarkan tangannya pada Gus Alif.

Gus Alif menerima uluran tangan adik iparnya dan sang adik ipar langsung mencium tangan Gus Alif dengan takzim.

"Panggil kak aja, Kak Fabian aja" ucap Gus Alif.

"Tapi kok Mbak Lara manggilnya Gus?"

"Itu panggilan kesayangan mbakmu" Gus Alif menjawab dengan singkat. Alesya yang mendengar itu langsung menatap suaminya.

"Oooh.. mampir dulu kak, Mbah utiy di dalem"

"Nggak jualan ta dek?"

"Nggak mbak, lagi libur. Soalnya Mbah utiy kemaren sempet sakit" jawab sang adik.

"Terus Mbah utiy nggak papa kan?" Alesya terlihat khawatir dengan keadaan sang nenek.

"Iya nggak papa. Cuman sekarang lagi istirahat" jawab sang adik mencoba menenangkan sang kakak.

"Turus Mbah Kong?"

"Kayok gak kenal wae ta mbak, Mbah Kong wis jalan-jalan lah naik motor(kayak nggak kenal aja mbak, Mbah Kong udah jalan-jalan lah naik motor)"

Gus Alif hanya diam sambil menyimak pembicaraan dua adik kakak didepannya. Sepertinya dia dilupakan.

"Ayo masuk kak"

"Nanti aja. Kita mau ziarah dulu. Kalau udah selesai nanti mampir" Ilyas yang mendengar jawaban kakak iparnya tidak bisa mengeluarkan bujuk rayu lagi karena aura karismatik milik Gus Alif keluar dan begitupun Alesya juga tidak bisa mengangkat suaranya.

"Assalamualaikum"

"Waalaikummus salam"

Gus Alif langsung menarik lengan sang istri. Sepanjang mereka berjalan kaki hanya ada kesunyian. Mereka sampai di pelataran makam Sunan Bonang Tuban. Jarak dari rumah ke makam cukup dekat, jadi Gus Alif lebih memilih untuk jalan kaki.

Setelah Ziarah Gus Alif mengajak Alesya untuk ke Masjid Agung Tuban.

"Tunggu aku disini dan sebaliknya" Alesya hanya mengangguk sebagai jawaban dari perintah Gus Alif.

Mereka berdua pergi ke tujuan masing-masing. Gus Alif ketempat wudhu khusus pria dan Alesya ke tempat wudhu khusus perempuan.

Di ruangan yang berbeda, tapi di tempat yang sama sepasang suami istri itu melaksanakan sholat Dhuha.

Yang satu dominan dan satunya pasif. Yang satunya sulit memperlihatkan suasana hati dan yang satunya sangat gampang memperlihatkan suasana hati nya. Yang satu keturunan kyai dan satunya orang biasa. Hal yang menyatukan mereka yang memiliki sifat dan latar belakang berbeda adalah sang pencipta dan alam semesta yang menyatu dalam untaian doa yang menjadi takdir Allah SWT.

Assalamualaikum My Destiny (END & LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang